“Tepung udah, mentega udah, telor udah. Apa lagi yang belum, ya?” Antares melihat-lihat kembali barang belanjaannya, takutnya ada bahan yang kurang. Setelah di rasa tidak ada belanjaan yang kurang, Antares berjalan menghampiri Mellysa yang tengah sibuk memasukkan beberapa susu kotak ke dalam troli belanjaannya yang sudah penuh dengan susu kotak.
“Astaga, gue bawa lo ke sini buat—”
“Makan tuh kembaran lo!” Mellysa memasukkan satu buah antangin ke mulut Antares.
Antares menaruh kembali Antangin itu ke dalam rak. Mellysa mengambil antangin yang di letakkan Antares, lalu memasukkannya ke dalam kotak belanjaan Antares. “Apaan sih lo?”
Mellysa tersenyum jail. “Itu tuh hadiah dari gue. Antangin je-er-ge, kembaran lo.”“Hmm.” Antares hanya bergumam menanggapinya. Mungkin Antares tidak akan pernah meminum antangin itu, tetapi dia akan menyimpannya sebagai kenangan. Mellysa mendorong troli belanjaannya, setelah puas berbelanja susu kotak kesukaannya.
“Totalnya 480 ribu, Mbak,” ujar seorang kasir. Mellysa mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya, kemudian memberikannya pada kasir.
“Kembaliannya dua puluh ribu.” Kasir itu memberikan kembaliannya pada Mellysa, terlihat Mellysa enggan mengambilnya. Ia sangat jarang mempunyai uang receh di dalam dompetnya. Yang ada di dalam dompetnya hanyalah pecahan uang lima puluh ribu dan seratus ribuan.
“Kembaliannya ambil aja deh, Mbak.”
“Tapi, Mbak—”
“Udah, ambil aja. Saya ikhlas kok.” Kasir itu mengangguk, lalu memasukkan uang kembalian dari Mellysa ke dalam saku celananya.
“Nih.” Antares menyodorkan satu buah permen Milkita rasa cokelat kepada Mellysa. Cewek itu sedikit terkejut.
“Makasih, Res. Lo tau aja gue suka permen.” Mellysa tersenyum semringah, saat Antares memberikannya sebuah permen. Saat masih kecil dulu, ia jarang sekali memakan permen, karena Ayahnya selalu melarangnya.
“Anggep aja kita impas. Tadi lo ngasih gue antangin, sekarang giliran gue ngasih lo permen milkita.”
“Hmm, iya deh. Nih pegangin.” Mellysa memberikan plastik belanjaannya pada Antares.
“Milkita, lo yang bener aja? Masa gue bawa dua kresek sih?” ujar Antares kesal.
“Itu tuh namanya kewajiban lo sebagai pacar. Masa sih lo tega ngebiarin gue bawa belanjaannya? Yang ada, tangan gue bisa bisulan.”
“Terserah.” Lebih baik ia mengalah, daripada harus berdebat dengan Mellysa. Mereka berjalan beriringan menuju parkiran. Sesekali Mellysa mentertawakan Antares yang terlihat keberatan membawa belanjaannya. Karena terlalu sibuk mentertawakan Antares, Mellysa tak sengaja menabrak tubuh seseorang.
“Eh, sorry, gak sengaja.” Mellysa mengulurkan tangannya untuk membantu berdiri perempuan yang ditabraknya.
“Gak papa. Gue juga yang salah kok, jalan gak liat-li—” Perempuan itu tak melanjutkan ucapannya. Matanya seketika melebar, saat melihat wajah Mellysa.
“Lo Mellysa, kan? Temen SD gue, ke mana aja lo gak ada kabar?” tanya perempuan itu, namanya Irene—dia teman Sekolah Dasar Mellysa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antallys [Completed]
Genç Kurgu"Untuk apa bertahan dengan seseorang yang tidak menginginkan kehadiranmu?"