“Antares?”
“Lo?” Antares menggelengkan kepalanya, tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Antares mencubit tangannya sendiri. Ia ingin membuktikan, jika ini semua bukan mimpi.
“Ini bukan mimpi, ini nyata.” Antares sudah ingin memeluk gadis itu erat-erat, tetapi Mellysa malah menahan pergerakannya, dan berjalan sedikit menjauh dari Antares.
“Kenapa lo ada di sini?” Antares berusaha untuk menggenggam tangan Mellysa, tetapi lagi-lagi Mellysa menepisnya.
Mellysa mulai menceritakan semuanya. Pada Antares.
“Celine,” panggil Mellysa kepada Celine yang tengah memainkan ponselnya. Dengan malas, Celine menoleh ke arahnya.
“Ada apa, huh?” tanyanya, tanpa mengalihkan tatapannya dari layar ponsel.
“Aku akan pergi ke Indonesia, nanti malam.”
Celine memelotot tajam ke arahnya. “Apa kau bilang?”
“Aku akan ke Indonesia.”
“Tidak bisa, nanti malam kau harus terbang ke Amerika. Aku sudah memesankanmu sebuah tiket.”
Mellysa melipat kedua tangannya di depan dada. “Aku juga sudah membeli tiket.” Mellysa menunjukkan tiket pesawatnya itu pada Celine. “Kau baru memesannya, jadi kau bisa membatalkannya. Sedangkan aku sudah membelinya.”
“Ada urusan apa kau ke Indonesia? Bagaimana jika kau diserang[2] wartawan tiba-tiba? Siapa yang akan menjagamu di sana? Apa kau bodoh?” tanya Celine beruntun.
“Tentu saja kau ikut bersamaku, bodoh.” Jawaban santai Mellysa membuat Celine melebarkan matanya selebar-lebarnya.
“Kau mengataiku bodoh, huh?”
“Of course, mana mungkin aku bisa pergi ke Indonesia tanpamu.”
“Kenapa kau tiba-tiba mengajakku ke Indonesia? Apa kau akan mengajakku liburan, huh?”
Mellysa membuang napasnya kasar. “Aku akan memberikan kejutan pada seseorang.”
“Wartawan Indonesia pasti akan memberitakanmu, lebih baik kau menyamar.”
“Menyamar? Kau akan membuatku menjadi jelek?” Celine mengangguk antusias, kemudian menarik tangan Mellysa ke dalam kamar.
“Kau tidak boleh melihat kaca, sebelum aku selesai mengubah penampilanmu.”
Mellysa berdecak kesal. “Cepatlah, aku tidak punya banyak waktu.”
Celine mulai menghapus make up yang melekat sempurna di wajah cantik Mellysa. Lalu, ia mulai membuat tompel kecil di pipi Mellysu dengan pensil alis dan eyeliner. Tak lupa, ia juga memakaikan bedak kusam pada wajah Mellysa. Setelah selesai, ia memasangkan wig pendek. Celine tersenyum senang saat melihat hasilnya.
“Selesai, setelah itu kau langsung ganti baju,” titah Celine dan menyerahkan sebuah hoodie berwarna kuning dan sebuah celana training berwarna hitam pada Mellysa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antallys [Completed]
Novela Juvenil"Untuk apa bertahan dengan seseorang yang tidak menginginkan kehadiranmu?"