chapter 30 -kejadian malam hari-

1.5K 65 1
                                    

Kejadian malam hari

Nemu typo?? Tandain ya!
Selamat membaca :)

Azka telah sampai dirumahnya. Ia masih kesal dengan kejadian tadi, kenapa Nadya malah menolong Alan bukan dirinya? Iya dia sadar diri kok kalau ia dan Nadya sudah putus, namun hatinya tak terima saja kalau ia harus putus dengan Nadya. Segitu cepatkah Nadya melupakan dirinya?

Sebenarnya Azka tak mau memikirkannya, itu membuat kepalanya pusing. Namun ketika Azka memaksa untuk melupakannya ia justru semakin mengingatnya.

Bibi yang tadinya selesai membersihkan taman depan pun masuk ke dalam. Namun langkahnya terhenti ketika melihat anak dari majikannya yang sedang duduk terbaring di sofa ruang tengah sambil memijat pelipisnya. Dan jangan lupakan juga wajah tampan Azka yang sekarang sedang babak belur akibat ulahnya tadi.

Bibi dengan langkah tergesa pun menghampiri anak dari majikannya itu.

"Eh muka Aden kenapa? Kok lebam sama berdarah begitu?" Tanya Bibi saat sudah berada di depan Azka.

Azka tertawa kecil. "Ahh Azka ngga papa kok Bi, tadi ngga sengaja jatuh dari motor aja waktu dijalan." Bohong Azka.

"Aden, walaupun Bibi cuma lulusan SD tapi Bibi juga bisa bedain mana yang habis jatuh dari motor sama yang baru berantem, ayok Aden habis berantem sama siapa?" Kata Bibi.

"Tadi ada masalah dikit Bi, hehe." Jawab Azka yang mulai jujur, walau hanya sedikit jujurnya.

"Yaudah tunggu bentar ya Den, Bibi ambil kompres an dulu." Kata Bibi. Setelah mendapat anggukan kecil dari Adenn ya, Bibi buru-buru pergi ke dapur untuk mengambil kompres an. Setelah dapat semua alatnya, Bibi kembali ke ruang tengah.

"Sini biar Bibi kompres dulu lukanya Aden." Ucap Bibi dan duduk disamping Azka sambil mengobati luka Azka.

Bibi pun mengobati luka Azka dengan hati-hati. Sesekali juga Azka akan mengaduh kesakitan ketika dirasa Bibi terlalu keras menekan kain kompres pada lukanya.

"Aden Aden, kenapa juga harus berantem, padahal ya Bibi akhir-akhir ini sudah jarang banget lihat Aden berantem atau pun mabuk." Ucap Bibi disela mengobati luka Azka.

"Aden tuh kayak habis putus cinta aja, terakhir Bibi liat Aden sering kayak ginikan waktu Aden putus sama non Asyilla." Lanjut Bibi.

Azka hanya tersenyum membalas perkataan Bibi. Namun, didalam hatinya ia berkata. 'Memang habis putus cinta Bi'


Hari-hari Azka tak jauh berbeda dengan hari-hari dia sebelumnya. Setiap hari Azka akan pulang malam dengan keadaan mabok, dan terkadang juga luka pada wajahnya. Walaupun setiap pagi Azka akan mengenakan seragam sekolah dan pamit kepada Bibinya untuk pergi ke sekolah, namun, bukan ke sekolah yang ia tuju pada akhirnya.

Setiap pagi ia akan meninggalkan rumah dengan seragam sekolah yang tertutup oleh jaket bomber nya. Dan tak lupa menggunakan motor besar kesayangannya.

Yang pertama akan Azka lakukan hanyalah jalan jalan saja sambil mencari mangsa untuk di ajaknya berkelahi. Setelah menjelang siang, ia akan pergi ke club favorit nya. Menghabiskan waktu disana hingga malam atau pun sampai dini hari.

Seperti yang dilakukan Azka sekarang. Ini sudah menjelang siang, ia akan pergi ke tempat favorit nya. Azka memarkirkan motornya di parkiran club, melepas helm full face nya dan masuk kedalam.

"Ken minum satu." Ucap Azka memesan.

"Lo lagi lo lagi, kapan lo mau masuk sekolah? Setiap hari pasti kesini." Omel Ken yang sudah merasa jengah melayani Azka setiap hari. Masih mending kalau Azka kesini pesan minum, terus dia minum, habis minum pulang. Lah ini, kalau sudah larut Ken harus mencari keberadaan Azka dan menelfonkan supirnya Azka untuk membawa Azka pulang. Oh ayolah itu sangat merepotkan Ken.

"Nunggu mood balik." Jawab Azka sekenanya.

Ken tak menjawab, ia memilih untuk berbalik dan menggambilkan Azka minum. "Nih."

Azka menerimanya dan pergi dari hadapan Ken untuk duduk di salah satu sofa disana.

Pikiran Azka sampai sekarang masih penuh dengan nama Nadya. Entah mau sampai kapan Nadya akan menetap di pikiran Azka.

Azka meminum minumannya sambil melihat orang-orang yang berlalu-lalang di hadapannya. Terus seperti itu hingga minumannya habis, dan Azka pun memesannya lagi.


Azka masih tetap saja di club dengan tempat yang sama. Namun bedanya, kini keadaannya sudah sangat parah. Botol-botol kaca pun pada berserakan didepan Azka. Entahlah berapa jumlahnya, namun yang pasti itu banyak.

Azka bangkit dan berjalan sempoyongan. "Nadya." Gumam Azka.

"Gue sayang sama lo."

Dan Azka berakhir sudah berada di depan club. Ia berhasil keluar dengan keadaan mabok. Azka terus saja berjalan tanpa arah sambil terus menggumamkan kata Nadya.

Saat Azka berjalan ia tak sengaja menabrak dua orang laki-laki bertubuh besar dan sedikit gendut. Karena Azka sedang dalam pengaruh alkohol, ia pun tetap melanjutkan jalannya. Tanpa diketahuinya kalau dua orang pria yang ia tabrak tadi sekarang sudah murka.

"Heh lo bocil, kalau jalan lihat-lihat dong!!" Ucap salah satu pria tadi.

Azka diam sebentar tanpa menoleh dan langsung melanjutkan jalannya.

"Orang tua lagi ngomong juga malah dicuekin!!" Serka pria satunya lagi.

Azka tetap hanya berjalan ke depan tanpa menghiraukan dua orang dibelakangnya yang sedari tadi memarahinya. Hingga tak terasa kalau dua pria tadi sudah berada tepat di belakangnya.

Salah satu dari pria tersebut menarik bahu Azka hingga Azka berbalik 180°. Azka memandang pria yang menarik bahunya tadi dan tersenyum, entah ada apa dengan pikirannya sekarang.

Melihat senyuman Azka, pria tadi semakin kesal dan langsung melayangkan satu pukulan tepat di rahang Azka. Itu hanya berefek memar, belum sampai berdarah. Bahkan saat itupun Azka masih bisa memunculkan senyumannya lagi, dan yang pasti membuat pria dihadapannya bertambah-tambah marah.

Satu bogeman kembali melayang pada wajah tampan Azka. Dan selanjutnya berbagai pukulan pun diterima oleh tubuh Azka tanpa adanya perlawanan dari Azka.

Sampai akhirnya tubuh Azka sudah lemas terkulai di pinggir jalan. Kedua pria tadi tersenyum senang dan mulai meraba-raba kantong Azka. Semua barang Azka di ambil olehnya, terutama dompet dan handphone Azka.

Setelah kedua pria tadi pergi, Azka seketika tak sadarkan diri. Yang ia pikirkan sebelum pingsan hanyalah satu, 'Nadya'. Masa bodo dengan barang-barang berharganya.





Alhamdulillah akhirnya aku up juga hehe ^^
Mian guys selalu lama up. Beneran susah banget nyari mood buat ngetik tuu:( 👉👈

Oh iya guys ada yang penasaran sama visualnya Gea? Nih aku kasih...

Kurang ngena ya? Hmm susah guys buat nyari visual yg bener-bener mirip Gea.

Makasih buat yang masih setia nunggu up cerita gaje ku ini (^^ *)

VOTE AND COMMENT YUUU!!❤❤

Ok pay pay yeorobun :")

My first boyfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang