Break?
Awas typo banyak maybe!!
Met baca wan kawann...Nadya kini sedang berada di kelas, setelah menangis hebat tadi kini kondisinya sudah sedikit membaik. Walaupun setelah istirahat usai, Nadya tak berhentinya melamun.
Ini saatnya istirahat kedua dan Nadya hanya diam dikelas tak mau pergi kemanapun. Untung saja sahabatnya Lysta dan Selina selalu ada disamping Nadya. Dan jangan lupakan Alan yang saat ini sedang jatuh dalam pesona Nadya, yang pastinya akan selalu ada disamping Nadya.
"Jadi gimana keputusan lo?" Tanya Lysta.
Mereka ber empat sedang membicarakan kelanjutan hubungan Nadya dan Azka. Yang sudah pasti Lysta dan Selina menginginkan Nadya putus dari Azka, apalagi Alan. Namun Nadya masih memikirkannya, antara:
1. Pengen putus...tapi masih cinta
2. Kalau ngga putus...bakalan tambah sakit kedepannyaKan Nadya jadi pusing sendiri dibuatnya.
"Udah deh Nad putus aja sama kak Azka." Ini usul Selina.
"Orang kayak gitu masih mau lo perjuangin?" Ini kata Lysta.
"Tenang Nad, setelah lo putus sama Azka kan masih ada gue yang bakalan maju duluan buat jadi pacar lo." Nah kalau ini ya udah pasti Alan, siapa lagi.
Pandangan Lysta langsung tertuju ke arah Alan. "Ingat bor, Nadya cuma anggap lo sebagai sahabat kayak kita ngga lebih."
Author says : "MAM TO THE PUS, MAMPUS. Mamam noh sahabat." Sambil tertawa devil.
"Aduhh Lys, ngena sampai nadi." Kata Selina dengan muka yang dibuat-buat menjadi sedih.
Setelahnya Lysta dan Selina tertawa lepas bersama.
"Hei, temen lagi sedih juga malah tertawa dasar!!" Alan berucap yang membuat Lysta dan Selina tersadar lalu berhenti tertawa. Sebenarnya Alan mengatakan seperti itu bukan hanya karena Nadya yang sedang sedih, namun juga merasa jengkel karena dipermalukan mereka berdua.
"Terus gimana Nad keputusan lo?" Lysta bertanya namun dihiraukan oleh Nadya. Nadya masih saja diam tak bersuara sejak tadi.
Setelah menunggu lama akhirnya bel masuk pun berbunyi. Sejak pertanyaan Lysta yang tidak dijawab oleh Nadya tadi, semuanya diam tak ada yang bertanya lagi.
Alan beranjak dari duduknya ingin kembali ke kelasnya begitu juga Selina yang beranjak ingin kembali ke tempat duduknya.
Baru beberapa langkah Alan dan Selina pergi Nadya berkata. "Gue bakal akhiri hubungan gue."
Alan, Selina dan Lysta menoleh ke arah Nadya yang menatap kosong ke depan. Lalu mereka bertiga bertatap tatapan sambil tersenyum bahagia.
"Pilihan yang tepat." Ucap mereka bertiga serempak.
—
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sedari tadi. Namun Nadya, Lysta dan Selina belum juga keluar dari dalam kelas. Seperti biasa mereka bertiga akan menunggu hingga kelas benar benar sepi baru mereka akan keluar. Diluar kelas mereka sudah ada Alan yang menunggu sejak tadi.
Setelah kelas sepi, mereka pun keluar. Alan menghampiri mereka dan berjalan bersama keluar sekolah. Masalah Nadya yang akan mengakhiri hubungannya dengan Azka tadi juga tidak main main. Malah Nadya ingin secepatnya putus dengan Azka. Masalah melupakan itu urusan nanti, yang terpenting dirinya tidak boleh sakit hati lagi karena Azka.
Sampainya di gerbang sekolah Nadya bertemu dengan Azka. Nadya pun menghampiri Azka yang berjalan sendirian menuju ke arah parkiran sekolah.
"Az." Panggil Nadya.
Azka menoleh ke arah asal suara dan menemukan Nadya setelahnya Azka tersenyum.
'Nadya udah maafin gue nih?' Tanya Azka dalam hatinya.
"Eh Sayang, kenapa?" Tanya Azka saat Nadya tiba di hadapannya.
"Kamu udah maafin aku?" Lanjut Azka dengan wajah yang masih tetap bahagia.
"Kita putus." Ucap Nadya.
"Ha?" Tanya Azka dengan muka kagetnya. Dirinya dengar ucapan Nadya barusan, hanya saja ia terlalu kaget jadinya ia berucap seperti itu.
"Gue mau kita putus Az." Pinta Nadya.
"Tap-tapi Nad, aku ngga mau kita putus." Ucap Azka terbata.
"Terserah, yang terpenting mulai sekarang kita udah ngga ada hubungan apa-apa lagi." Kata Nadya dan beranjak pergi.
"Aku masih cinta Nad sama kamu." Ucap Azka sedikit berteriak.
Nadya diam sebentar lalu memegang tangan Alan dan pergi menghiraukan ucapan Azka barusan. Mata Azka pun terfokus ke arah tangan Nadya yang menggenggam tangan Alan. Seketika Azka geram sendiri, ia marah karena Alan dengan beraninya mendekati wanita yang dicintainya. Azka tidak suka itu. Alan sudah berulah berarti Alan sudah mengibarkan bendera perang dengan Azka.
—
Dengan sedikit ngebut ngebutan dijalan tadi dan sedikit terkena omelan dari pengguna jalan, akhirnya Azka bisa sampai dirumahnya dengan selamat. Seperti biasa keadaan pertama kali yang Azka lihat sudah tidak jauh lagi dengan kata 'sepi'.
Azka berjalan menaiki tangga dengan langkah gontai. Untung saja tidak terjatuh. Setelah tiba di kamar Azka menjatuhkan dirinya pada kasur empuknya.
Dunianya seakan akan sudah hancur sekarang. Orang yang dicintainya sudah pergi meninggalkannya. Sekarang sudah tidak ada semangat lagi di hidupnya. Siapa yang akan menggantikan posisi Nadya sekarang?. Tidak ada lagi orang yang secantik, sebaik dan sesabar Nadya di dunia ini. Azka hanya ingin Nadya, hanya Nadya.
"ARGHHH." Teriak Azka frustasi. Ia tak segan segannya membuang benda yang ada disekitarnya. Hingga benda terakhir yang akan ia buang adalah handphone nya yang menyala. Melihatkan sosok Nadya yang sedang tersenyum manis disana. Azka terus mengamati lock screen handphone nya, memandanginya dengan waktu yang cukup lama.
Entah dirinya lupa kapan Nadya tersenyum manis seperti ini kepadanya. Mungkin waktu Azka akan mengajari Nadya fisika dulu.
Tanpa sadar air mata Azka turun tanpa izin. Dirinya sudah gagal membuat Nadya terus bahagia, ia sudah mengecewakan Nadya.
Azka mengusap air matanya kasar dan beranjak pergi. Dengan motor besarnya ia pun meninggalkan rumahnya.
—
Suara dentuman musik yang keras seakan menyambut kehadiran Azka. Walaupun kalau didengar dari luar musiknya tidak terlalu keras, namun saat sudah mulai masuk ke dalam suaranya seakan ingin memecah gendang telinga Azka.
Azka berjalan menuju pantri bar dimana ia akan memesan minuman ber alkohol.
"Ken, minum satu." Pinta Azka memesan minuman kepada seorang penunggu pantri bar yang diketahui bernama Ken.
"Ok." Kata Ken singkat dan mengambilkan pesanan Azka.
Setelah pesanan Azka datang, Azka langsung menuangkannya ke dalam gelas yang ukurannya lumayan besar dan langsung meminumnya hingga habis. Satu botol pun sudah dihabiskan oleh Azka dalam jangka waktu yang cukup singkat, setelahnya Azka memesan minuman lagi dua botol. Seakan tidak sabar lagi meminum dengan gelas, Azka langsung meminumnya langsung dari botol. Dua botol langsung diminum habis oleh Azka.
"Dua lagi." Pesan Azka lagi yang sudah mulai tumbang.
Ken mengambilkan dua botol lagi dan memberikannya kepada Azka. "Lo kenapa Az? Tumben banget minum banyak sampai mabok gini." Tanya Ken setelah menaruh minuman Azka. Azka tak menjawab, ia hanya fokus minum minum dan minum hingga ia benar-benar mabok di sana.
Gimana nih chapter ini?
Yang minta up, nih aku kasih:)penasaran sama kelanjutan Azka dan Nadya? Tunggu terus up nya author :")
VOMMENT BEB❤❤
Lup U ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
My first boyfriend [END]
RomanceNadya viona evoleth. Cewe cantik dan imut yang baru saja mengenal arti pacar pada waktu SMA. Dan beruntunglah Nadya, yang menjadi pacar pertamanya ialah orang yang dikenalinya dulu. *** "Lo harus tanggung jawab." -Ucap Nadya yang melihatkan muka ke...