Antara Azka dan Alan
Maaf kalau ada typo...
Slamat membaca:)Sekarang jam sudah menunjukkan 01.00 dini hari dan Azka masih tetap di dalam club. Tak terhitung lagi ada berapa banyak botol bir yang ia habiskan. Walaupun sekarang kekuatan minumnya sudah tidak sekuat tadi tapi tetap saja ia memaksakan untuk terus meneguk minumannya hingga tandas.
Kondisi club yang tadinya tidak terlalu ramai kini sudah sangat ramai dikarenakan ini sudah tengah malam.
Hingga Azka sampai pada botol terakhir yang mampu ia minum. Setelahnya ia teler di sana. Azka berdiri dan berjalan sempoyongan. Niatnya ingin ikut bergabung menari di dance floor, namun baru beberapa ia melangkah dirinya sudah terjatuh di sofa. Azka sudah tepar disana, ia tak mampu lagi untuk mengangkat tubuhnya.
"Nadya...."
"Nadyaa..."
"Nadyaa..."
Azka terus saja mengigau dengan memanggil manggil nama Nadya. Karena baju yang dikenakan Azka sekarang adalah baju seragam sekolah jadi tak jarang ia menjadi perhatian banyak orang, apalagi dirinya terus mengigau nama Nadya.
"Alan bangsat, kembaliin Nadya gue."
"ARGHHH huft huft."
Teriakan Azka tadi mengakhiri ucapannya. Ia sudah berhenti mengigau sekarang. Namun hembusan nafas kasarnya bisa terdengar jika kalian berada didekatnya.
—
Menjelang siang Azka baru terbangun dari tidur panjangnya. Kepalanya terasa pusing sekali, mungkin efek dari kebanyakan minum semalam. Ia bangkit sambil memegangi kepalanya dan berjalan pelan keluar dari tempat laknat itu.
Azka men-stater motornya dan mengendarainya pelan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Dan beruntunglah Azka sampai rumahnya dengan selamat. Dirinya berjalan memasuki rumah dan merebahkan badannya di sofa ruang keluarga.
Walaupun mata Azka tertutup namun pikirannya terus saja tak mau berhenti memikirkan Nadya, Nadya, dan Nadya. Tangan Azka terulur untuk memijat pelipisnya, sedikit demi sedikit pusing dikepala Azka menghilang.
Azka bangun dari rebahannya. Ia menyalakan handphone nya dan melihat sudah jam berapa sekarang. Ternyata sudah jam pulang sekolah. Azka kembali keluar dari rumahnya. Dengan motornya ia melaju cepat ke arah sekolahnya.
—
Sampai di sekolahannya Azka tidak masuk ke dalam sekolah, namun ia hanya diam di depan gerbang sekolah saja. Seperti sedang menunggu seseorang mungkin.
Kringggg kringggg
Bel pulang sekolah berbunyi, satu per satu siswa siswi pun mulai keluar dari sekolah. Mata Azka tak diam dari tadi, dari tadi ia terus saja celingak celinguk mengamati orang yang keluar dari gerbang. Hingga matanya terfokuskan pada Alan yang sedang berjalan bersama Nadya, tak lupa dibelakang mereka ada Lysta dan Selina yang sedang tertawa lepas. Azka sempat iri dibuatnya. Ia iri karena Alan bisa membuat Nadya nya tertawa puas, eh mantan Nadya nya maksudnya, tapi Azka dengan segera akan menggambil Nadya nya kembali. Tidak ada satupun orang yang boleh bersama Nadya, hanya dirinya saja yang berhak.
Namun saat Azka menatap Alan, rasa irinya seketika hilang. Dengan langkah besar Azka menghampiri Alan. Saat tiba didepan Alan Azka langsung meraih kerah baju Alan dan menariknya kembali ke dalam sekolah. Di lapangan basket tepatnya.
Bughhh...
Bughh...
Bugh...
Azka terus saja memukuli wajah Alan tanpa ampun. Alan yang terkena serangan tiba-tiba awalnya terkejut, namun akhirnya ia juga membalas pukulan Azka.
Bughh...
Alan meninju pipi Azka hingga lebam. Azka tersenyum smirk sambil memegangi pipinya.
Bughhh...
Azka membalasnya dengan meninju ujung bibir Alan hingga robek dan berdarah. Alan mengusap singkat ujung bibirnya yang berdarah dan kembali memukul Azka.
Bugh...
Bugh...
Dua kali pukulan terkena perut Azka. Azka tak mau kalah, kini kemarahannya sudah diujung batas. Ia memukul dan meninju Alan dengan sekuat tenaganya. Alan diam tak membalas pukulan Azka, tenaganya sudah habis sekarang, ia sudah tak kuat lagi meladeni Azka. Entah apa yang akan terjadi pada wajah tampannya nanti.
Memang jika Azka sudah mulai marah jangan main-main. Bisa-bisa kalian bakalan habis dengan tangan kosong Azka nanti.
"STOPP." Teriak Nadya berusaha melerai perkelahian antara Azka dan Alan. Azka tak menggubris perkataan Nadya. Rasa kesalnya kepada Alan belum terpuaskan.
"Azka udah." Nadya mendorong keras tubuh Azka hingga Azka tak lagi memukuli Alan.
"KENAPA? KENAPA LO CEGAH GUE? GUE MAU DIA MATI!!, DIA UDAH NGREBUT LO DARI GUE NAD, DIA NGGA PANTAS BUAT LO." Teriak Azka tepat di wajah Nadya sambil menunjuk nunjuk wajah Alan yang terbaring tak berdaya di lantai.
"INI BUKAN SALAH ALAN, LO YANG SALAH, LO YANG BIKIN KITA KAYAK GINI, LO NGEHIANATIN GUE!!" Nadya tak mau kalah. Nada bicaranya pun sama tegasnya dengan Azka.
"JELAS JELAS DIA YANG UDAH NGREBUT LO DARI GUE."
"Udah deh Az, lo ngga usah ganggu hidup gue lagi dan ngga usah ganggu siapapun orang yang deket sama gue, gue mau sama siapapun itu hak gue bukan hak lo, kita udah ngga pacaran lagi inget!!" Nadya mengucapkannya sambil membantu Alan berdiri. Dan setelahnya ia dan Alan pergi meninggalkan Azka. Baru beberapa langkah Nadya berhenti dan berkata. "Alan mungkin lebih pantas buat gue dari pada lo."
Dan setelahnya Azka benar benar ditinggalkan sendiri di lapangan. Berdiri disana sendiri. Nadya Alan dan temannya Nadya sudah pergi ke dalam sekolah. Mungkin mereka akan pergi ke UKS untuk mengobati luka Alan akibat pukulannya. Terus siapa yang akan mengobati Azka? Satu jawaban yang pasti ialah bibinya.
—
"Shhh." Alan terus saja mengaduh minta berhenti saat Nadya mengobati lukanya dengan kain. Nadya terus menekan nekan pelan kainnya pada luka di wajah Alan.
Sangat terlihat parah sekali luka Alan. Seberapa kuatnya tadi Azka memukuli Alan? Hingga Alan babak belur seperti ini.
"Shh udah Nad udah, sakitt." Rengek Alan.
"Tahan bentar lagi juga selesai." Ucap Nadya.
"Nah udah." Kata Nadya singkat dan meletakkan kain kompresnya pada letaknya semula.
"Makasih." Ujar Alan.
"Hm iya, maaf juga tadi soal Azka." Kata Nadya meminta maaf kepada Alan.
"Kenapa minta maaf? Yang salah kan Azka bukan lo." Tanya Alan heran.
"Kan tadi lo dipukulin Azka karena gue, Azka bilang lo yang udah ngrebut gue dari dia." Jelas Nadya.
Alan mengangguk kan kepalanya pelan. "Oo yaudah ngga pa pa kali, tetep buat gue yang salah Azka bukan lo."
Nadya menghembuskan nafasnya pelan. "Yaudah deh terserah lo, yang penting gue udah minta maaf."
Alan tak menjawab melainkan ia hanya tersenyum manis.
Lysta dan Selina pun dari tadi hanya diam memperhatikan Nadya dan Alan yang berbicara. Sesekali mereka tersenyum geli melihat Nadya dan Alan. Mungkin jika Nadya dan Alan bersatu itu pilihan yang tidak buruk. Lagi pula Nadya harus mendapat pengganti untuk bisa melupakan si brengsek Azka. Seperti itu mungkin yang ada dipikiran Lysta dan Selina.
Aku up niiii :>
Maaf gesss lama up again:<
Lg sibuk ulangan aku kemarin" baru juga selesai kemarin:(Makasih buat yang masih setia nunggu up cerita gaje ku ini (^^ *)
VOTE AND COMMENT YUUU!!❤❤
Papay, lop uuu muach :*
KAMU SEDANG MEMBACA
My first boyfriend [END]
RomanceNadya viona evoleth. Cewe cantik dan imut yang baru saja mengenal arti pacar pada waktu SMA. Dan beruntunglah Nadya, yang menjadi pacar pertamanya ialah orang yang dikenalinya dulu. *** "Lo harus tanggung jawab." -Ucap Nadya yang melihatkan muka ke...