Vote sebelum membaca :)
-
-
-
Minggu sore, Mia baru membukakan pintu gudang tempat Nashwa dikurung. Artinya, seharian ini Nashwa tidak diberi makan sedikit pun. Namun, Nashwa tetap bersyukur selama ia masih bisa benapas.
“Bangun! Sebentar lagi ayahmu pulang, jangan sampai dia melihatmu kusut tak berguna seperti ini!” bentak Mia.
Rasanya, sangat ingin Nashwa membalas perlakuan jahat ibu tirinya ini. Namun, Nashwa tetap menghargai bahwa sosok jahat ini mau bagaimanapun tetap ibunya yang harus ia hormati.
Setelah itu, Nashwa langsung masuk ke kamarnya untuk mandi dan makan yang telah disediakan bi Ani.
Nashwa terlelap begitu saja di kasur kamarnya saat ia selesai makan. Mungkin, ia sangat mengantuk karena di gudang ia selalu ketakutan, apalagi pagi tadi hujan turun disertai petir. Untung saja, di rumah megah Nashwa terdengar tidak terlalu jelas suara petir itu, hanya samar-samar yang membuat dada Nashwa berdetak kencang.
***
Hari Senin, bagi sebagian siswa mungkin adalah hari yang menyebalkan. Namun, Nashwa selalu bersemangat karena ia bisa bertemu dengan Nazwan di sekolah.
“Wan,” sapa Nashwa saat berada di depan gerbang.
Namun, Nazwan malah memalingkan wajahnya malas, setelah itu ia pergi dari hadapan Nashwa menuju ruang kelasnya.
“Nazwan ... lo kenapa?” tanya Nashwa dengan nada lirih.
“Gak usah ikuti gue lagi! Pergi sana!” bentak Nazwan.
“Nazwan, lo berubah … secepat ini? Karena malam Minggu lalu? Gue bisa jelaskan …,” lirih Nashwa.
“Bukan gue yang berubah, hanya saja gue gak tahu kalau lo itu sebenarnya busuk!”
Jleb.
Perkataan itu sangat menusuk di relung hati Nashwa. Sangat sakit rasanya ketika Nazwan memanggilnya busuk. Apa yang membuat Nazwan berubah secepat ini? Kenapa Nazwan malah mengatakan kalau Nashwa itu busuk?
“Naz … apa maksud lo?” ucap Nashwa masih dengan nada lirih.
Nazwan mendekat ke arah Nashwa. “Gimana? Puas setelah lo gak datang malam itu lalu lo tidur bersama seorang cowok yang bukan siapa-siapa lo?” bisik Nazwan pada telinga Nashwa.
“Maksud lo—”
“Gak usah pura-pura bego! Tetangga lo yang ngasih tau ke gue,” jelas Nazwan.
“Gue be—”
“Nazwan, ayo ke ruang OSIS! Pembina sudah menunggu,” ujar Rena sang sekretaris OSIS.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astrafobia [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] Untuk pemesanan buku hubungi WA : 081774845134 Dear Pembaca ... kisah ini bukan kisah edukasi yang bisa membuat wawasan kalian bertambah. Namun, kisah ini menyiratkan sedikit pesan untuk kita ... bahwa orang yang selalu ada...