Selasa (14.14), 28 Juli 2020
------------------------
"Kau itu kenapa?" Zie langsung menyuarakan pertanyaan itu dengan kemarahan tertahan begitu mereka berada di dalam mobil John yang melaju meninggalkan rumah makan. "Yang tadi itu sangat kekanakan dan memalukan!"
"Mama..."
Zie langsung mencium kening baby Bo yang mendongak di pangkuannya. "Tidak, Mama tidak marah padamu."
"Sudah kubilang aku menyukaimu, Zie." Rahang John tampak menegang menahan amarah.
"Apa Leon belum mengatakan seperti apa hubungan kami?"
"Sudah."
"Memangnya apa yang dia katakan sampai kau masih bersikap seperti ini?"
"Dia hanya sahabatmu," geram John. "Walaupun kalian tumbuh bersama, tapi sama sekali tidak ada hubungan darah."
Zie bertanya-tanya dalam hati seberapa banyak yang diceritakan Leon pada John. Apa sampai bagian bagaimana Zie dan John bertemu hingga akhirnya—
"Baiklah, kau benar. Kami bisa saja menikah. Lalu memangnya kenapa? Hanya karena kau menyukaiku, kau tidak berhak melarangku makan bersama orang lain. Apalagi itu hanya Leon."
"Zie, aku sudah bilang akan menceraikan istriku. Tidak bisakah kau menunggu sebentar lagi?"
Zie memalingkan wajah. Suaranya dingin saat berkata, "Aku bukan perebut suami orang, John."
"Kita sudah bahas hal itu kemarin! Kau masih ingin berputar-putar di masalah yang sama? Yang sebenarnya sama sekali tak ada hubungannya denganmu? Kalau kau tidak percaya padaku, tanya saja Leon. Kau akan tahu seperti apa pernikahanku yang sebenarnya." Jemari John yang memegang kemudi mengepal. "Kemarin aku bahkan berkata kasar pada mamaku karena dia memaksaku menjadi suami yang sebenarnya bagi Rana. Jika hubungan ini tetap dipertahankan dengan paksa, aku dan Rana hanya saling menyakiti. Ah, lebih tepatnya aku yang terus menyakiti Rana. Dan mamaku sendiri."
"Kenapa kau menikahinya?" tanya Zie lirih. Dia tak berharap mendapat jawaban. Tapi benar-benar penasaran apa yang sebenarnya terjadi setelah dirinya pergi.
"Mama dan Rana yang merencanakan semua. Kami menikah terburu-buru—"
Telepon John menginterupsi obrolan mereka. Dengan satu tangan memegang kemudi mobil, tangan lainnya meraih ponsel di saku lalu menerima teleponnya setelah melihat caller ID.
"Masalah apa?"
"...."
"Kukira sudah beres. Apa dia minta tambahan uang?"
"...."
"Poker?" John langsung menoleh ke arah Zie dan ternyata Zie juga menatapnya. "Baiklah, di mana?"
"...."
"Aku akan tiba di sana pukul dua."
"Apa ada masalah?" Tanya Zie begitu John menyelesaikan sambungan telepon.
"Aku juga tidak mengerti. Apa kau mengenal Benton Delbert?"
Zie menggeleng. "Tidak. Memangnya kenapa dia?"
"Aku membeli salah satu lahan dari orang ini. Kami sudah sepakat dan rencananya dalam minggu ini akan menandatangani surat perjanjian jual-belinya. Tapi yang barusan ini telepon dari si makelar tanah. Katanya, Ben—si pemilik lahan, tidak mau menjualnya padaku sebelum temanku yang bernama Zie mengalahkannya dalam permainan poker." John menggeleng tak percaya. "Apa kau pernah bermain poker?"
Tanpa perlu lama berpikir, Zie langsung ingat malam ketika dirinya dan Julia pergi berbelanja. "Pernah. Saat kau dan Bastin menjaga para balita sementara aku dan Julia jalan-jalan."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby's Father
Chick-LitJonathan Fabian harus mengawasi secara langsung proyek pembangunan di lahan kosong yang baru dibelinya. Di sana dia bertemu seorang wanita dengan bayi mungilnya yang secara aneh langsung membenci John di hari pertama mereka bertemu. Tentu saja John...