5

12.5K 2.3K 174
                                    

Kamis (17.19), 11 Juni 2020

-----------------------

Lagi-lagi sosok Zie mengganggu pikiran John. Dia tidak bisa tidur sepanjang malam memikirkan mata Zie yang bengkak sehabis menangis. Ditambah kemarahan Julia yang tampak jelas ketika istri Bastin itu menyuruhnya mengantarkan baby Bo langsung ke rumah Zie.

Apa mereka bertengkar? Kalau iya, apa gara-gara dirinya membawa pergi baby Bo?

Rasa bersalah semakin membuat John tak bisa memejamkan mata. Dia terus bertanya-tanya. Dan semakin lama, semakin yakin bahwa memang dirinyalah penyebab pertengkaran Julia dan Zie.

Begitu malam berganti menjadi pagi, John bergegas mandi. Perasaannya tidak enak. Dia harus segera minta maaf pada Zie dan Julia. Bastin sendiri yang membukakan pintu untuk John.

"Bagaimana keadaan Zie?" tanya Bastin pelan.

Dia sudah mendengar dari Julia apa yang terjadi. Menurut sudut pandang Bastin, ketiganya sama-sama salah. John bersalah karena memaksa membawa baby Bo tanpa izin ibunya. Julia bersalah karena tak meminta izin Zie atau sekedar memberitahunya. Dan Zie... yah, dia juga salah karena berkata kasar pada Julia. Tapi Bastin sendiri tak bisa sepenuhnya menyalahkan Zie. Jika dirinya yang di posisi Zie, mungkin dia akan langsung main pukul. Orang tua mana yang bisa tenang kalau tahu anaknya di bawa orang asing tanpa sepengetahuannya?

Dan mungkin Bastin sendiri juga bersalah karena membiarkan saja apa yang dilakukan John maupun Julia.

"Tidak baik," gumam John. "Aku berencana minta maaf. Tapi pasti dia sekarang sudah pergi ke tempat kerja. Jadi aku ke sini dulu untuk minta maaf pada Julia."

Bastin mengangguk lalu menepuk pelan pundak John. "Seharusnya kau datang lebih pagi. Sarapan sudah selesai. Atau kau mau sarapan sendiri?

"Tidak, terima kasih. Aku hanya ingin bicara dengan Julia. Bagaimana proyek pembangunannya?"

"Lancar. Kami mulai lebih siang hari ini."

Di ruang tengah, Julia tampak membujuk si kembar untuk makan. Keduanya lebih tertarik pada mainan daripada makanan.

Melihat kedua balita itu, refleks John menunduk melihat jam tangan. Sudah pukul sembilan lewat. Biasanya baby Bo sudah bersama si kembar sebelum pukul sembilan.

"Mana baby Bo?" refleks John bertanya.

Julia mendongak menatap John dengan kekesalan yang tidak ditutupi dari raut wajahnya. "Jangan sebut-sebut mereka lagi," geramnya.

John menoleh menatap Bastin yang hanya angkat bahu lalu kembali menatap Julia. "Julia, aku minta maaf. Kau dan Zie—jadi seperti ini gara-gara aku."

Sorot mata Julia perlahan melembut lalu dia mengibaskan tangan meski bibirnya belum tersenyum. "Sudahlah, lupakan."

"Seharusnya aku tidak memaksa untuk membawa baby Bo."

Julia memaksa dirinya tersenyum. "Kubilang lupakan."

"Jadi aku dimaafkan?"

"Iya, dasar cerewet." Lalu dia mendesah. "Sebenarnya setelah semalaman memikirkan ini, aku juga diliputi rasa bersalah pada Zie. Dia memercayakan putranya padaku. Tapi aku malah membiarkan orang asing membawa putranya tanpa memberitahunya. Kalau itu terjadi pada si kembar, aku pasti akan semarah dirinya. Hanya karena ego aku merasa dia yang salah karena menyinggungku."

Bastin tersenyum lalu tanpa memedulikan John, mengecup puncak kepala sang istri. "Senang kau mau menurunkan egomu lalu melihatnya dari posisi Zie."

Julia memukul pelan lengan suaminya. "Aku tahu walau kau diam saja, kau juga yakin aku yang salah."

Bastin hanya tersenyum. Tak membantah ataupun mengiyakan.

The Baby's FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang