37. Penderitaan Nashwa

246 38 54
                                    

Vote dulu yap :)---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote dulu yap :)
-
-
-

“Nas, lo kenapa?” tanya Fani khawatir.

“Nazwan, hiks … Nazwan berubah, Fan hiks ….” Nashwa menangis tanpa merubah posisinya.

“Karena masalah yang di Curug Nangka itu?” tebak Fani, Nashwa mengangguk.

“Udah, lo gak usah khawatir! Nanti juga dia baik sendiri. Percaya deh, dia 'kan sayang lo,” ujar Fani, Nashwa sedikit sesak mendengar kata sayang karena ia dibilang penyebab perempuan yang Nazwan sayang itu pergi. Bahkan, Nashwa tidak tahu siapa perempuan itu.

Hari ini, Nashwa harus bisa menahan rasa rindunya kepada Nazwan karena Nazwan tidak mau menemuinya untuk saat ini. Nashwa benar-benar dibuat bingung dengan semua ini. Karena, Nazwan tidak berkata apa pun setelah menyalahkan Nashwa.

Nashwa sangat menyesal dengan apa yang telah ia lakukan. Bukankah wajar, bagi seorang penderita astrafobia sangat tidak ingin orang-orang terdekatnya melakukan hal yang Nazwan lakukan? Nashwa selalu berpikir bahwa petir akan menyambar orang-orang terdekatnya karena bermain ponsel saat gemuruh petir sedang berlangsung dalam intensitas tinggi di Kota Hujan ini.

Pulang sekolah, Nashwa dijemput oleh mang Asep. Nashwa melihat Nazwan sedang sibuk dengan para pengurus OSIS lain saat di parkiran sekolah. Nashwa juga melihat Nazwan sedang bersama Rena saat itu, hal ini tentu saja membuat hati Nashwa hancur berkeping-keping. Nazwan tidak mau bertemu dengannya, sedangkan dengan Rena ia bisa menerima kehadirannya walau dengan wajah datarnya.

Neng, udah mau pulang atau belum? Kok dari tadi teh lihatnya ke parkiran terus,” ucap mang Asep.

“Eh iya, pulang sekarang aja,” jawab Nashwa.

Nashwa melihat Nazwan dengan tatapan rindu, sedangkan Nazwan menatap Nashwa dengan tatapan tajam. Keduanya sama-sama melihat walaupun Nashwa berada di dalam mobil.

“Eh, Wan! Lo tuh lihatin apa, sih? Fokus dong, sebentar lagi pemilihan ketua OSIS!” bentak Rena di parkiran sekolah saat ia, Nazwan dan Aldi sedang membahas OSIS.

Sorry, pikiran gue akhir-akhir ini kacau karena ....” Nazwan menahan ucapannya.

“Karena apa?” sosor Aldi.

“Kakak gue baru aja meninggal,” ujar Nazwan dengan raut wajah yang kembali bersedih.

Kehilangan Citra sangat membekas di hati Nazwan. Mungkin, selamanya Nazwan tidak akan bisa mengikhlaskan Citra karena telah pergi gara-gara kesalahannya dan Nashwa di Curug Nangka beberapa hari lalu.

Aldi dan Rena yang mendengar itu sontak kaget karena Nazwan tidak bercerita pada satu orang pun di sekolah ini, terutama mereka berdua dan Nashwa yang sangat dekat dengan Nazwan.

“Hah?! Kak Citra, Wan? Innalilahi Wa innailaihi rajiun, kapan? Kok lo gak cerita sama gue?” ucap Aldi.

“Ya Tuhan. Lo serius, Wan? Kenapa gak ada yang tahu soal ini?” ucap Rena hampir bersamaan dengan Aldi.

Astrafobia [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang