Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, kini anak-anak kelas XII telah selesai melaksanakan unbk hari terakhir. Selama tiga minggu lamanya Mellysa belajar mati-matian untuk menghadapi unbk, ternyata benar usaha tidak pernah menghianati hasil, dan benar saja Mellysa bisa mengerjakan soal-soal dengan mudah. Selama itu pula ia menjauhi Antares.
"Oci foto yu! Buat kenang-kenangan," ajak Rere sambil menarik tangan Mellysa untuk ikut berfoto bersama yang lainnya.
"Gue mau balik," tolak Mellysa, sejujurnya Mellysa ingin sekali berfoto bersama teman-teman nya. Namun saat melihat Antares di sana Mellysa lebih memilih pergi.
"Yaelah, Oci muka cantik tapi jarang foto, aneh banget sih lo. Biasanya juga lo yang paling narsis." Mellysa memutar bola matanya.
"Ayo dong ci, pliss sekali aja, gue mohon." Melihat wajah Rere yang memohon seperti itu membuat nya jadi tidak tega. Akhirnya Mellysa mengiyakan saja ajakan Rere, yang membuat nya kegirangan.
Mereka ikut bergabung bersama warga kelas XII IPS 3, untuk berfoto di tengah lapangan, mungkin foto ini akan menjadi saksi bagaimana susah senang nya masa putih abu-abu. Tak lupa mereka juga berfoto bersama para wali kelas ataupun guru-guru yang lain.
"Bu, gamau foto sama orang cantik bu?" tanya Mellysa kepada bu Desi guru bk sekaligus guru favorit nya, walaupun bu Desi termasuk daftar guru killer tapi entah kenapa Mellysa menjadikan nya guru favorit.
"Kamu mau ibu hukum?" Mellysa terkekeh menanggapi nya. Mungkin nanti setelah benar-benar lulus, Mellysa akan merindukan semuanya yang ada di sekolah ini. Mulai dari teman, guru, jajanan kantin, satpam dan yang lainnya.
"Ayo dong bu, kita selfie-selfie buat kenangan, siapa tau nanti saya jadi model."
Mellysa meminta Nazwa untuk memfotokan dirinya dengan bu Desi, setelah selesai mengambil gambar, Nazwa mengembalikan ponsel Mellysa kembali.
"Si ibu kalo foto, ga ada eskpresi nya kaya vampir tau bu," celetuk Mellysa yang langsung mendapat tatapan horor dari bu Desi.
"Ehh ga gitu bu maksudnya."
Bu Desi membuang napas, "kamu itu ya, emang hobi nya ngatain guru."
"Bukan ngatain bu, tapi menghujat."
****
Antares kini berada di sebuah rooftop gedung tua yang sudah tidak terpakai. Sejak Mellysa menjauhi nya Antares hanya menghabiskan waktu nya di sini sambil bermain gitar.
Semilir Angin sepoi-sepoi berhembus menerpa kulit wajahnya yang halus. Mata segelap tinta itu terus memperhatikan luasnya Ibu Kota, dari atas gedung. Baginya ini semua bisa membuat pikiran nya lebih tenang.
Antares ingin mengajak Mellysa ke tempat ini, dan menyanyikan dia lagu romantis, tapi semua itu hanyalah imajinasi nya saja. Nyatanya sekarang Mellysa menjauhi nya bahkan menatap mata nya saja enggan.
Antares bingung harus berbuat apa sekarang, apa ia harus meminta maaf lagi pada Mellysa? Tapi dimana? Di sekolah? Rasanya tidak mungkin, karena ini hari terakhir ia datang ke sekolah karena ujian nasional telah selesai. Ia hanya tinggal menunggu hasil saja.
Apa mungkin Mellysa saat perpisahan sekolah nanti? Emm.. Antares mencoba berpikir lagi. jika ia meminta maaf pada hari itu. Mungkin Antares akan merusak momen bersejarah bagi Mellysa.
"Woy Antares, ngapain lo sini?" tanya Dava yang membuat Antares terlonjak kaget. Dava tertawa kecil karenanya.
Antares menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antallys [Completed]
Teen Fiction"Untuk apa bertahan dengan seseorang yang tidak menginginkan kehadiranmu?"