26

11.5K 2K 98
                                    

Minggu (16.35), 04 Oktober 2020

Tadi diunpublish karena semua dialog John di telepon lupa gak diitalic. Jadi kalau tulisannya berubah keputus-putus atau keulang-ulang, coba refresh dulu.

Caranya keluarkan dulu dari library. Cari lagi di beranda akunku, klik ceritanya. Setelah muncul, klik tanda "baca" atau "read". Jangan langsung tanggal "+". Setelah tampil, buka bab ini. Kalau sudah normal, masukkan lagi ke perpustakaan. Kalau belum, coba lagi sampai anda beruntung... eh ☺

Selamat membaca!!

--------------------------

"Jadi John papa kandung baby Bo?"

Nada suara Julia masih terdengar tak percaya bahkan setelah Zie menceritakan semuanya. Mulai dari hubungan tak jelasnya dengan John di night club dua tahun lalu hingga John mengetahui fakta mengenai baby Bo sekitar dua minggu lalu.

Sebenarnya berat baginya untuk memberitahu Julia. Dia takut hubungan mereka menjadi retak karena selama ini berbohong mengenai papa baby Bo. Bukankah lebih mudah membiarkan Julia berpikir bahwa suaminya sudah meninggal lalu pergi dari kota ini ke rumah Mama John seperti rencana semula?

Namun nurani Zie yang ternyata masih bekerja menggeleng tegas. Sudah cukup dirinya lari dari masalah. Sudah cukup dia menjadi pecundang yang lebih dulu takut pada sesuatu yang mungkin tidak akan terjadi. Kebohongan yang dia ciptakan termasuk masalah. Dan Zie harus menghadapi dan menyelesaikannya. Bukan kabur seperti dulu.

Yah, mungkin dia tak akan berteriak atau membuat pengumuman pada seluruh tetangga yang mengenalnya mengenai siapa papa kandung baby Bo. Rasanya itu seperti orang gila. Tapi setidaknya Zie bisa memberitahu orang yang selama dua tahun ini terus mendukung dan tak lelah membantunya. Orang yang berani dia anggap sahabat. Julia berhak tahu.

"Kau pasti marah dan kecewa karena selama ini aku berbohong. Bahkan setelah John datang, aku tetap berbohong." Zie tak berani mendongak menatap Julia. Pandangannya mengarah pada Baby Bo yang sedang bermain dengan si kembar.

Sentuhan Julia yang memegang lembut tangan Zie di pangkuan membuat Zie mendongak. Tak diduga wanita itu tersenyum dan sama sekali tak tampak sorot kecewa dalam matanya.

"Aku malah sangat berterima kasih kau bersedia menceritakan semua itu. Aku tahu kau bukan tipe orang yang mudah bercerita, apalagi itu mengenai kehidupan pribadi. Pasti butuh usaha yang besar hingga kau bisa memaksa dirimu untuk menceritakannya."

"Yah," Zie berubah salah tingkah karena reaksi Julia di luar dugaan. Dia tersenyum malu seraya berkata, "Aku memang sempat berpikir tidak akan memberitahumu dan langsung pergi bersama John."

Julia mengerucutkan bibir. "Kalau seperti itu, aku akan sangat marah."

"Syukurlah aku memilih sebaliknya."

Kedua wanita itu tertawa. Dan perasaan Zie menjadi sangat lega. Ternyata memang benar. Terkadang berbohong perlu. Tapi jika kebohongan itu hanya menciptakan beban yang memberatkan langkah dan hati kita, kenapa tidak memilih jujur saja?

"Jadi kau benar-benar akan menikah dengan John?"

Zie mengangguk.

"Kapan?"

"Entahlah. John selalu bilang secepatnya. Tapi aku tidak bisa menebak secepatnya versi dia itu seperti apa," Zie meringis malu.

"Hm, bukankah John masih harus menyelesaikan masalah perceraian?"

"Aku juga berpikir begitu. Aku sudah menyarankan agar rencana pernikahan ditunda sampai dia benar-benar resmi bercerai. Tapi sepertinya saranku hanya dianggap angin lalu." Sejenak Zie terdiam, menimbang hendak mengutarakan isi hatinya atau tidak. "Jujur saja, di satu sisi aku ingin segera terikat dengannya. Ingin baby Bo segera menyandang namanya secara hukum. Tapi di sisi lain aku merasa sangat bersalah pada istri John. Mama Meisya memang tak pernah mengatakannya secara terang-terangan. Tapi dari cerita-ceritanya, aku bisa menangkap betapa dalam wanita itu mencintaimu John. Menurutmu, apa keputusanku menerima lamaran John sudah tepat?"

The Baby's FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang