14. Sakit, Sesak.

1.3K 102 5
                                    

Hari ini aku kabur dari Yara agar dia tidak ikut denganku. Bukan karena apa apa, aku ingin sendiri dulu. Lucu, bahkan dari dulu selalu sendiri.

Walaupun hari ini kurang baik aku harus tetap berjualan karena token listrik habis. Begitu juga bahan makanan. Tadi aku belum makan karena tidak berselera dan malas masak.

Sepanjang jalan menuju alun alun aku teringat kembali perbuatan Melvin, Vitroy, serta Renki. Itu bukan kali pertama mereka mengganggu dan menyakiti aku dengan ucapan mereka. Tetapi yang aneh aku tidak tau alasan mereka melakukan itu. Begitu masuk sekolah aku seperti orang yang Melvin incar, dia bahkan tersenyum jahat waktu pertama kali bertemu.

Setelahnya Melvin mulai mengganggu dengan cara mendorong kursi rodaku saat ingin menyeberang jalan. Untunglah jalanan sepi kalau tidak mungkin semuanya sudah berakhir.

Memang awalnya Melvin sendiri kemudian Renki dan Vitroy ikut bersamanya. Mereka mengganggu aku tanpa rasa kasihan. Apakah ini termasuk pembullyan?

Begitu sampai di alun alun aku sengaja tidak berjualan di tempat biasa aku berjualan disamping mas Adit. Posisi aku berjualan jadi dibelakang, karena posisi alun alun seperti lingkaran.

Aku sudah menemukan posisi yang pas, beruntunglah tak lama ada remaja yang berpacaran membeli gantungan kunci. Mereka memilih gantungan kunci yang aku buat untuk pasangan.

"Bagus banget ini gantungannya. Jarang ada yang model kayak gini," ucap perempuan itu. Aku tersenyum dan membalas, "Ini saya bikin sendiri. Terimakasih sudah membeli, semoga suka ya."

Mereka berdua bertatapan satu sama lain tak percaya. "Ini sih harusnya udah punya toko sendiri, masnya."

"Doain aja ya mba, mas. Semoga saya bisa punya usaha sendiri."

"Amin. Kalau begitu kami permisi ya." Aku mengangguk dan mereka pun pergi setelah membayar.

Membuka usaha sendiri, punya toko sendiri itu bagian dari cita citaku. Semoga kelak bisa tercapai.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam. Aku harusnya sudah sampai rumah tapi malam ini sepertinya ingin berjalan jalan sebentar untuk menjernihkan pikiran dari masalah yang tadi.

***

Aku mendorong kursi rodaku ke jalan pulang tapi kali ini melewati jalan yang dua kali lebih lama dari jalan tadi aku berangkat. Jalan ini sepi sekali jarang ada yang lewat karena jalan utama lebih cepat.

Bintang bintang di langit pun cukup banyak hari ini, mulai dari yang terlihat kecil sampai yang terlihat sedikit besar.

Dulu mamaes selalu mengajakku keluar saat ada bintang, kita berdua sama sama menghitung jumlah bintang, sampai salah menghitung dan harus mengulang lagi. Kami tertawa saat tidak ingat sampai bintang yang mana. Itu seru sekali untuk menghilangkan kebosanan, tapi tidak untuk sekarang. Hampa.

Posisi kursi roda ku sekarang berada di bawah pohon yang ada kursinya. Aku berhenti disana untuk mencoba hilangkan pikiran. Aku mencoba menghitung bintang yang ada, hatiku sakit dan sesak. Sendiri tanpa siapa siapa itu tidak enak, segalanya sendiri, berjuang sendiri, menghibur diri sendiri.

"Kalau sedih dan hati kamu sakit, coba untuk tarik nafas dan keluarkan pikiran yang mengganggu kamu. Saat air mata yang ingin keluar, keluarkan, nak."

Aku tiba tiba teringat ucapan mamaes yang diucapkan saat aku tau mama pergi dan papa tidak tau dimana.

Menarik nafas yang dalam dengan memikirkan hal hal yang menyakitkan membuat air mataku berhasil keluar. Sakit sekali rasanya saat tidak diterima dilingkungan yang kamu berharap bisa berbaur dengan baik. Sakit rasanya tidak memiliki seseorang yang bisa dijadikan sandaran saat sedih dan merasa kesepian.

"Andai aja Andi bisa ikut mamaes ya, mungkin Andi tidak akan sendiri di dunia ini. Andai Tuhan tau rasa sayangku lebih besar dari apapun untuk mamaes biar Tuhan tidak mengambil mamaes dari hidup Andi."

Aku menghembuskan nafas berat, berusaha tidak melanjutkan kesedihan ini. Mamaes pasti sakit dengar ucapan aku.

"Andi hanya ingin punya seseorang yang bisa mengerti perasaan Andi. Bilang sama Tuhan ya, mamaes, Andi selalu menunggu kebahagiaan selanjutnya."

Aku berjalan pulang sambil menghitung bintang kembali. Terakhir jumlahnya adalah 11 tapi satu yang menarik karena berkilauan.

______________________________________

E

njoy,
H.

Up malem malem karena baru bisa dpt ide kalau sepi dan sendirian dikamar:)

HeridsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang