23. Terungkap

298 47 102
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa vote dulu, ya.

-

-

-

Ucapan Citra saat di mobil terus terngiang di telinga Nashwa. Benar kata Citra ... apa mungkin, Nashwa jatuh cinta kepada Nazwan? Entahlah, Nashwa hanya berharap Nazwan bisa selalu bersamanya untuk menghilangkan fobianya terhadap petir.

Besoknya, Nashwa sudah siap untuk berangkat sekolah meski kesehatannya belum sepenuhnya pulih. Nashwa berharap setelah bertemu Zahra ia bisa bertemu Nazwan di sekolah pada hari ini.

Seperti biasa, Nashwa duduk di depan kelasnya untuk menunggu Nazwan melewati kelasnya karena kelas Nashwa dan Nazwan itu bersebelahan.

“Nas, lagi ngapain lo?” tanya Fani yang baru saja datang melihat Nashwa sedang melamun di depan kelas.

“Nggak, gue cuma mau di sini aja,” ucap Nashwa berbohong.

“Nunggu Nazwan?” tebak Fani, Nashwa hanya terdiam.

Saat Fani hendak masuk ke kelas, Nashwa malah dikejutkan dengan kedatangan Nazwan yang melewati dirinya bersama dengan Rena di sampingnya. Alhasil, Fani memundurkan kembali langkahnya.

Bagaimana perasaan kalian, jika melihat orang yang kalian tunggu itu malah datang bersama orang lain? Sakit? Sesak? Itulah yang dirasakan Nashwa saat ini.

Nazwan kini kembali berubah dingin kepada Nashwa. Bahkan, ketika Nashwa melihatnya dengan Rena, Nazwan sama sekali tidak menyapa ataupun tersenyum kepada Nashwa.

“Fan, padahal kemarin itu Nazwan nolong gue saat gue pingsan di halaman, tapi kenapa seolah Nazwan nggak pernah kenal gue? Apa dia benci? Kalau benci, untuk apa dia tolong gue kemarin?” ucap Nashwa.

“Kalau lo mau tahu, beberapa hari lalu juga Nazwan yang nolong lo, Nas,” batin Fani tak tega dengan sahabatnya ini.

Nazwan dan Rena masuk begitu saja ke kelas mereka. Meski tidak ada pembicaan di antara Nazwan dan Rena, tetapi hal ini membuat Nashwa merasa tidak pantas untuk Nazwan.

“Gue udah terlalu sayang sama umi Zahra, Fan,” lirih Nashwa dengan matanya yang sudah mulai berkaca-kaca.

“Kenapa lo belum jelaskan semuanya?”

“Gue harus jelaskan gimana lagi? Sampai mulut gue berbusa? Atau sampai mulut gue mengalir darah?” Nashwa lelah dengan semua permainan ini.

Nashwa masuk ke dalam kelasnya meninggalkan Fani yang masih duduk di depan kelas, sedangkan Fani ... ia melihat Nazwan yang sejak tadi memperhatikan Nashwa tanpa Nashwa ketahui.

Aneh. Apa kurang cukup rasa lebih yang mereka punya untuk saling percaya?

Nazwan yang terkenal dengan kepandaiannya harus mempersiapkan dirinya untuk mengikuti olimpiade matematika mewakili sekolahnya. Makanya, beberapa hari lalu Nazwan tidak masuk sekolah karena hal ini. Bahkan, Nashwa saja tidak tahu bahwa Nazwan akan mengikuti olimpiade yang sangat membanggakan ini.

Astrafobia [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang