Sunday night adalah saat yang paling pas untuk nongkrong. Meninggalkan semua kepenatan pekerjaan selama seminggu terakhir dengan melarutkannya dengan hang out. Tara, Pam, David, Bintang dan beberapa teman kantor tengah bersantai spend the night at the cafe milik salah satu teman kuliah David yang baru saja grand launching. Selain menikmati alunan musik, mereka juga disibukkan dengan permainan truth or dare yang membuat semua muda-mudi yang ikut terlibat dalam permainan jadi merasa cemas sekaligus gembira.
Terdengar suara tawa mereka yang pecah membahana manakala Indra yang memilih dare pergi melakukan tantangan dengan mencium salah satu pengunjung laki-laki di sana. Setelah Indra kembali duduk di kursinya, dia terus menerus dihujani ledekan oleh yang lain yang membuatnya semakin menyesal dengan pilihannya.
“Tahu tantangannya gila gitu sih, gue mending pilih truth aja, deh! kebongkar-kebongkar deh borok hidup gue!” umpatnya kesal.
“I told you! See, you regret it right?” seru Eva yang kembali menertawakan Indra.
“Okay ... enough guys. It’s time to the next turn. Ready?” tanya David yang masih sangat antusias dengan permainan yang dia cetuskan sendiri itu.
Tanpa menunggu jawaban teman-temannya, dia mulai memutar botol minuman kosong di atas meja sebagai media pengundi untuk menentukan siapa giliran selanjutnya yang akan mendapat tantangan tersebut. Semua orang kompak bersorak begitu moncong botol berhenti tepat ke arah Tara duduk dan dengan semangat berkobar Pam langsung mengacungkan tangan dan mengajukan diri sebagai sang penantang untuk Tara.
“Gue kan nggak ikutan, nggak ada. Skip aja skip.” Tara menolak ikut dalam permainan karena merasa jika permainan itu terlalu berisiko untuknya. Baik memilih truth atau pun dare sama-sama punya potensi membuatnya malu. Dan Tara membenci hal itu.
“Enak aja, nggak bisa. Orang lo duduk di sini itu artinya lo juga termasuk peserta!” sembur Pam yang berkacak pinggang. “Truth or dare?” tanyanya secara langsung.
“Not both!” jawab Tara yang tak kalah melototnya pada Pam.
“Nggak asik lo, Ta! Udah ikut ketawa bareng juga, sekarang giliran lo malah mau mundur! You are loser!” cemooh Indra sambil mencomot sepotong keripik pada nachos yang mereka pesan lalu menjejalkannya ke dalam mulut.
“Hey, i’m not loser! Gue cuma nggak mau ikutan, aja.” Tara masih terus mengelak.
“Fair play dong, Honey. Janji deh, nggak akan yang ekstrim-ekstrim,” bujuk Pam.
“Honestly kalo lo yang bilang gue malah tambah creepy dengernya. But, i’ll trying to trust you, Beib.” Tara menyambut jari kelingking Pam tanda bahwa dia setuju untuk ikut dalam permainan itu. Tara pasrah sekarang.
“So, truth or dare?” Pam mengulang pertanyaannya.
“Gue masih agak parno sama Indra, jadi gue pilih truth aja kali, ya.”
“That’s a good choice. Pertanyaannya yang harus lo jawab dengan sejujur-jujurnya adalah apakah saat ini seorang Starla Auristella sudah menemukan seseorang yang sanggup membuatmu move on dari masa lalu?” tanya Pam dengan nada dan ekspresi wajah yang mirip host acara infotainment yang terkenal dengan slogan tajam-tajam itu.
Pertanyaan tak terduga yang Pam ajukan itu membuat Bintang yang sejak tadi hanya asyik sebagai penikmat mulai melirik tertarik. Terlihat dari sudut matanya, wajah Tara yang syok akibat todongan pertanyaan itu.
“Kok itu pertanyaannya? Random banget?” Tara terlihat keberatan dan merasa tak nyaman.
“Tinggal jawab aja nggak usah banyak komplain!” desak Pam yang sudah gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pretty Lady (Completed)
RomanceBintang: "Nama lo Tara Auristella artinya bintang yang bersinar terang. Lo bisa terang sendirian, itu artinya lo kuat." Tara: "Nama lo Bintang Cakrawala artinya bintang di atas langit. Kalo gak ada lo, gue gak punya tempat untuk bergantung. Untuk bi...