chapter 26 -kecewa pt2-

1.4K 72 10
                                    

Nadya on mulmed guyss👆❤❤

Kecewa pt2

Awass!! Typo bertebaran...

Gea memukul bahu Azka, menandakan bahwa dirinya kehabisan nafas. Azka yang sadar segera melepaskan ciumannya.

"M...ma...maaf Ge." Kata Azka terbata. Dia baru menyadari akan apa yang dirinya perbuat.

Gea hanya diam sambil membersihkan bibirnya.

"G...gu...gue ngga sengaja, ma...maaf Ge." Ucapan Azka masih terbata seperti tadi.

"Gea pamit Kak, makasih." Ucap Gda sendu sambil mengemasi bukunya, memakai kacamata dan kembali mengikat rambutnya. Setelahnya Gea berlalu dari hadapan Azka meninggalkan ruang lab ipa.

'Bego, apa yang lo lakuin Az, semoga Nadya ngga tahu soal tadi.' Ucap Azka dalam hati menyalahkan dirinya sendiri.


Nadya yang sedari tadi berlari, kini dirinya berhenti di perpustakaan sekolah yang sudah lumayan sepi. Nadya masuk kedalam melewati setiap rak buku disisi-sisinya. Hingga Nadya terhenti di bagian belakang pojok yang mungkin akan jarang ada orang yang ingin masuk hingga ke bagian pojok sini. Nadya terduduk lemas disana, air matanya masih setia turun dari kedua matanya.

"Hiks kenapa kamu jahat Az." Racau Nadya sambil memukul dadanya yang sesak.

"Kenapa kamu ngelakuin itu hiks."

Setelahnya Nadya diam, namun tangisannya belum juga berhenti.

Suara bel masuk berbunyi nyaring, namun tak membuat Nadya pergi dari tempatnya. Dirinya memeluk kedua kakinya, kepalanya ia masukkan diantara kedua kakinya.

"Hiks hiks sakitt." Tangis Nadya.

Tiba tiba ada seseorang yang mengusap rambut Nadya. Nadya mendongak kan kepalanya. Ia tak tahu siapa dia, namun wajahnya terasa familiar baginya. Ahh mungkin karena satu sekolah jadi terasa familiar.

"Kenapa?" Tanya laki-laki tersebut pada Nadya. Nadya tak menjawab melainkan hanya menggelengkan kepalanya saja. Laki-laki tersebut tahu mungkin Nadya belum sanggup untuk bercerita.

Lelaki tadi yang sebelumnya berjongkok dihadapan Nadya kini beralih duduk disamping Nadya dan membawa Nadya untuk bersandar dibahunya.

"Ngga usah nangis lagi, apapun masalah lo ngga akan selesai gitu aja kalau lo nangis, terkecuali lo bocah yang nangis minta dibeliin ice cream kemungkinan besar masalah itu bisa diselesaikan dengan menangis." Jelas laki-laki tersebut dan tanggannya masih setia mengelus puncak kepala Nadya yang bersandar pada bahunya.

"Dan jangan mudah menyerah dengan keadaan apalagi soal percintaan, untuk apa lo isi hidup lo dengan menyerah hanya karena hubungan percintaan, jika laki-laki itu menyakiti lo yasudah tinggalkan saja, itu lebih baik dari pada harus menyerah dan menangisi keadaan, hidup lo akan terasa unfaedah jika hanya lo lakuin seperti itu." Sambung laki-laki tadi.

Melihat Nadya yang mulai membaik lelaki tadi melepaskan tangannya dari kepala Nadya. Kepala Nadya pun juga pergi dari bahu laki-laki tadi.

"Gue Alan, Alano gibran mahendra." Kata laki-laki tadi sambil mengulurkan tangannya.

Nadya menerima uluran tangan tadi, saat dirinya ingin menjawab Alan terlebih dahulu angkat bicara. "Nadya viona evoleth." Katanya.

Nadya mengerutkan keningnya seakan bertanya 'kok tahu' kepada Alan.

"Ngga ada disini yang ngga kenal lo." Kata Alan dengan muka datar.

"Kenapa?" Lanjut Alan bertanya mengapa gadis disampingnya ini menangis hingga searah tadi.

Nadya ingin menjawab namun lagi-lagi Alan memotongnya. "Karena Azka?" Kata Alan.

Nadya mengangguk, memang dia sumber Nadya menangis hingga seperti ini.

"Maafin dia, walaupun gue ngga deket sama dia tapi gue rasa lo salah faham apapun itu masalahnya, menurut gue Azka tipe cowok yang akan setia sama pasangannya." Nasehat Alan kepada Nadya, menyuruh Nadya untuk memaafkan Azka.

'Segitu mudahkah untuk memaafkan Azka? Bahkan dia tidak tahu apa yang barusan Azka lakuin ke gue.' Batin Nadya.

"Azka ciuman sama adik kelas di lab ipa." Dan akhirnya Nadya bersuara setelah tadi dirinya akan angkat bicara namun selalu terpotong oleh Alan Alan ini. Memangnya dia siapa? Bahkan dia tahu nama lengkap nya, bahkan sampai tahu kalau dirinya kekasihnya Azka.

"Ngga usah dimaafin, dia salah." Ucap Alan cepat.

Nadya kesal sendiri dibuatnya. Tadi aja suruh maafin, sekarang malahan ngelarang. Apa sebenarnya mau Alan Alan ini?

"Terserah." Kata Nadya dongkol. Menolak lupa, padahal sebelumnya hati Nadya sedang sakit namun kenapa cepat sekali berubah hanya katena sifat menjengkelkan lelaki disampingnya ini.
"Btw Al lo kelas berapa?" Tanya Nadya pada Alan dan meninggalkan rasa jengkelnya pada Alan.

"Gue 12 ipa 3." Jawab Alan.

Nadya terkejut. "Lo anak ipa juga? Kok ngga pernah lihat ya?"

"Mata lo aja yang burem."

"Sial." Umpat Nadya pada Alan. Orang nanya baik-baik malah dikatain mata burem.

"Kenapa milih ipa?" Tanya Nadya lagi, entah kenapa seperti ada dorongan lebih pada dirinya untuk mengenal Alan lebih dekat.

"Nilai gue ngedukung di ipa." Alan menjawab pertanyaan Nadya.

"Nilai apa?" Tanya Nadya lagi, entah mau berapa kali dirinya akan mengkorek semua tentang Alan.

"Fisika." Jawab Alan singkat.

"Serius!??" Tanya Nadya dengan wajah terkejutnya dan hanya dibalas anggukkan kepala oleh Alan. "Ajarin gue dong ya, plissss!!." Pinta Nadya memohon kepada Alan, tak lupa dengan puppy eyes nya.

Alan yang melihatnya pun tersentuh hatinya. Ada rasa kasihan, senang dan juga jijik. Dan akhirnya Alan mengiyakan permintaan Nadya.

"Gimana udah lupa sama Azka?" Tanya Alan yang malah membuat Nadya sedih kembali. Air mata yang tadinya mulai mengering kini kembali turun dan basah.

"Hiks hiks." Tanggis Nadya.

"Udah ngga usah nagis lagi cengeng bener jadi cewek lo, gue minta maaf karena salah ngomong." Kata Alan.

"Niat ngga sih minta maafnya? Minta maaf kok sambil ngatain gue cengeng." Kesal Nadya pada Alan.

"Iya maaf." Kini Alan mengucapkannya dengan tulus.

"Dari pada lo nangis ngga jelas gini mendingan lo belajar buat ngelupain Azka, cowok brengsek kayak gitu ngga pantes dapet tangisan lo." Alan memberi pengertian pada Nadya. Entah hanya perasaan Nadya atau apa, namun Nadya merasa kalau sifat Alan kini berubah menjadi perhatian kepadanya.

"Susah, dia pacar pertama gue." Keluh Nadya.

"Belum juga dicoba udah bilang susah, tenang gue bakalan ada kalau lo sedih atau lagi ada masalah." Ucap Alan menenangkan Nadya.

Benar juga kata Alan. Nadya belum mencobanya jadi dirinya berfikir itu susah. Siapa tahu kan ternyata sangat mudah ngelupainnya. Iya itu isi pikiran Nadya, namun hatinya berkata kalau dia masih sangat mencintai Azka dan menolak keras untuk membuang Azka dari kehidupannya.





Up nih up.
Maaf ya guys lama postnya:(
Habis kurang enak badan author🤕😭
But but sekarang udah mendingan kok')

Makasih buat yang masih setia nunggu up cerita gaje ku ini (^^ *)

VOTE AND COMMENT YUUU!!❤❤

Papay, lop uuu muach :*

My first boyfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang