11. Ada Apa Dengan Nazwan?

373 61 106
                                    

Vote dulu yap:)

Vote dulu yap:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

-

-

PLAK!!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Nashwa.

Sakit? Tentu.
Ingin marah ... namun, tidak bisa.
Nashwa hanya membiarkan ibu tirinya menyakitinya tanpa perlawanan fisik apa pun. Kalimat yang pernah diucapkan neneknya sebelum ia meninggal terus terngiang sampai sekarang di telinga Nashwa.

Nenek Nashwa yang pernah mengucapkan "Jangan pernah membalas perlakuan keji seseorang. Jika kamu membalas, lalu apa bedanya kamu dengan orang itu? Sama-sama keji yang berkedok berbeda?"

Ucapan itu adalah ucapan terakhir yang Nashwa ingat sebelum neneknya mengembuskan napas terakhir.

“Ada apa, Bu?” tanya Nashwa santai tanpa mempermasalahkan tamparan Mia barusan.

“Masih bilang ada apa?! Meli diskors gara-gara kamu, 'kan? Ngaku kamu!” bentak Mia.

“Iya betul, Meli diskors karena Nashwa. Lalu Ibu mau apa?” ucap Nashwa berusaha santai.

“Ikut saya!” suruh Mia pada Nashwa yang sudah memakai seragam sekolah.

Mia menarik Nashwa kasar menuju gudang rumah megah itu. Mia mengambil sebuah kayu dan ….

BUGH!!
Mia memukulkan kayu berukuran besar itu ke betis Nashwa sampai kaki itu berwarna biru kehitaman.

“Ahh … aww …,” rintih Nashwa seraya memegang betisnya.

“Sa—kit, Bu …,” lirih Nashwa.

“Saya tidak peduli! Saya harap setelah ini akan hujan disertai petir yang sangat kencang,” ujar Mia.

“Kenapa Ibu bisa sejahat ini? Apa salah Nashwa? Hiks ….” Air mata Nashwa berhasil lolos dari sudut matanya.

“Saya suka melihat kamu menderita, tapi saya lebih suka melihat kamu menderita dengan fobia yang kamu punya!” tegas Mia.

Mia melempar kayu itu asal, lalu ia pergi meninggalkan Nashwa yang masih meringis kesakitan. Tidak lama, bi Ani menyelinap masuk ke dalam gudang.

“Non … astagfirallah, kakinya luka? Jangan sekolah dulu atuh ya, biar bibi yang suruh mang Asep kirim surat ke sekolah, ini teh lukanya udah parah,” ucap bi Ani dengan logat Sundanya.

“Nggak usah, Bi. Nashwa mau sekolah aja. Jangan bilang-bilang ke ayah kalau bu Mia melakukan hal ini ke Nashwa ya,” pinta Nashwa.

“Tapi kan kakinya teh lagi sakit … gimana kalau di sekolah ada yang jahilin neng cantik?”

Astrafobia [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang