Hanya karna ia sabar, bukan berarti ia layak di kecewakan
-Tembokusam
6 tahun kemudian.
Sudah satu tahun lebih, sejak mereka menikah. Antares tak pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi kepala keluarga, jika di dalam rumah tangga orang lain, seorang istri akan melayani nya dengan senang hati, berbeda dengan Antares yang tidak pernah mendapatkan itu semua.
Mellysa sama sekali tidak pernah melayani nya, ia terlalu sibuk dengan pekerjaan nya di Italia sampai melupakan dirinya sendiri di sini. Mellysa pulang ke Indonesia sekitar dua bulan sekali. Dan tinggal di sini beberapa hari setelah itu ia kembali lagi ke Italia.
Antares juga harus pisah kamar dengan Mellysa, karena takut hal yang tidak di inginkan terjadi, selama mereka menikah sejauh ini, Antares tidak pernah menyentuh Mellysa sama sekali.
Kenapa? Karena sebelum mereka menikah dulu, Mellysa pernah mengatakan jika ia belum siap untuk mempunyai anak dan sengaja menundanya. Bukan karena Mellysa tidak memenuhi kewajiban nya sebagai istri, tapi tuntutan pekerjaan. Karier nya sedang berada di puncak-puncaknya, tidak mungkin ia harus meninggalkan karier nya demi mempunyai anak. Mellysa lebih memprioritaskan karier nya daripada Antares.
Hal yang paling Antares, tidak pernah menyangka dari Mellysa adalah sikapnya. Sikapnya berubah drastis. Jika dulu Mellysa selalu bersikap hangat padanya. Kini semua itu hanyalah kenangan, Mellysa kini bersikap dingin dan acuh padanya.
Antares tidak tau sebenarnya apa alasan Mellysa, bersikap seperti itu padanya. Antares ingin bertanya tapi untuk bertegur sapa aja rasanya canggung. Apalagi jika mereka mengobrol. Pernah sesekali Antares bercerita banyak hal pada Mellysa, tapi Mellysa hanya menjawabnya dengan gumaman, ataupun iya, oke, haha, sabar ya, oh. Antares sudah muak dengan semua itu.
Antares tidak menuntut banyak hal, seperti laki-laki pada umumnya, Antares hanya bisa bersabar setiap harinya, sampai batas kesabaran nya habis.
Sejujurnya Antares lelah dengan pernikahan ini. Antares lelah berpura-pura pada semua orang jika pernikahan nya harmonis dan menyenangkan. Di saat semua orang tidak ada yang peduli kepadanya, Antares hanya bisa tersenyum.
Antares tidak mempunyai teman selain Tuhan. Tuhan adalah tempat terbaiknya untuk berkeluh kesal. Dan Antares selalu percaya jika rencana Tuhan pasti indah.
Mungkin Tuhan menguji pernikahan Mereka dulu, sebelum memberikan ending yang bahagia.
Tok tok tok
Antares mengetuk pintu kamar Mellysa berkali-kali, namun tak ada sahutan sama sekali dari dalam. Pagi-pagi sekali Antares sudah menyiapkan sarapan spesial untuk Mellysa.
Karena Mellysa tak kunjung membuka pintu, akhirnya Antares memilih untuk masuk dan menaruh sarapan nya untuk Mellysa di atas nakas, setelah itu ia akan kembali ke dapur, untuk menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri.
Antares menaruh nasi goreng itu dengan sangat hati-hati di atas nakas, karena takut Mellysa terbangun dari tidurnya. Karena ia tahu istri nya baru pulang dari Italia kemarin malam.
Melihat Mellysa yang tidur tanpa memakai selimut, Antares jadi tidak tega melihatnya. Dengan hati-hati Antares mulai menarik selimut hingga ssbatas dada istri nya.
Merasa ada yang menganggu tidurnya, Mellysa mulai membuka matanya perlahan. Matanya melotot tajam saat Antares tengah memakaikan nya selimut. Bukan apa-apa tapi Mellysa sangat tidak suka jika ada yang menganggu tidurnya.
"Kamu udah bangun?"
"Ganggu!"
"Oh ya aku buatin, kamu sarapan nih cobain." Antares menyodorkan piring nasi goreng nya pada Mellysa, "rasanya di jamin enak, soalnya di buatnya pake cinta."
Prang.
Antares hanya bisa menahan sesak di dadanya, saat Mellysa dengan sengaja menepis piring yang di sodorkan nya, dengan kasar. Antares berjongkok dan mulai membereskan pecahan piring nya, namun naas jari telunjuk nya harus terkena pecahan piring.
"Awww." Antares mengelapkan jari telunjuk nya pada baju yang ia kenakan. Ia tidak mau jika Mellysa melihat nya terluka. Antares hanya ingin Mellysa melihat nya baik-baik saja.
"Alay." setelah mengatakan itu Mellysa, langsung bergegas menuju kamar mandi. Antares hanya bisa menghembuskan napas panjang. Rasanya begitu sakit, saat Mellysa bersikap acuh padanya.
Antares berjalan menuju ruang tamu, untuk mengambil sapu dan pengki, setelah itu ia langsung membersihkan nasi goreng beserta serpihan piring, yang sudah berserakan ke lantai. Tak lupa Antares juga membereskan kasur Mellysa dengan penuh suka cita.
Di ruang tamu, Antares hanya bisa menahan sesak di dadanya. Untuk ke sekian kalinya Antares mendapatkan penolakan dari Mellysa. Tak apa ia setiap hari harus seperti ini, asalkan Mellysa baik-baik saja.
Antares tersenyum begitu tulus, saat melihat Mellysa duduk di sebelah nya sambil membawa kripik singkong. Wanita cantik yang kini telah menjadi istrinya itu tengah serius menatap layar televisi yang ada di depan mereka.
"Kamu mau nonton film ga? Kebetulan aku baru beli kaset," ujar Antares memulai pembicaraan.
"Ga usah," balas Mellysa acuh, tanpa menoleh sedikit pun ke arahnya. Antares hanya bisa menundukan kepalanya dalam-dalam berusaha menyembunyikan kesedihan nya.
Antares tidak apa-apa, dia baik.
"Kamu udah makan?" tanya Antares lagi.
"Hmm."
Antares memegangi perutnya yang keroncongan. Karena sejak pagi ia belum sedikit pun memakan makanan. Sebetulnya bisa saja ia memasak ataupun menyuruh bi Lastri untuk membuatkan nya sarapan. Tapi entah kenapa ia ingin Mellysa yang memasakkan sesuatu untuknya.
Karena sejak awal mereka menikah, Antares belum pernah mencicipi masakan buatan istrinya, jangankan itu Antares tidak pernah melihat Mellysa memasak sama sekali.
"Kamu bisa buatin aku sarapan? Aku lapar nih," pinta Antares hati-hati, Antares tau Mellysa akan menolaknya, tapi setidaknya ia harus berusaha dulu.
Tanpa menjawab perkataan Antares, Mellysa langsung beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju dapur. Antares tersenyum sumringah ternyata Mellysa mau membuatkan nya sarapan.
Dengan ceria, Antares berjalan menuju meja makan. Dan memperhatikan Mellysa yang tengah memasak. Rasa bahagia kini tengah menyelimuti nya perhatian kecil dari Mellysa berhasil membuat nya melayang.
Setelah selesai memasak Mellysa langsung membawa, makanan hasil buatan nya ke meja makan. Ia mengeryitkan dahinya heran saat melihat Antares yang sudah stay di meja makan.
"Ngapain?" tanyanya.
"Makasih, ya udah buatin aku sarapan," jawab Antares begitu antusias.
"Sarapan? Siapa yang buatin kamu sarapan?"
Antares jadi ragu menjawabnya, "kamu."
"Engga."
"Buktinya kamu udah masakin aku, itu buktinya." Antares menunjuk makanan yang di buat Mellysa.
"Ini bukan buat kamu, tapi buat aku."
"Terus makanan buat aku mana?" tanya Antares santai namun terlihat menahan kesal.
"Buat sendiri."
Lagi dan lagi, Antares harus menahan kekecewaan. Daripada harus menahan sakit lebih dalam lagi, Antares lebih memilih untuk masuk ke dalam kamarnya. Meninggalkan Mellysa sendiri di meja makan.
Tubuh Antares langsung meluruh ke lantai begitu saja. Kamar ini menjadi saksi bisu betapa lemahnya Antares.
"Antares kamu ngapain di dalam?" tanya Mellysa dari luar sana, sambil mengetuk-ngetuk pintu kamarnya.
"Kamu ga usah khawatir, aku baik-baik aja." hanya kalimat sederhana tapi mengandung berjuta luka di dalamnya. Antares baik-baik saja, sungguh.
Makasihh yang udah nyempetin, baca ekstra part nya❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Antallys [Completed]
Ficção Adolescente"Untuk apa bertahan dengan seseorang yang tidak menginginkan kehadiranmu?"