Vote dulu ya! :)
-
-
-“Hmm … sorry ya, Nas. Gue gak bisa.”
“Iya gapapa deh, gue cari tem—”
“Baperah ih! Gue gak bisa nolak maksudnya kalau lo yang minta,” jawab Nazwan cengengesan.
“Katanya lo ada urusan OSIS dan olimpiade?”
“Nanti jam tiga. Sekarang baru jam dua. Jadi, gue bisa antar lo dulu,” jelas Nazwan langsung menarik lengan Nashwa menuju parkiran untuk mengambil motornya.
Nashwa terkejut bukan main ketika Nazwan tiba-tiba merangkulnya di perjalanan menuju parkiran seraya berkata, “Nas, masih ingat 'kan kalau gue pernah janji untuk bantu lo menghilangkan fobia lo?”
Nashwa melirik ke mata Nazwan. “Iya, kenapa?”
“Setahu gue, fobia itu akan hilang kalau kejadian serupa lo alami. Jadi, lo harus terbiasa mendengar suara petir dan melihat kilat. Karena fobia itu dilawan, bukan diobati,” ujar Nazwan.
“Gue nggak akan siap kalau harus mendengar dan melihat petir. Lo mau buat gue lebih menderita?!” Nashwa berdecak pinggang setelah melepaskan tangan Nazwan yang awalnya melingkar di bahunya.
“Fobia itu nggak ada obatnya, Nashwa. Mau nggak mau lo harus melawannya!” tegas Nazwan menghentikan langkah kakinya.
“Tapi … gue gak bisa,” keluh Nashwa pasrah.
“Gue akan bantu supaya lo gak terlalu ketakutan.”
“Lalu, setelah fobia gue hilang, apa lo akan pergi?”
“Gue gak tahu, tapi gue akan berusaha supaya gak ke mana-mana, gue akan selalu di hati lo,” jawab Nazwan.
Nashwa tersenyum, mereka berdua melanjutkan langkah mereka menuju parkiran sekolah SMA Nusantara ini. Tidak banyak yang mengetahui bahwa kedua murid ini adalah murid unggulan SMA Nusantara. Karena, Nashwa tidak pernah mau dipanggil sebagai siswi berprestasi saat acara kenaikan kelas dan saat upacara bendera ketika pembina upacara memberikan amanat. Namun, berbeda dengan Nazwan yang selalu menampakkan prestasi akademik dan non akademiknya di sekolah. Meskipun ia tidak mau memberi tahu, pasti seluruh siswa-siswi SMA Nusantara ini sudah tahu terlebih dahulu.
Nazwan pertama kali dikenal sebagai pemain basket terbaik kategori pria di SMA Nusantara sebelum dirinya terpilih sebagai ketua OSIS. Lalu, ia melangkah ke jenjang akademik. Nazwan berhasil menjadi juara pertama di olimpiade tingkat sekolah tahun lalu, hingga kini namanya melesat di sekolah ini.
Kembali pada posisi mereka berdua yang kini sudah berada di parkiran. Nazwan memakai hoodienya yang ia taruh di bawah jok motornya.
“Ayo, Nas!” suruh Nazwan pada Nashwa agar segera naik ke motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astrafobia [SUDAH TERBIT]
Fiksi Remaja[SUDAH TERBIT] Untuk pemesanan buku hubungi WA : 081774845134 Dear Pembaca ... kisah ini bukan kisah edukasi yang bisa membuat wawasan kalian bertambah. Namun, kisah ini menyiratkan sedikit pesan untuk kita ... bahwa orang yang selalu ada...