Agatha olivia XaveeraLahir: Jakarta 15 maret 1984
Wafat: Jakarta 13 maret 2019
Mellysa memeluk batu nisan ibunya dengan sangat erat, sejak malam ia tak henti-henti nya menangis. Ia belum bisa menerima kenyataan jika ibunya pergi meninggalkan nya untuk selama-lamanya.
"Mamah bangun mah," ujar Mellysa yang masih terisak dalam tangis nya. Ia tidak rela jika ibunya pergi, sekarang ia tidak punya siapa-siapa lagi. Lalu untuk apa dirinya hidup? Jika harus sendirian seperti ini.
"Mamah kenapa tega, tinggalin aku sendiri mah? Sekarang aku udah ga punya siapa-siapa lagi. Mamah bangun mah." tangisan nya begitu pilu, semua orang yang berada di pemakaman. Menatap Mellysa kasihan. Yang semakin membuat gadis itu sedih adalah papahnya. Papah yang selama ini mengatakan jika dia sangat mencintai ibunya, namun semua itu hanyalah omong kosong. Bahkan saat ibunya akan di kebumikan papahnya tidak datang walau semenit saja.
Mellysa tak bisa membendung air mata nya, untuk tidak jatuh gadis itu terlihat begitu lemah. Tidak lagi tawa bahagia yang terpancar dari kedua sudut bibirnya. Semuanya sudah lenyap. Satu-persatu pelayat mulai meninggalkan area pemakaman, kini hanya ada dirinya, Antares, orang tua Antares. Dan anggota inti Thunder.
"Milkita kita pulang yu?" Antares mengajak nya dengan nada lembut. Ia juga sangat sedih, saat mengetahui kabar jika Agatha benar-benar pergi secepat ini.
"Gue masih mau di sini, lo pulang duluan aja. Kasian mamah sendiri ga ada yang nemenin." Mereka menatap Mellysa tak tega. Gadis berlesung pipit itu sangat terpukul atas kepergian Agatha yang begitu mendadak.
"Kamu tinggal sama tante dan Antares aja mau ga?" tawar Amanda menitikkan air matanya. Ia juga sama terpukul nya dengan Mellysa, karena Agatha adalah sahabat nya sejak kecil.
"Gak usah tante, aku udah biasa sendiri. Mending tante pulang aja aku masih mau di sini."
"Yasudah kalo gitu tante duluan ya." Amanda mengusap surai Mellysa dengan sayang.
“Antares ayo pulang,” ajak Amanda.
"Tapi mah—"
"Res, dia butuh waktu."
*****
Antares akhirnya mengiyakan ucapan Amanda, sebelum ia pergi Antares mengatakan sesuatu terlebih dahulu kepada Mellysa.
"Milkita lo ga boleh sedih ya, masih ada gue di sini. Lo cewek paling strong yang pernah gue kenal." Mellysa langsung menghambur ke dalam pelukan Antares. Setelah ibunya pergi ia juga tidak ingin kehilangan Antares juga.
"Lo juga jangan tinggalin gue Antangin, gue sayang sama lo." Perkataan Mellysa pada Antares sukses membuat Angkasa terbakar api cemburu. Cowok itu menatap Antares sengit.
Antares menguraikan pelukan nya, "Gue ga akan pernah tinggalin lo, gue pergi dulu ya. Jaga diri lo baik-baik." Mellysa menganguk patuh.
"Yang sabar ya, kamu pasti bisa." Haikal ayah Antares menepuk bahu Mellysa, sebelum dirinya dan keluarga nya pergi dari pemakaman.
"Mell, lo gak pernah sendiri ada kita di sini, sebagai keluarga kedua lo," Ujar Bara yang entah sejak kapan sudah berjongkok di pinggir nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antallys [Completed]
Teen Fiction"Untuk apa bertahan dengan seseorang yang tidak menginginkan kehadiranmu?"