24. Baikan

306 45 73
                                    

Vote dulu ya :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote dulu ya :)

-
-
-

JGERR!!!

"AAAAA!"

Ternyata, itu bukanlah suara petir yang membuat Nashwa menjerit, melainkan suara alat musik yang sengaja Aldi mainkan atas perintah Nazwan.

Nashwa yang mengira itu petir langsung melemas seraya menutup mata serta telinganya dengan kedua tangannya. Pikiran Nashwa saat ini melayang karena ia pikir ia sudah berada di alam lain ketika mendengar suara tadi.

Nashwa melemas dengan posisinya masih berdiri dan berbalik arah dengan arah kedatangan Nazwan.

Nazwan menghampiri Nashwa dengan kedua tangannya menutup mata Nashwa. Nashwa yang tersadar langsung membuka telinganya.

"Naz-wan ... ini lo, 'kan?" ucap Nashwa gemetar.

Nazwan tidak menjawab, ia mengalihkan kedua tangannya yang awalnya berada di mata Nashwa melingkar di leher Nashwa seraya menidurkan pipinya pada bahu Nashwa. Karena posisi Nashwa saat ini membelakangi tubuh Nazwan.

Nazwan dan Nashwa membiarkan mereka terguyur hujan yang sangat deras di tengah lapangan yang sepi ini.

"Wan ...," lirih Nashwa.

Nazwan belum angkat bicara perilah perlakuannya. Tampaknya, Nazwan masih menikmati kedekatannya dengan Nashwa yang beberapa hari ini ia tahan karena kesalahpahaman. Nazwan dibuat rindu tanpa kata oleh sosok Nashwa.

"Wan ... lo gapapa, 'kan?" ucap Nashwa ragu.

"Sorry, Nas ... maaf banget selama ini gue selalu buat lo sedih," ucap Nazwan.

"Maaf, gue udah nyangka lo yang nggak-nggak tentang beberapa hari lalu, gue bodoh ... gue bodoh, Nas!" cecar Nazwan pada diri sendiri tanpa melepaskan tangannya yang masih melingkar di leher Nashwa.

"Lo nggak salah, kita cuma salah paham," ucap Nashwa.

Nashwa melepaskan tangan Nazwan yang melingkar di lehernya, lalu ia membalikkan badannya hingga tatapan matanya bertemu dengan mata Nazwan. Sungguh, tatapan ini adalah hal yang sangat Nashwa rindukan beberapa hari ini.

"Terima kasih, Tuhan. Engkau masih mengizinkanku untuk melihat tatapan ini," batin Nashwa.

Mata Nashwa berlinang haru, tetapi tidak terlihat karena derasnya air hujan yang mengguyur mereka saat ini.

"Nas, gue gak pengin lo pergi, gue gak pengin lo menjauh. Maaf karena gue egois nggak pernah mau mendengarkan ucapan lo. Gue emang bodoh, Nas," ucap Nazwan sedu.

"Gue juga gak pengin menjauh dari lo, Wan," ucap Nashwa sedikit berteriak karena hujan itu masih membasahi mereka.

Senyum indah disertai tatapan yang tak pernah teralihkan sejak tadi membuat keduanya lupa untuk berteduh di tengah-tengah hujan deras seperti ini. Mungkin, mereka ingin menghabiskan kerinduan ini seraya membantu Nashwa untuk lupa bahwa dirinya mempunyai fobia terhadap petir.

Astrafobia [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang