Vote sebelum membaca ya :)
-
-
-“Wan, ini apa?” tanya Nashwa.
“Ini gelang, masa iya lo gak tahu,” ujar Nazwan.
“Iya gue tahu ini gelang. Maksud gue, ini tuh untuk apa?” jawab Nashwa.
“Pakai aja, gak usah banyak tanya!” tegas Nazwan.
Nashwa mengambil satu gelang itu dan memakaikannya ke pergelangan tangannya, begitu pun dengan Nazwan yang memakai gelang yang sama bertuliskan huruf 2N yang sengaja Nazwan beli kemarin saat perjalanan pulang mengantarkan Nashwa.
Nazwan lalu kembali melajukan motornya. Namun, arah yang seharusnya belok kiri di simpang empat jalan, Nazwan malah berbelok ke arah kanan.
“Wan, ini sebenarnya mau ke mana?” tanya Nashwa curiga, pikirannya dipenuhi bayang-bayang yang menakutkan.
“Kan kemarin gue udah bilang, kita mau joging,” jelas Nazwan.
“Salah jalan, Nazwan! Harusnya tadi tuh belok kiri, bukan belok kanan!” bentak Nashwa seraya mengacak-acak rambut Nazwan yang tertiup angin.
“Lewat sini juga bisa, walaupun jauh.”
“Ini sebenarnya mau joging atau jalan-jalan?”
“Mau apa aja terserah, yang penting tetap berdua sama lo,” ucap Nazwan.
“Kalau gue dipanggil Tuhan, lo juga mau?” ucap Nashwa sesekali melihat raut wajah Nazwan dari kaca spion.
“Kalau untuk itu, gue mau coba sekali egois sama diri gue sendiri. Karena, gue gak mungkin rela lo pergi duluan. Biar gue yang pergi dengan cara apa pun daripada gue melihat lo pergi,” jawab Nazwan.
“Gue takut pergi karena fobia gue, lo tahu 'kan kalau gue seketika lemas kalau lihat atau dengar petir? Gue gak tahu gue akan kuat sampai kapan,” lirih Nashwa.
“Gue ngajak lo jalan agar lo lupa tentang fobia lo itu, bukan malah mengungkitnya!” bentak Nazwan, Nashwa terdiam.
Setelah sampai di tempat yang Nazwan maksud untuk tempat berolahraga, Nashwa turun dari motor Nazwan. Ia menunggu Nazwan yang sedang melepaskan helm seraya melihat layar ponselnya.
“Kalau lagi sama gue. Bisa nggak, gak usah main hp?” tutur Nazwan.
“Hah? Memangnya kenapa?” sahut Nashwa.
“Kalau lo terus berfokus ke hp lo itu, untuk apa kehadiran gue di samping lo? Cuma pelarian saat ketakutan? Atau cuma pajangan?” cecar Nazwan.
“Ih … nggak gitu, tadi tuh ada chat dari Fani aja,” jelas Nashwa dengan rauh wajah seolah menyesali perbuatannya karena Nashwa sangat takut jika Nazwan akan kembali marah kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astrafobia [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] Untuk pemesanan buku hubungi WA : 081774845134 Dear Pembaca ... kisah ini bukan kisah edukasi yang bisa membuat wawasan kalian bertambah. Namun, kisah ini menyiratkan sedikit pesan untuk kita ... bahwa orang yang selalu ada...