"Takdir tidak pernah mempertemukan kita dengan orang yang salah. Sekalipun orang itu kita anggap sebagai orang yang terbaik, Belum tentu hal itu benar"
Mega Arabella
Selamat berimajinasi
Kevin menoleh ke arah Mega yang tengah menatap ke depan dengan tatapan kosong. Dia sedikit terkejut dengan pernyataan gadis itu barusan. Apakah hal itu benar?. Atau dia hanya sekedar mengarang cerita
"Lo...serius?" Tanya Kevin memastikan.
"Gue juga nggak percaya. Awalnya gue udah mau putus asa nyari siapa yang meluk gue. Waktu itu gue bener-bener nggak tau mau ngapain dan ngatasin semua kenyataan di hidup gue. Sampai gue hampir nekat bunuh diri. Tapi Sebelum itu, gue mutusin buat nenangin diri gue buat mutusin apa yang bener di taman ini. Dan waktu itu ada cowok yang Dateng dan peluk gue. Rasanya, sedikit beban yang gue rasain waktu itu sedikit hilang. Gue inget itu lo. Cuma gue pikir lo nggak mungkin ingat kejadian itu" jelas Mega panjang lebar. Sebenarnya, dia sendiri tidak mengerti dengan semua ini.
Saat semua masalah yang Mega hadapi terasa berat, atau bahkan sangat berat. Hanya satu yang menjadi semangatnya. Dia tetap fokus menatap ke depan tanpa mempedulikan apa yang sangat menyakiti hatinya. Dia tahu, Tuhan tidak pernah memberi ujian di luar batas kemampuannya.
Kevin tersenyum. Sangat tulus "Mungkin gue bisa percaya sama lo" Kevin mengangguk menatap Mega, begitu pula dengan gadis itu.
Mega tersenyum dan Kevin memeluk Mega sangat erat. Akhirnya, kembali dia dapatkan rasa itu lagi. Rasa dari sosok yang selama ini cari. Mereka saling memandangi bintang yang malam ini terasa sangat indah.
Wanita itu melirik arloji hitam yang melingkar di tangan kirinya "Udah malem. Pulang yuk" Ucap Mega memecah keheningan.
Kevin hanya mengangguk dan mereka pergi dari taman itu. Sampai di rumah Mega, Ervin sedang memakan cemilan sambil menonton TV. Saat ini, di rumah hanya ada mereka dan pembantunya. Orang tua Mega sangat sibuk. Siapa peduli. Mega lebih senang akan hal itu.
Ervin yang menatap kedua anak muda itu hanya melanjutkan aktivitas mengunyahnya "Cie yang habis jadian" canda Ervin yang dihadiahi tatapan tajam dari Mega.
"Apaan sih kak. Siapa juga yang mau jadian sama sapi'" ucap Mega datar.
"Hahaha. Di bilang sapi nggak tuh" mendengar itu, Kevin menghela napas kasar dan duduk di sebelah Ervin.
"Ini anak orang... Main nyelonong aja. Lo pikir ini keran? Yang bisa ngeluarin air seenaknya"
Seketika itu kedua orang yang tengah melihat kelakuan Ervin melongo
Kevin kemudian membuka mulut "Lah apa hubungannya orang sama keran? Sehat mas?"
"Udah lah. Mending kita main PS aja gimana?" Tawar Ervin yang langsung diiyakan oleh mereka berdua.
Akhirnya, mereka main play station yang Ervin dan Kevin sangat kesal karena Mega terus saja memenangkan pertandingannya.
"Eh btw ya kak... Orang yang gue temuin di taman ternyata udah ketemu"
Ervin yang masih fokus dengan game nya, berbicara tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya. Baginya, kemenangan lebih penting sekarang.
"Serius? Siapa?"
"Orang yang di sebelah kakak" datar Mega dan Ervin, seketika melemparkan stick PS nya dan menatap ke arah Mega
"Serius?"
Keadaan itu kian membuat Ervin menjadi tidak konsentrasi dan akhirnya, Mega lagi yang memenangkan pertandingan
"Yey. Aku kok menang terus sih. Kalian beneran cowok kan?" Tawa Mega menggelegar dan kedua pria itu menatapnya dengan kesal. Ervin yang sudah lelah, membanting stick PS nya dan menyandarkan badannya ke sofa. Tak lama, suara mobil di depan membuat suasana menjadi hening.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ravens [End]
Romance"Kehidupan adalah sebuah tantangan, yang berujung pada sebuah penyesalan" ~Mega Arabella :290919