•"Shit!"•

1.8K 122 61
                                    

ReadyOrNot

2 pekan berlalu.

Dampak dari pengakuan kala itu sungguh besar. Banyak perubahan drastis yang terjadi saat ini. Tidak ada lagi kesan kebersamaan, semua berjalan masing-masing.

Perhasabatan antara kamu dan Icapun merenggang. Kalian tidak pernah terlihat bersama lagi. Sebenarnya kamu sudah berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan Ica namun percuma Ica tidak semudah itu untuk di luluhkan.

Seperti halnya yang terjadi pada hari ini.

Bel istirahat baru saja berbunyi menandakan telah berakhirnya proses belajar mengajar. Kelas mulai ricuh saat guru sejarah yang mengajar baru saja keluar kelasmu.

Kamu melirik pada bangku Detha, dia tidak ada. Lantas pandanganmu beralih menatap bangku Ica. Kamu mendekat lalu duduk didepan meja bangku sahabatmu itu.

"Ca, mau ke kantin? Ayo bareng." Kamu memberikan senyum termanis mungkin.

Ica melirik kearahmu sekilas, menggeleng pelan lalu pergi kebangku Andre.

"Andre, ayo ngantin gue udah laper." Ica menarik lengan Andre yang tengah bermain ponsel.

kamu mendengus sebal.

Sabar.

Bukan kamu namanya jika mudah memyerah, untuk itu kamu mengikuti Ica yang pergi bersama Andre.

Kamu mensejajarkan langkahmu dengan Ica, dan tidak lupa tersenyum.

"Di depan pojok jalan sana, baru ada cafe buka loh, kita kesana yuk. Detha ikut juga kok. Tempatnya instagramamble banget tahu Ca. Lumayan kan buat stok foto."

Ica menoleh kearahmu lalu tersenyum. "Pergi tanpa gue aja!" Setelah itu dia menarik lengan Andre untuk mempercepat langkahnya meninggalkanmu.

"Ica! Ca.." Kamu menghembuskan nafas.

"Gimana?" Kamu menoleh kebelakang.

"Masih nihil Rak!" Kamu merundukan kepala.

Raka menarik tanganmu. "Tenang masih banyak kesempatan. Sekarang kita ke kantin
dulu."

🌸

Jam istirahat telah usai, namun Andre tidak langsung kembali ke kelas. Dia lebih memilih berkumpul bersama teman-temannya di base anak basket. Tidak hanya Andre saja ternyata, anggota yang lainpun banyak yang berada tersebut.

"Bolos bos?" Tanya seseorang ketika Andre baru saja mendaratkan bokongnya pada sebuah karpet yang tersedia disana.

Andre mengangguk. "Kalian juga kan?"

"Hooh anjir males gue pelajara Pak irwan," sahut Fahri.

Andre mengangguk.

"Satu, dua, tiga—"

Fahri memukul bahu Udin. "Ngapain jadi belajar ngitung sih."

"Naon sih! Aing lagi ngitung anggota bray. Kayanya kurang euy." Udin sibuk menghitung jumlah orang yang ada ruangan tersebut.

Ready Or Not! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang