4. Jadi, Nashwa Spesial?

731 132 137
                                    

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
-
-

Eugh …,” ucap Nashwa ketika tersadar dari tidurnya.

“Udah bangun?” tanya Nazwan yang tidak jauh dari keberadaannya.

“Lo nunggu gue? Fani di mana? Kenapa bukan dia yang nunggu gue?” tanya Nashwa.

Nazwan hanya terdiam tanpa memperdulikan perkataan Nashwa, ia sedang fokus dengan layar ponselnya yang ia mainkan dengan posisi miring. Mungkin, banyak yang berpikir jika pria memainkan ponsel seperti itu sedang bermain game. Namun berbeda dengan Nazwan, ia malah tidak bisa bermain game. Nazwan lebih suka bermain yang bermanfaat daripada bermain game yang menurutnya hanya menghabiskan waktunya saja.

“Lo gak mau ke kelas, Wan?” tanya Nashwa.

“Duluan aja.”

“Lagi ngapain sih serius banget, lo?  Main game ya?” tebak Nashwa asal.

“Bikin power point buat rapat OSIS besok,” ucap Nazwan seadanya.

“Lo kan ketua, kok lo yang ngerjain? Memang sekretarisnya kenapa?”

“Rena sakit.” Nashwa hanya mengangguk mengerti.

Saat Nashwa ingin melangkah ke luar untuk kembali ke kelas. Tepat di hadapan Nazwan tangannya ditahan oleh tangan Nazwan, lalu Nazwan mengalihkan pandangannya dari ponsel ke arah Nashwa.

“Mau ke mana?

“Ke kelas, kenapa?”

Nazwan berdiri menyeimbangi Nashwa. “Mau buat gue gak kecewa?”

“Apa?”

“Di luar masih hujan. Kalau mau buat gue gak kecewa, gak usah ke luar dulu! Gue khawatir fobia lo semakin parah kalau hujan disertai petir seperti ini,” ucap Nazwan.

“Nazwan kenapa care banget , beda banget sama awal kenal, dulu dia sosok yang dingin banget,” batin Nashwa tak percaya.

“Hm … gue kan belum izin di kelas,” ucap Nashwa.

“Udah gue izinin lewat Fani tadi.”

“Oh, yaudah gue di sini dulu,” ucap Nashwa.

“Duduk sini! Gue mau lanjut buat power point, sebentar lagi selesai.” Nashwa menurut, ia lalu duduk di samping Nazwan.

Nashwa menatap lekat wajah Nazwan. Mengamatinya dari jarak dekat ternyata sangat berbeda jika hanya melihatnya sekilas. Nazwan bukan hanya terlihat tampan, tetapi ia juga terlihat sangat berwibawa meski di sisi lain sikapnya dingin pada orang lain. Mungkin, Nazwan lebih menyukai terkenal dengan sikapnya yang dingin pada banyak orang daripada ia dikenal dengan jabatan pria yang sering mengumbar perkataan manisnya pada banyak perempuan.

Astrafobia [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang