Selasa (20.44), 14 Juli 2020
-------------------------------
"Punya hak atau tidak, Zie tidak boleh pergi tanpa izinku."
Zie mematung mendengar pernyataan tegas John. Sebagian hatinya berbunga karena ternyata John mau mempertahankan dirinya. Namun sebagian yang lain tidak terima.
Dengan marah, Zie menyentak lengannya lalu mundur hingga cekalan John lepas. Perbuatannya yang tiba-tiba tampaknya mengagetkan baby Bo hingga si kecil yang sejak tadi hanya diam menonton sambil menikmati susu dalam botol dotnya langsung menangis.
"Sssttt... maafkan Mama sayang...," bujuk Zie.
John berbalik menatap wanita itu. "Baringkan dia di kasur. Dia pasti lebih nyaman di sana."
Mata Zie berkilat marah saat mendongak menatap John. "Aku bukan hewan peliharaanmu atau semacamnya. Aku tidak butuh izin siapapun untuk pergi, apalagi izin darimu yang tidak ada hubungan apapun denganku. Jadi jangan mencoba menghalangi."
"Aku mengerti kau marah karena aku tidak jujur bahwa aku sudah menikah. Tapi kita bisa bicarakan baik-baik—"
"Bukan hanya soal aku marah karena kau tidak jujur!" Tanpa sadar air mata bergulir di pipinya. "Yang paling penting adalah, kau sudah menikah jadi aku tidak bisa tinggal bersamamu!"
"Itu yang berusaha aku katakan padanya sejak tadi, Zie," celetuk Leon dari belakang John.
Ingin sekali John menyikut mulut Leon dengan keras. Tapi saat ini fokus utama John adalah Zie. "Apa hanya itu alasannya?"
"Tentu saja! Memangnya apa lagi?"
"Bukan karena kau menyukaiku? Jadi kau marah dan terluka setelah tahu bahwa aku sudah menikah lalu memilih pergi?"
Bibir Zie terbuka namun tak ada kata-kata yang keluar. Lidahnya kelu. Karena John berhasil menebak tepat sasaran. "Kau berpikiran terlalu jauh."
Mendadak tangan John terulur lalu dia menghapus lembut air mata di pipi Zie. "Lalu kenapa kau menangis?"
Dengan panik Zie menyeka air mata di pipinya dengan punggung tangan. Dia bersyukur karena menggunakan gendongan sehingga baby Bo aman bersandar di dadanya. "Aku menangis karena terlalu marah. Kau membuatku terlihat seperti jalang yang hendak merebut suami orang. Dan sekaranng kau bersikap keras kepala dengan melarangku pergi. Sebenarnya apa maumu?!"
"Aku menyukaimu, Zie."
DEG.
Rasanya jantung Zie seolah melompat naik ke tenggorokannya. Napasnya tercekat.
"Karena itu aku tidak bisa membiarkanmu pergi. Aku tidak bisa membiarkan kalian pergi."
Tidak tahukah John bahwa pernyataannya semakin melukai Zie? Memang itu bukan pernyataan cinta yang menjanjikan masa depan. Tapi ini pertama kalinya John mengatakan itu. Bahkan di masa mereka bersama-sama dulu, John tak pernah mengatakan bahwa dirinya menyukai Zie. Hubungan mereka berjalan begitu saja. Zie juga tidak berharap muluk John akan menyatakan cinta padanya. Karena bagi Zie, keberadaan John saja sudah cukup.
Hingga satu kalimat penuh tanya itu menghancurkan hatinya.
"Terima kasih karena kau menyukaiku bahkan memperlakukan Keivan dengan penuh sayang. Tapi itu tak menyelesaikan masalah utama di antara kita. Kau sudah menikah, John. Sementara aku adalah seorang janda. Orang-orang sudah bergosip mengenai kita. Kalau mereka tahu bahwa kau lelaki beristri, aku akan menjadi bahan ejekan semua orang. Itu sebabnya aku harus pergi. Aku tidak sanggup menanggungnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby's Father
ChickLitJonathan Fabian harus mengawasi secara langsung proyek pembangunan di lahan kosong yang baru dibelinya. Di sana dia bertemu seorang wanita dengan bayi mungilnya yang secara aneh langsung membenci John di hari pertama mereka bertemu. Tentu saja John...