Vote sebelum membaca, ya :)
-
-
-"Pulang yuk! Gue antar," tawar Nazwan.
"Hmm ... nggak usah, gue naik taksi atau ojek aja," tolak Nashwa.
"Lebih enak sama gue dong dibanding sama abang ojek, kalau bau ketiak gimana? Mau pingsan di jalan? Memang ada yang mau nolong lo?" cibir Nazwan.
"Ih apaan sih! Tapi ...." Nashwa teringat, ia masih berdebat dengan Meli, ayahnya pun pasti belum pulang karena ia pergi ke luar kota selama satu minggu.
"Tapi apa?"
"Meli pasti ngadu ke ibu. Ayah gue juga belum pulang," jawab Nashwa.
"Kalau gitu lo pulang ke rumah gue dulu aja, ada ibu gue yang siap menerima lo," tawar Nazwan.
"Ng—"
"Kali ini gak ada penolakan!" tegas Nazwan.
Nashwa mengendus kesal, ia pasrah dengan apa yang diucapkan Nazwan karena Nashwa pun bingung harus bagaimana untuk saat ini. Jujur saja, ia belum siap menerima siksaan fisik dari ibu tiri yang kini menjadi penguasa di rumah mewah itu.
"Ibu lo gak galak, 'kan?" tanya Nashwa ketika berada di motor Nazwan.
"Galak, kayak harimau."
"Ish, serius!" desis Nashwa.
"Lihat aja nanti, seseram apa dia," ujar Nazwan seraya tertawa pelan melihat wajah Nashwa yang mulai panik.
Mereka kini sampai di depan rumah Nazwan. Tidak begitu megah ... namun, sangat indah karena bersih dan terawat. Bunga-bunga yang sengaja ditanam itu menambah keramahan rumah tersebut. Berbeda dengan rumah Nashwa yang sangat megah, tetapi di dalamnya selalu tersirat air mata.
Nashwa menyentuh salah satu bunga yang tergantung di depan rumah Nazwan sana, setetes air membasahi tangannya, sungguh hal sederhana ini sangat indah bagi Nashwa.
"Assalamualaikum, Umi ... ada cewek nyasar nih yang Nazwan bawa," teriak Nazwan, Nashwa memukul bahunya pelan.
"Waalaikumsalam ... siapa?" jawab ibu Nazwan yang diketahui bernama Zahra itu dari arah dapur.
Zahra datang menghampiri mereka dengan senyum ramahnya. "Eh, ada gadis cantik ternyata," sapa Zahra.
Saat Zahra menghampiri Nashwa, Nazwan malah pergi ke kamarnya meninggalkan mereka berdua untuk bertemu pertama kalinya.
"Sore, Tante ...," sapa Nashwa.
"Kamu Nashwa, ya? Gadis yang sering Nazwan ceritakan?" tebak Zahra.
"JANGAN GIBAHIN NAZWAN! NANTI DOSA, MASUK NERAKA," teriak Nazwan dari dalam kamarnya.
"Umi gak akan gibahin kamu kalau kamu sendiri nggak bilang macam-macam sama gadis cantik ini!" tegas Zahra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astrafobia [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] Untuk pemesanan buku hubungi WA : 081774845134 Dear Pembaca ... kisah ini bukan kisah edukasi yang bisa membuat wawasan kalian bertambah. Namun, kisah ini menyiratkan sedikit pesan untuk kita ... bahwa orang yang selalu ada...