Rabu (11.22), 08 Juli 2020
---------------------------
Beberapa hari ini, baby Bo selalu bangun siang. Padahal biasanya si balita pasti membuka mata begitu Zie turun dari ranjang. Mungkin karena jam tidurnya semakin malam. Zie sama sekali tak mengeluh. Malah bersyukur karena jadi punya waktu beberapa jam untuk menyelesaikan urusan rumah sebelum si balita bangun.
Seperti pagi ini, Zie bisa tenang memasak lalu membersihkan rumah. Sementara John—
"Sudah kubilang, biar aku cuci sendiri pakaianku!" seru Zie sambil berusaha merebut keranjang berisi pakaian kotornya. Wajahnya memerah memikirkan John menyentuh pakaian dalamnya.
"Kita berdebat mengenai ini tiap pagi. Apa kau tidak lelah?" John menjauhkan keranjang cucian yang berusaha dijangkau Zie.
"Aku lelah. Karena itu berhenti memancing kekesalanku."
"Dengar, kita hidup bersama di sini. Jadi wajar kalau kita berbagi tugas. Karena aku tidak bisa memasak, jadi biarkan aku yang mencuci pakaian. Toh ada mesin cuci. Sama sekali tidak sulit."
"Tidak semudah itu caranya mencuci. Aku tidak percaya dengan kemampuanmu."
Akhirnya John mengalah dan membiarkan Zie merebut keranjang cucian. "Kejujuranmu menyakitkan. Jadi aku yang bersih-bersih?"
"Ya, seperti biasa."
John mendesah. "Aku tidak suka bersih-bersih."
Zie menahan senyum geli melihat John menipiskan bibir tak suka saat meraih sapu. Tapi seperti hari-hari sebelumnya, John akan tetap mengerjakannya walau sambil terus mengeluh.
Selesai urusan rumah dan mandi, keduanya sarapan bersama. Baby Bo masih lelap di ranjangnya hingga kedua orang dewasa itu bisa makan dengan tenang.
Begitu John berangkat kerja, Zie mendesah sambil memegang dada. Semakin hari rasanya semakin menyakitkan. Dia takut pada akhirnya tidak sanggup pergi.
"Seminggu," gumam Zie pada dirinya sendiri. "Setelah seminggu kita harus benar-benar pergi, Bo."
Tekad itu berhasil membuat Zie lebih tenang meski jantungnya kian berdenyut menyakitkan. Tapi Zie mengabaikannya dan memilih menyibukkan diri dengan melakukan trading.
Pukul sebelas siang, baby Bo sudah mandi, makan, dan dikelilingi mainannya di ruang tengah. Zie sedang memikirkan apa yang hendak mereka lakukan siang itu saat bel rumah berbunyi.
"Sepertinya kita kedatangan tamu, Bo. Bersikap yang baik, oke."
Tapi si kecil hanya mendongak menatap Zie dengan mulut terbuka dan liur menetes lalu kembali memusatkan perhatian pada mainan di tangannya.
Tiba di ruang tamu, Zie langsung membeku melihat siapa yang berdiri di ambang pintu yang terbuka. Lelaki itu berpakaian santai dengan celana jins dan jaket yang membungkus tubuh tingginya. Saat melihat Zie dia langsung membuka kacamata hitam yang melindungi sepasang mata cokelat gelap.
Sebelah alis Leon terangkat melihat wanita yang membukakan pintu. "Ini rumah kontrakan John, kan?"
Zie menelan ludah dengan salah tingkah lalu mengangguk.
"John ada?"
"Ehm, dia berangkat kerja." Sial! Kenapa terdengar seolah mereka sepasang suami-istri? "Tunggu saja di dalam. Kau sudah menghubunginya, kan?"
Leon mengangguk lalu masuk ke ruang tamu sederhana itu. Pandangannya menyapu setiap sudut. Berhenti cukup lama di salah satu sisi ruangan tempat tumpukan mainan tergeletak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby's Father
ChickLitJonathan Fabian harus mengawasi secara langsung proyek pembangunan di lahan kosong yang baru dibelinya. Di sana dia bertemu seorang wanita dengan bayi mungilnya yang secara aneh langsung membenci John di hari pertama mereka bertemu. Tentu saja John...