1

38K 2.9K 100
                                    

Sabtu (17.08), 30 Mei 2020

Ide cerita yang harusnya publish malah macet -_-  Jadi aku publish yang ini. Semoga suka dan jangan lupa tinggalkan jejak ^_^

--------------------

Jonathan Fabian baru saja turun dari mobil dan hendak masuk ke kedai kopi di depannya saat perhatiannya tertuju pada wanita di seberang jalan. Wanita itu terlihat sangat kesulitan memasukkan barang-barang belanjaan di kedua tangannya ke dalam mobil sekaligus menjaga bayi dalam dekapannya agar tidak jatuh. Mengikuti insting, John menyeberang jalan lalu menghampiri wanita itu.

"Hai, sini kubantu."

John tersenyum manis lalu segera mengambil alih kantong-kantong belanjaan di kedua tangan si wanita dan memasukkannya ke dalam bagasi mobil yang terbuka. Setelah selesai dan berdiri menghadap si wanita, baru John sadari wanita itu mematung menatapnya. Ah, tidak. Bukan mematung. Tapi berdiri terkejut seperti baru saja melihat hantu.

"Seharusnya kau minta seseorang di dalam supermarket untuk membantu," John berbasa-basi, berniat mencairkan suasana.

Namun sikap ramah John tak mendapat tanggapan. Si wanita segera menutup pintu bagasi mobil lalu berbalik menuju pintu depan untuk mendudukkan si balita di kursi bayinya dan bergegas masuk ke balik kemudi.

Tanpa ucapan terima kasih. Tanpa sekedar senyum singkat. Wanita itu meninggalkan John di depan supermarket dengan perasaan bingung. Dia bahkan masih berdiri mematung hingga mobil si wanita hilang dari pandangan.

"Apa itu tadi?" gumam John pada dirinya sendiri sambil menggosok belakang lehernya. Lalu refleks dia mengendus ketiak untuk memastikan badannya tidak bau hingga membuat wanita itu buru-buru melarikan diri saat John mendekat.

"Hei, John!"

John menoleh dan segera membalas lambaian tangan Bastin di pintu kedai seberang jalan. Dengan langkah tegap dia menghampiri lelaki itu dan membuntutinya masuk ke dalam kedai.

"Kau lihat wanita yang menggendong balita di seberang jalan tadi?" tanya John begitu mereka duduk dan memesan kopi.

"Ah, ya. Dia Zie dan bayinya. Baby Bo. Kau belum pernah bertemu dengannya?"

John menggeleng. Sudah sebulan dia tinggal di kota itu tapi belum pernah bertemu dengan wanita yang tadi. Karena kalau pernah, John tidak mungkin melupakannya. Selain kota itu kecil hingga mudah mengingat para penduduknya, wanita yang dipanggi Zie oleh Bastin cukup menarik bagi John. Rambut sepunggungnya bergelombang cantik. Matanya menyorot tajam dengan bulu mata lentik yang melindungi manik mata sewarna madu. Dagunya lancip dan pipinya tirus tapi tidak sampai menampakkan tulang pipi hingga keseluruhan wajahnya terkesan lembut.

Intinya bagi John, Zie cantik dan tidak mudah dilupakan. Tapi...

"Apa sikapnya memang seperti itu? Atau hanya karena aku orang asing?"

"Seperti itu bagaimana?" Sejenak Bastin berterima kasih pada gadis muda yang membawakan pesanan mereka.

"Kau tidak lihat? Dia hanya menatapku seperti melihat hantu lalu kabur."

Bastin mengerutkan kening. "Benarkah?"

"Untuk apa aku bohong?" Mendadak perasaan bingung John atas sikap Zie berubah menjadi kekesalan. Kalau Bastin heran dengan sikap wanita itu, berarti tidak biasanya dia bersikap tidak ramah. Yang artinya dia bersikap seperti singa betina pemarah hanya pada John.

"Tidak biasanya Zie seperti itu."

Nah, kan!

"Dia memang bukan orang yang mudah bergaul," lanjut Bastin. "Cenderung penyendiri. Tapi cukup akrab dengan keluargaku terutama Julia dan si kembar. Tiap hari kerja, dia pasti menitipkan baby Bo ke rumah."

The Baby's FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang