Mellysa berlari mengejar Revan, di tengah derasnya air hujan yang jatuh ke bumi. Mellysa seakan Tak peduli jika tubuhnya sudah basah kuyup di terpa air hujan.
"Kak Revan, tunggu kak," teriak nya frustasi. Karena sedari tadi Revan tidak mau berhenti, Mellysa mengusap wajahnya kasar.
"Kakak kalo ga berhenti, aku bakal benci sama kakak." Revan menghentikan langkah nya. Mellysa langsung menghambur ke dalam pelukan Revan.
Revan mengepalkan tangan nya, hingga kuku jarinya memutih. Revan tidak bisa menerima kenyataan jika dirinya, harus berpisah dengan gadis yang sangat ia cintai.
Gadis yang menemani hari-harinya selama dua tahun terakhir, gadis ceria yang membuat nya jatuh cinta sedalam ini. Gadis yang selalu membuat nya tertawa dengan tingkah absurd nya.
"Lepasin gue, Mell," bentak Revan tangan nya reflek mendorong, tubuh Mellysa agar menjauh dari nya.
"Kenapa sih kak, biasanya ju-"
"Gue mau kita putus Mell, gue ga pantes buat lo, gue cuman orang miskin. Kita beda kasta Mell. Lo di atas gue di bawah. Seharusnya gue sadar diri. Kalo gue itu orang miskin Mell, orang miskin," Revan mengatakan nya dengan suara lirih.
Setetes air mata jatuh membasahi pipinya. " kakak pernah janji sama aku kan? Kalo kakak ga akan pernah ninggalin aku. Dasar rayuan fakboi murahan. "
" maaf." hanya satu kata yang keluar dari mulut Revan. Dirinya sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Lidahnya seakan kelu.
"Kak aku mohon, jangan pergi. Kalo kakak pergi siapa yang bakal nemenin hari-hari aku kak, siap-" Revan meraih tangan lentik Mellysa, kemudian mencium nya lama.
"Kamu udah punya tunangan Mell. Dia yang akan menggantikan posisi, aku di hati kamu Mell." Mellysa mengusap-ngusap pipi Revan pelan. Revan memejamkan matanya, sentuhan itu selalu membuat nya berdebar.
"Dia ga akan pernah gantiin posisi kakak di hati aku, karena aku ga cinta sama dia kak."
"Dulu Mellysa juga ga cinta kakak kan? Tapi karena kita sering bersama, rasa cinta itu mulai tumbuh secara perlahan," ucap Revan sambil mengusap air hujan, yang jatuh membasahi wajah cantik Mellysa.
"Dulu papah tinggalin aku, sekarang kak Revan, besok siapa kak? Zee? Shelfira, Vivi, atau anak-anak thunder? Kenapa semuanya tinggalin aku kak! Kenapa?" tangis Mellysa pecah seketika.
"Kamu harus percaya, jika takdir tuhan selalu indah, kakak pergi bukan karena, kakak ga sayang sama kamu, tapi—"
"Ga kakak bohong! Kakak ga cinta sama aku. Buktinya kakak ninggalin aku."
"Karena cinta tak harus memiliki Mell. Kamu harus janji sama kakak, kalo kamu akan mencintai tunangan kamu, seperti kamu mencintai diri kamu sendiri," pinta Revan penuh harap.
Mellysa hanya diam tak bersuara, ia masih berusaha mencerna perkataan Revan. Ia yakin jika semua ini hanyalah mimpi. Tidak mungkin Revan meninggalkan nya secepat ini.
"Kalo kamu diam, berati jawaban nya 'iya' sekarang kakak pergi ya, jaga diri kamu baik-baik. Jangan kejar kakak, hubungan kita udah selesai." Revan mencium kening Mellysa untuk yang terakhir kalinya.
"Oke, kalo itu mau kakak."
Maaf, gue ga bermaksud nyakitin lo.
Revan perlahan berjalan meninggalkan nya, ia tersenyum hangat tak lupa melambaikan tangan nya.
Mellysa memegangi dadanya yang tetasa sesak. Sesakit inikah rasanya patah hati?
Mellysa melepas cincin berlian, yang ada di jari manis nya, kemudian melemparkan nya ke sembarang arah.
"Gue ga sudi, kalo harus tunangan sama cowo rese kaya lo." setelah itu Mellysa berlari, menuju gedung tempat nya, melangsungkan pertunangan.
-
-
-
-Antares langsung keluar dari persembunyian nya. Setelah di rasa Mellysa telah benar-benar pergi.
Antares datang tepat di saat, Mellysa melemparkan cincin tunangan nya. Antares juga sempat heran, kenapa Mellysa terlihat begitu kacau, selama dua tahun Antares satu kelas dengan Mellysa. Ia tak pernah melihat gadis itu bersedih.
Untuk yang pertama kalinya ia melihat gadis itu bersedih, gadis itu terlalu pandai menutupi luka nya.
"Sekarang lo tanggung jawab gue Milkita. Ternyata doa lo, yang di lapangan terkabul. Karena malam ini juga, gue jatuh cinta sama lo," gumam Antares.
Ia merutuki dirinya sendiri. Kenapa ia harus mencintai gadis bodoh seperti Mellysa. Padahal dulu Mellysa termasuk daftar, cewek yang harus ia hindari. Namun takdir berkata lain. Takdir malah mempersatukan mereka.
"Gue bakal cari tu cincin. Sampe ketemu." Antares menyemangati dirinya sendiri.
***
"Papah hiks." tanpa aba-aba Mellysa langsung memeluk tubuh papah nya, yang bernama Andreas. Ada rasa hangat yang menyelimuti tubuhnya, saat Andreas mengusap puncak kepala nya.
"Kamu kenapa kesini Mell? Kamu tau kan, mamah kamu ngelarang kamu, untuk ketemu sama papah," tutur Andreas sedikit tidak enak. Bukan nya ia tidak suka Mellysa datang ke rumah nya. Justru ia sangat bahagia karena Mellysa datang. Namun ia juga harus sadar diri. Jika Agatha melarang keras Mellysa bertemu dengan nya.
"Mamah jahat pah, mamah jahat. Aku mau tinggal sama papah. Aku gamau tinggal sama mamah, aku benci sama mamah, pah. Aku benci," ucap Mellysa dengan bahu yang naik turun karena menangis.
"Maaf Mell, bukan nya papah gamau nerima kamu di sini. Tapi papah harus pergi ke Italia besok pagi." Mellysa menguraikan pelukan nya. Ia kembali merasakan sesak di dadanya, setelah Revan, kenapa papahnya juga harus meninggalkan nya?
"Kalo papah pergi, aku ikut." Andreas menggeleng kan kepalanya. Tanda ia tak setuju dengan keputusan Mellysa.
"Kamu harus sekolah Mell. Tunggu satu tahun lagi. Setelah itu kamu boleh susul papah."
"Tapi pah—"
"Kamu harus bersabar Mell. Lagian kamu sudah kelas XII. Itu bearti kamu juga harus belajar menjadi dewasa." Andreas menjeda ucapan nya sebentar, " papah ga nyangka, kamu udah sebesar ini."
"Makin gede, makin cantik ya pah?" tanya Mellysa dengan pede nya. Saat bersama papah nya, ia tidak pernah merasa canggung sedikit pun.
"Iyalah, hasil goyangan papah ga kaleng-kaleng," ucap Andreas seraya tersenyum jahil.
"Mellysa ga bisa bayangin, pas mamah ngedesah hahahaha." dengan wajah watados nya. Mellysa menertawakan Agatha.
"Mending kamu mandi dulu, terus ganti baju, liat tuh baju kamu basah kuyup." Andreas mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Pah ceritain dong, gimana proses pembuatan Mellysa, tanpa ada adegan yang di potong sedikit pun."
Setelah melihat wajah papahnya, yang sudah merah padam. Mellysa langsung berlari terbirit-birit memasuki rumah papah nya. Yang tidak sebesar rumah Agatha.
Andreas tersenyum penuh arti, mengingat kisah cinta nya bersama Agatha. Yang harus kandas dengan perceraian. Padahal Andreas masih sangat mencintai Agatha.
"Aku ga nyangka, kamu tinggalin aku Tha."
KAMU SEDANG MEMBACA
Antallys [Completed]
Teen Fiction"Untuk apa bertahan dengan seseorang yang tidak menginginkan kehadiranmu?"