31. Fobia VS Mal

250 37 80
                                    

Halo, Guys!Malam ini aku update 5 part

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo, Guys!
Malam ini aku update 5 part. Jangan lupa baca sampai tamat, ya!

Vote dulu sebelum membaca, yo^^

-

-

-

"Pasien tidak terlalu parah. Benturan di kepalanya hanya benturan ringan. Mungkin, memang pasien sudah pusing sebelum ia terbentur," jawab dokter Rani.

"Alhamdulillah ... jadi, saya boleh melihatnya, Dok?" tanya Nazwan.

"Silakan. Saya akan pindahkan pasien ke ruang rawat."

Nazwan langsung masuk disertai dengan Citra dan Fani. Nazwan sangat panik ketika melihat kepala Nashwa yang saat ini terbalut oleh perban. Namun, Nazwan tetap berusaha tersenyum ketika melihat Nashwa yang sudah sadar melemparkan senyumannya kepada mereka bertiga.

"Nas, maaf ... karena gue, lo jadi seperti ini," sesal Nazwan pada kejadian tadi pagi saat Nazwan mengajak Nashwa bermain hujan.

"Tidak apa-apa, Nanas senang kok akhirnya Nazwan mau jujur sama perasaan Nazwan," jelas Nashwa seraya mengulum senyumnya.

"Tapi—"

"Nanasnya Nazwan nggak apa-apa," potong Nashwa, Nazwan tersenyum lega.

***

Setelah dua hari Nashwa dirawat di rumah sakit, akhirnya hari Selasa sore Nashwa bisa pulang dijemput oleh Nazwan. Sungguh, Nashwa sangat tidak mau berlama-lama di rumah sakit karena tidak tahan mencium bau obat-obatan.

"Wan, katanya kamu kepilih olimpiade? Itu kapan?" tanya Nashwa ketika berada di dalam mobil bersama Nazwan.

"Dua hari lagi, Nas ... lo harus datang ya di SMAN satu Bogor," ucap Nazwan.

"Di SMAN satu? Dekat ya, Nanas pasti datang kok," jawab Nashwa, Nazwan tersenyum.

Sebenarnya, Nashwa masih bertanya-tanya terkait hubungannya dengan Nazwan. Karena beberapa hari lalu Nazwan hanya menyatakan sayang, bukan cinta. Namun, Nashwa terus berpikir positif akan hal ini karena, status itu hanyalah sebuah kata, bukan pembuktian. Yang terpenting bagi Nashwa adalah Nazwan bisa terus berada di sampingnya untuk membantunya menghilangkan astrafobia yang dideritanya. Karena, hanya Nazwan-lah yang mampu membuat semuanya menjadi nyata yang awalnya Nashwa kira mustahil.

"Nas, ayah lo belum pulang juga?" tanya Nazwan sedikit curiga dengan ayah Nashwa.

"Belum. Dia 'kan di Medan," jawab Nashwa.

"Tapi ... kemarin gue liat om Hendra ada di Ramayana Bogor," ucap Nazwan ragu.

"Hah?! Yang benar, lo? Nggak mungkin kalau ayah gue pulang tanpa ngasih kabar ke gue, lo salah lihat mungkin," ucap Nashwa.

Astrafobia [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang