22. Nashwa Rindu ....

264 43 86
                                    

Vote dulu ya :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote dulu ya :)

-
-
-


PLAKK!

“Ah … aw … sakit, Bu …,” lirih Nashwa.

“Banyak omong! Cepat sajikan saya sarapan!” bentak Mia.

Mia kini berada di kamar Nashwa untuk membangunkannya. Paadahal, Nashwa masih lewas sejak kemarin ia baru pulang dari rumah sakit. Nashwa masih merasa dirinya demam karena hujan yang mengguyurnya beberapa hari lalu.

“Nas—wa masih sa—kit, Bu …,” lirih Nashwa dengan suaranya yang sedikit gemetar dan serak.

“Tidak ada alasan! Saya bilang cepat bangun untuk menyajikan saya sarapan!” bentak Mia.

“Ta—pi 'kan … ada bi Ani,” jawab Nashwa.

“Bi Ani sedang saya suruh cuti untuk beberapa hari ini. Jadi, semua pekerjaan rumah kamu yang mengerjakan! Termasuk membuat makanan untuk saya!” bentak Mia.

“Bukankah seharusnya saya yang berhak atas rumah ini? Ibu dan Meli hanya menumpang berkuasa, 'kan?” cecar Nashwa, jelas Mia sangat marah dengan perkataannya.

Dugh!

Plakkk!

Mia mendorong tubuh Nashwa yang lemas hingga kepalanya terbentur tembok, lalu ia juga menampar keras pipi Nashwa untuk memberinya pelajaran akibat perkataan yang baru saja Nashwa lontarkan.

“Bu … sa—kit,” lirih Nashwa seraya memegang kepalanya yang terbentur tadi.

Rasa pusing dan pandangan yang mulai kabur dirasakan oleh Nashwa gadis penderita astrafobia ini.

“Di luar sedang hujan disertai petir. Kamu mau saya seret ke luar jika tidak mau menuruti perintah saya?!” bentak Mia yang melihat Nashwa sempoyongan.

Nashwa hanya mendengar perkataan yang diucapkan oleh Mia tanpa bisa melihat wajah Mia dengan jelas. Tangan kanan Nashwa memegang kepalanya yang terbentur tadi, sedangkan tangan kirinya memegang dinding untuk menahan tubuhnya agar tidak terjatuh ke lantai.

Bruk ….

Karena tidak kuat penahan pusing dan sakit di bagian kepalanya, Nashwa tergeletak pingsan di hadapan Mia. Mia yang melihat itu hanya bisa berdecak kesal dengan Nashwa.

“Meli … kemari kamu!” teriak Mia pada anak kandungnya.

“Kenapa sih? Pagi-pagi udah berisik aja,” ucap Meli yang menghampiri Mia.

“Ini saatnya kamu balas dendam karena penolakan laki-laki itu satu tahun lalu,” bisik Mia dengan senyum penuh kemenangan.

Mia dan Meli menyeret tubuh Nashwa menuju luar rumahnya yang sedang hujan deras disertai angin kencang dan kilatan petir yang menggelegar.

Astrafobia [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang