Kamis (18.49), 01 Februari 2024
--------------------------------------
Zie bungkam dengan jemari mengepal di pangkuan sepanjang perjalanan malam itu. Ya, yang awalnya mereka berencana menyusul Leon esok paginya berubah beberapa jam lebih cepat.
Setelah obrolan panjang Zie dan John mengenai masa lalu Zie dan Nathan, John segera kembali ke kamarnya. Namun ia tak langsung tidur melainkan mengecek ponsel. Saat itulah ia dikejutkan oleh banyaknya pesan dan panggilan masuk yang dikirim Lisa, sepupu Rana.
John tak sempat membuka semua pesan itu. Pikirannya hanya terpaku pada pesan pertama yang ia buka dan tak sanggup membaca lebih banyak. Yang ia lakukan berikutnya adalah melompat dari atas ranjang lalu melesat keluar kamar seraya berteriak-teriak memanggil Zie.
"Zie!! Leon kecelakaan!"
Teriakan John membuat Zie juga keluar kamar dengan kecepatan yang sama ajaibnya. Wajahnya pucat dan bibirnya agak bergetar ketika bertanya, "Keivan? Bagaimana Keivan?"
John menggeleng dengan wajah yang sama pucat. "Aku tidak tahu. Ayo cepat susul mereka."
Zie tampak agak linglung saat kembali ke kamar untuk mengambil tas lalu memasukkan dompet dan ponselnya.
"Ada apa?"
John yang juga hendak kembali ke kamar baru menyadari keberadaan Nathan di sana. "Ah, Bro. Aku minta maaf tapi sepertinya kau tidak bisa menginap malam ini."
"Kau mengusirku?" tanya Nathan dengan nada kesal yang tak bisa ditutupi.
"Ya," sahut John tanpa basa-basi. "Maaf lagi, tidak bisa mengantarmu keluar."
Kali ini John tak menunggu sampai Nathan memberikan tanggapan dan langsung berderap kembali ke kamar.
Kalau dulu, John bisa berbagi apapun dengan Nathan. Dia juga percaya Nathan bukanlah pencuri hingga tak pernah khawatir meninggalkan Nathan di rumahnya. Namun setelah mengetahui masa lalu mereka, John jadi tak memercayai Nathan untuk berada di rumah itu sementara ada banyak barang-barang Zie di sana. Yah, bukan mustahil Nathan akan memutuskan "melihat-lihat". Mungkin sekedar untuk mengenang kebersamaan mereka dulu.
Sementara itu Nathan yang baru saja diusir terang-terangan tampak menipiskan bibir. Dan belum juga dia beranjak, Zie sudah kembali keluar kamar tanpa mengganti pakaian. Masih dengan celana jogger dan kaos pas badan.
"Kebohongan apa yang kau ceritakan pada John sampai dia berani mengusirku seperti itu?" geram Nathan pada Zie.
Ekspresi Zie sangat dingin saat membalas tatapan Nathan. Dia sudah cukup khawatir memikirkan Leon dan putranya. Keberadaan Nathan di sana hanya akan membuatnya lepas kendali lalu menghajar lelaki itu habis-habisan.
"Kenapa takut? Kalau kau tidak bersalah, jangan pernah merasa takut." Hanya itu yang bisa Zie katakan di antara emosinya yang nyaris meledak.
"Siapa bilang aku takut?" senyum licik tampak menghiasi bibir Nathan. "Kita sama-sama tahu kau yang meninggalkanku, Zie. Kau yang mengkhianati dan melukaiku. Hukum karma pasti berlaku. Kau akan segera menuai hasil perbuatanmu."
Zie menyeringai. "Ya, hukum karma pasti berlaku. Kita tunggu saja."
Wajah Nathan yang semula marah dan tampak arogan perlahan berubah penuh tanya. Keningnya berkerut saat ia seolah menangkap maksud tersembunyi dalam kalimat Zie.
Apa Zie tahu sesuatu?
"Mana jaketmu?" John yang baru bergabung di ruang tengah menyerukan pertanyaan.
"Tidak ada waktu—"
John hanya berdecak lalu menuju kamar Zie untuk mengambil jaket tebal di gantungan baju. Setelahnya tanpa permisi ia membantu Zie mengenakan jaket tersebut seraya berkata pada Nathan, "Kau tidak bawa barang, kan? Ayo! Aku harus segera mengunci pintu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby's Father
Genç Kız EdebiyatıJonathan Fabian harus mengawasi secara langsung proyek pembangunan di lahan kosong yang baru dibelinya. Di sana dia bertemu seorang wanita dengan bayi mungilnya yang secara aneh langsung membenci John di hari pertama mereka bertemu. Tentu saja John...