Antares meregangkan tangan nya, yang terasa sangat pegal. Cowok berlesung pipit itu telah menyelesaikan dua ratus origami berbagai bentuk. Ia sengaja membuat origami sebanyak ini. Hanya untuk memberikan kejutan pada Mellysa.
Waktu sudah menunjukan pukul 17.30 sore. Itu berarti sudah satu jam lamanya Antares menunggu Mellysa di sebuah taman yang tak jauh dari rumahnya. Satu-persatu pengunjung mulai meninggalkan taman. Karena cuaca sudah mendung dan sudah di pastikan jika sebentar lagi akan turun hujan.
Antares sudah uring-uringan. Ia terus melirik jam di pergelangan tangan nya. Apa mungkin Mellysa tidak akan datang? Tidak Antares harus percaya jika Mellysa pasti datang.
Antares merogoh ponsel dari dalam saku celana nya. Ia berniat untuk mengirimkan Mellysa pesan.
Antares Altair: Milkita lo, jadi dtng g?
Antares Altair: Milkita lo dmn? Udh otw blm?
Antares Altair: Milkita lo dmn?
Antares Altair: p
Antares Altair: p
Antares Altair:p
Antares mengusap wajahnya kasar, karena nomor Mellysa ceklis satu, Antares tidak menyerah begitu saja, ia terus menelopon Mellysa, namun hasilnya nihil Mellysa tidak menjawab panggilan nya sama sekali.
Duarr
Suara petir itu membuat Antares terlonjak kaget, hingga ponsel nya terjatuh ke bawah, Antares bernapas lega, untung nya saja layar ponsel nya tidak retak.
"Milkita lo dimana?"
Perlahan rintik hujan mulai jatuh ke bumi, membawa sejuta kenangan di dalamnya. Kenangan yang mungkin akan di kenang sepanjang masa, ataupun di lupakan dalam sekejap mata.
Origami yang di buat Antares dengan susah payah, kini sudah tak berbentuk lagi. Jika saja hujan bukan anugerah pasti saat ini juga Antares akan memaki nya. Karena sudah merusak origami yang di buatnya. Jika hujan membawa kekesalan untuk dirinya kali ini. Berbeda dengan anak-anak kecil yang tengah bermain hujan sambil tertawa bahagia. Mereka terlihat sangat senang menyambut kedatangan hujan.
Antares hanya bisa tersenyum, saat menyaksikan betapa bahagia nya beberapa anak kecil itu. Jika saja Antares bisa memutar waktu. Ia ingin kembali menjadi anak kecil. Yang bisa tertawa lepas tanpa beban. Yang hanya bisa menangis karena tidak di belikan permen.
Berbeda saat kita beranjak dewasa. Rasanya sangat sulit untuk tertawa. Karena beban hidup yang kita pikul terlalu berat. Ternyata menusia memang tidak pernah bersyukur. Dulu saat kita masih kecil. Kita ingin cepat-cepat beranjak dewasa. Tapi sekarang apa? Di saat kita sudah beranjak dewasa kita ingin kembali lagi ke masa kecil. Sungguh menjadi dewasa tidak seperti yang kalian pikirkan.
Bibir yang awalnya berwarna merah muda. Kini berubah menjadi putih pucat. Antares hanya bisa duduk di bangku taman. Sambil menunggu Mellysa datang ke sini. Sudah hampir tiga jam lamanya Antares menunggu Mellysa. Namun sampai sekarang pun Mellysa belum datang juga. Apa mungkin ia lupa pada janji nya?
"Udah malem, kok si Milkita belum dateng sih? Apa dia lupa?" Antares bermonolog. Ia menggelengkan kepalanya. Apapun yang terjadi ia harus percaya jika Mellysa pasti datang.
"Lo pasti dateng kan Mell?"
Antares benar-benar kedinginan, bahkan jaket yang di pakainya saja tidak cukup untuk melindungi nya dari derasnya hujan. Jika saja ia tidak janjian dengan Mellysa, pasti sekarang Antares sedang meminum coklat panas.
Antares menyalakan kembali ponsel nya, untuk melihat jam di ponsel nya. Matanya berbinar saat melihat Mellysa mengirimi nya pesan. Buru-buru ia membuka nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antallys [Completed]
Teen Fiction"Untuk apa bertahan dengan seseorang yang tidak menginginkan kehadiranmu?"