Selamat berimajinasi
"Gue mau keluar. Ada yang nitip?"Mega berujar sembari memainkan kunci motornya.
"Kacang tanah!" Seru kemal dan yang lainnya hanya mengangguk. Dia memang sangat menyukai kacang. Entahlah. Mungkin karena bisa digunakan untuk melempari orang atau menyumpali Nata. Astaga, Dia itu.
"Oke. Bye!" Mega melambai dan kembali memacu kuda besi kesayangannya.
Sementara itu, di sisi lain base mereka.
"Target sudah keluar".
▪▪▪
Mega berhenti di depan sebuah cafe yang menjadi favoritnya. Banyak sekali kenangan yang dia lalui di sini."Udah lama lo?" Ucap Mega santai seraya mendudukkan tubuhnya di kursi.
"Nggak. Belum" Aksa mengedikkan bahunya sambil memakan sepotong steak daging ke mulutnya.
Dia yang menyuruh Mega datang ke cafe ini memang.
"Lo mau makan apa?"Ujar Aksa seraya menyodorkan buku menu kepada Mega.
Mega hanya membolak-balikkan buku menu itu yang membuat Aksa bingung. Bagaimana bisa gadis yang sangat antusias jika disuruh memesan makanan ini kebingungan.
"Meg. Lo nggak lagi diet kan?" Aksa kembali menarik buku menu itu agar Mega tersadar dari lamunannya.
"Becanda aja Lo. Orang badan gue juga kurus begini masih aja ditanya mau diet" Mega kembali menarik buku resep itu dan memesan sebuah makanan. Namun yang dia pesan sama seperti milik Aksa. Steak daging dan jus jambu.
"Ye. Buat apa juga Lo bolak-balikin buku menu kalo akhirnya pesenan Lo sama kayak gue" Aksa menjitak kepala Mega yang membuat sang empunya kesakitan.
"Nggak asik Lo" dengus Mega mengusap-usap kepalanya.
Akhirnya pesanan Mega datang dan mereka mengobrol. Tidak banyak. Hanya candaan kecil dan mengenai Nicko yang tak pernah terlihat.
"Ehm. Tentang perjodohan itu lo yakin lebih milih pergi dari rumah?" Aksa bertanya selirih mungkin. Dirinya takut jika gadis di depannya ini marah.
"Ya habis mau gimana lagi. Menikah itu bukan tujuan hidup gue. Lagian juga gue pengin bebas. Nggak ada yang ngekang" Mega menjawab dengan santai sambil menyuap potongan steak itu.
"Tapi gimana dengan orang tua Lo? Mereka juga punya hak buat ngelepasin anaknya. Itu udah kewajiban mereka"
"Cih. Orang tua. Mereka nggak..."
"Nggak akan peduli sama Lo?!!" Potong Aksa cepat.
"Meg. Lo bukan anak kecil umur 13 tahun kan? Ini udah waktunya buat Lo maafin mereka. Lagian mereka juga nggak akan pernah ngerti kalo Lo sendiri nggak pernah cerita dan ngomong baik-baik ke mereka. Dengerin gue Meg. Lo bukan Mega yang pendendam. Lo Mega yang pemaaf. Lo sendiri kan yang ngajarin gue tentang itu?. Dan buktinya sekarang gue bisa kumpul lagi bareng keluarga gue"
Mega bungkam dengan kata-kata Aksa. Dia benar. Masalah tidak akan selesai jika kita terus menyebabkan masalah lain di hidup kita.
"Hah. Nggak nyangka gue ya. Akhirnya di kehidupan gue yang nggak bener ini,gue bisa buat orang percaya sama kata-kata gue. Emang gue bukan orang baik. Tapi setidaknya Lo udah buktiin kalo seburuk-buruknya orang, pasti dia punya sisi baik juga"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ravens [End]
Romance"Kehidupan adalah sebuah tantangan, yang berujung pada sebuah penyesalan" ~Mega Arabella :290919