Selamat berimajinasi
Jangan pernah membenci masa lalu. Sekalipun itu terdengar sangat menyakitkan, tapi percayalah. Ia bukan datang untuk membuatmu menderita. Tapi, ia datang untuk mengajarkanmu bahwa. Hidup itu tidak mudah. Dan, masalah akan terus ada di manapun dan kapanpun kita berada. Takdir sudah digariskan sejak kita lahir dan apapun upaya kita untuk merubahnya, tuhan pasti sudah membuat jalan tersendiri dengan takdir itu.
Mega memacu motornya. Meninggalkan tempat yang selama ini menjadi saksi atas semua kesenangan dan kepedihan yang dia rasakan. Tempat yang mulai sekarang hanya akan menjadi sebuah kenangan dan saksi bisu kehidupannya. Itu adalah rumahnya.
Dia tidak mengerti mengapa dirinya harus mengambil keputusan ini. Tapi sudahlah. Hatinya akan semakin sulit memaafkan jika dia terus bersama dengan orang yang sama sekali tidak mementingkan dirinya dan hanya mementingkan egonya.
5 jam lalu
"Mega. Papa tidak punya pilihan lain selain menjodohkanmu dengan Kevin" itu suara Davin.
Satu jam setelah kepulangan Mega dari cafe itu, dirinya dikejutkan dengan ruang tamunya yang sudah ramai orang. Siapa lagi jika bukan keluarganya dan keluarga Kevin. Mega bingung dan marah melihat sosok di hadapannya itu.
Haruskah Mega menolak? Atau menerima? Dunia ini memang sangat rumit. Padahal seingatnya hal yang paling rumit adalah membuka segel sosis yang sangat sulit untuk dibuka itu. Namun tidak, hidupnya lebih rumit daripada itu.
"Jika Mega menolak?" Gadis itu berdiri. Melipat tangannya di depan dada.
"Dek. Duduk dulu. Semua ini bisa dibicarakan" Ervin berkata selembut mungkin. Dirinya juga tidak punya pilihan lain untuk membuat keluarganya seperti dulu lagi.
"Jika kamu tidak mau, silahkan tinggalkan rumah ini" emosi Davin sudah mulai tinggi. Dirinya sudah menduga jika putrinya itu tidak akan pernah berubah.
"Fine. Mega akan pergi jika itu mau papa"
Sontak semua orang yang ada di sana terkejut mendengar pernyataan Mega.
"Mega kenapa kamu mau pergi?" Rans- ayahnya Kevin bertanya di sela keterkejutan mereka.
Mega tersenyum sinis. Keluarganya ini memang tidak pernah tahu anaknya mengalami hal apa.
"Mega lebih baik pergi daripada harus bersama pengkhianat seperti dia" tunjuk Mega ke arah Kevin yang sedari tadi menunduk.
Kevin menengadah. Siapa? Dirinya bukan pengkhianat. Sekarang saja dia terbebas karena anak buah ayahnya. Jika bukan, mungkin dirinya sudah mati dicekik oleh bajingan seperti Nicko.
"Meg. Gue bisa jelasin semuanya. Ini bukan seperti yang Lo lihat" Kevin bersuara sambil menggenggam tangannya.
"Nggak. Gue capek. Dan sekarang, Mega hanya punya dua pilihan. Dan sekarang, Mega pilih untuk pergi"
Mega langsung meninggalkan mereka semua dan mengemasi barangnya. Untungnya, dia masih punya uang banyak yang dia tabung untuk kuliah jika saja ayahnya itu menyuruhnya untuk ke luar negeri. Persetan dengan itu sekarang. Dia bisa mencari dari balapan atau bekerja di manapun.
Mega menaruh kunci kamarnya di depan ambang pintu dan meninggalkan sebuah surat. Dia mengunci kamarnya dari dalam menggunakan kunci cadangan dan pergi melompat dari balkon kamarnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/225324628-288-k901725.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ravens [End]
Romansa"Kehidupan adalah sebuah tantangan, yang berujung pada sebuah penyesalan" ~Mega Arabella :290919