29. Cerita di Kota Batu

277 43 129
                                    

WARNING!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

WARNING!

Part ini mengandung unsur baper :v jadi, siapkan mental untuk membaca part ini!

Vote dulu ya, guys!

-

-

-

“Maunya gue peka kayak gimana, hm?”

Degg.

Awalnya Nashwa terkejut ketika Nazwan bertanya akan hal ini. Nashwa bingung harus menjawab apa. Jujur saja, ia sangat ingin mengungkapkan semua isi hatinya. Namun, biarlah ini semua berjalan seiring waktu yang bisa menghapus perasaan. Meski kemungkinan rasa ini hilang itu sangatlah kecil.

“Udah, ayo berangkat!” pinta Nashwa mengalihkan pembicaraan.

“Diajak serius malah mengalihkan,” gumam Nazwan saat memakai helm.

“Hah?!”

“Nggak, Naswa cantik mirip Cinderella yang disiksa ibu tirinya,” ucap Nazwan asal, tetapi ini adalah hal yang benar terjadi pada Nashwa.

Nazwan melajukan motornya pelan, ia tahu Nashwa masih menyimpan ketakutan jika akan turun hujan hari ini. Apalagi di daerah sana sering terjadi badai petir.

Benar saja, sesampainya di tempat yang Nazwan tuju gerimis mulai membasahi anggota tubuh mereka. Hanya sebuah taman kecil, tetapi sangat terlihat romantis.

“Nas, gerimis … neduh dulu di kedai sana yuk!” ajak Nazwan, Nashwa mengangguk.

“Gue 'kan udah bilang, prakiraan cuaca pasti benar. Lalu, bagaimana kalau sampai badai petir di sini? gue gak akan berani …,” keluh Nashwa.

“Ada gue buat lo peluk,” lontar Nazwan seraya tertawa kecil saat menatap Nashwa.

“Ih, lo mah! Cari kesempatan di dalam kesempitan!” desis Nashwa, Nazwan terkekeh pelan.

Hujan deras mengguyur tempat mereka berada saat ini. Petir terdengar tidak terlalu keras untuk saat ini. Namun, kilatan cahayanya sangat terlihat jelas sehingga membuat Nashwa mengumpat di belakang bahu Nazwan.

“Wan, ih takut … seram banget sih di sini,” lirih Nashwa.

“Lebih seram juga penyihir yang ada di rumah lo.” Nashwa terkekeh pelah di balik bahu Nazwan.

“Apa ini saatnya gue ungkapkan? Mumpung di sini juga sepi,” batin Nazwan seraya melihat ke sekelilingnya.

“Nas, mau tahu gak?” tanya Nazwan.

“Apa? Mau dong,” jawab Nashwa.

“Kalau mau tahu, sini ikut gue!” pinta Nazwan yang langsung menarik lengan Nashwa tanpa penolakan.

Astrafobia [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang