Memasuki area bar yang lumayan ramai oleh pengunjung itu membuat David kesulitan menemukan Bintang di sana. Ketika pandangan matanya membentur sosok yang tengah duduk di bar stool sambil memainkan pint beer di tangannya membuat David yakin itu pasti Bintang. Sekitar setengah jam yang lalu, Bintang meneleponnya dan mengajaknya bertemu. Setelah memastikan Pam tidur, David pergi menemui sobat karibnya itu seperti yang sudah dijanjikannya.
“What's up, Bro. Muka lecek amat.” David memesan satu pint beer yang sama seperti Bintang begitu dia duduk di samping laki-laki yang terlihat sedang galau itu.
“Soal cewek, ya?” terkanya akurat, “Tara nih pasti.”
Bintang meneguk beer di tangannya hingga tinggal tersisa separuh. “Sok tahu lo!” ledeknya.
Semenit kemudian handphone Bintang yang dibiarkan tergeletak di antara dia dan David berdering dan menampilkan nama Tara di layar utama ponsel. Karena sedang malas menjawab panggilan itu, Bintang menekan tombol reject dan membalik layar ponselnya menghadap ke bawah.
“Tuh kan, apa gue bilang pasti soal Tara. Kalian berantem? Kayak laki bini aja,” sindir David tertawa.
“Gue tuh nggak ngerti sama jalan pikiran dia, Vid. Apa selama ini semua perhatian yang gue kasih itu kurang bisa meyakinkan dia tentang perasaan gue ke dia? Harus pake cara apalagi supaya dia bisa tahu kalo gue menganggap dia lebih dari teman.” Bintang berbicara dengan tangan terkepal kuat.
“Apa segitu bekunya hati dia karena Hendry sampai bikin dia mati rasa gitu? nggak peka sama sekali atau pura-pura polos! Nyebelin,” umpat Bintang kesal.
David mendengarkan curhatan sahabatnya itu dengan menyulut sebatang cigarette yang dia bawa. Bertahun-tahun mengenal dan berteman dengan Bintang membuat David tahu bahwa Bintang bukan tipe orang yang senang curhat seperti ini. Dia lebih suka menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya sendiri tanpa perlu mengumbarnya di depan orang lain. Jika sampai seorang Bintang curhat padanya, itu berarti Bintang sudah berada pada tahap tidak tahu harus berbuat apa dan itu gawat menurut David.
“Udah gitu sekarang dia sok-sokan jodohin gue sama Mauryn lagi! Bete nggak sih, cewek yang lo suka malah nyuruh lo pacarin cewek lain?” Bintang merebut rokok yang baru dinyalakan David tanpa permisi dan menghisapnya frustrasi.
Bintang bukan tipe cowok perokok berat. Dia hanya menghisap lintingan tembakau itu jika sedang berada dalam kondisi tertekan atau galau hebat. Tapi jika tidak sedang seperti itu, Bintang lebih suka menghibur dirinya sendiri dengan sebotol wiskey atau brandy andalannya.
“Menurut gue masalahnya tetap ada di elo, Man. Selama lo nggak ngomong ke Tara soal perasaan lo, ya dia juga nggak akan pernah tahu. Lo mau ngandalin kode-kodean terus sampai kapan? Cewek tuh bukan dukun yang bisa tahu kalo lo suka sama dia.” David mengeluarkan kembali satu batang rokok dan menyulutnya lagi.
“Apa sih yang bikin lo menunda itu? yang bikin lo ragu tuh apa sampai lo nggak bisa ngomong hal sepenting itu ke Tara?”
“Vid, lo kan tahu Tara pernah bilang kalo dia cuma nganggap gue sebagai temannya. Nggak cuma sekali dua kali lho. Terus gimana gue bisa ngomong?”
“Cemen banget lo gitu doang juga. Gue udah pernah bilang sama lo jangan terlalu serius dengerin omongan cewek, mereka itu misterius. Ada pepatah yang bilang hati cewek itu sedalam samudra dan nggak bisa ditebak. Jadi, lo jangan cuma terpatok omongan Tara aja.”
Setelah menandaskan satu pint, Bintang kembali memesan satu pint lagi pada bartender. Tak langsung meminumnya karena Bintang hanya bisa memandangi buih-buih putih di dalam pint-nya itu dengan terdiam sambil menghisap rokok kretek yang terselip di dua jari telunjuk dan jari tengahnya dalam-dalam lalu membuang asapnya panjang dan tenang. Melihat itu menciptakan satu garis tarikan senyum di sudut bibir David.
“Lo segitu cintanya sama dia? Sedalam itu?”
Tak juga mendapat jawaban atas pertanyaannya, David mengurai tawanya lepas.
“Gila sih lo, Man! Asli nggak nyangka gue, gue pikir lo cuma main-main doang sama Tara. Cuma sekadar cinta sesaat aja buat ngisi hari-hari lo di Jakarta.”
Bintang melempar pandang ke arah David yang masih menertawakannya. Dia membuang asap rokok tepat di muka David dan mulut David yang terbuka hingga membuat David tersedak asap rokok dan terbatuk-batuk. Kini giliran Bintang yang tersenyum senang.
“You know me, Buddy. Gue nggak pernah main-main masalah ginian. For me, Tara it’s like destiny. Sejak gue di sini, dia selalu muncul di depan gue dan itu membuktikan bahwa pertemuan kita nggak cuma kebetulan semata. Banyak kejadian melibatkan Tara yang membuat gue akhirnya paham kalo ini cewek bukan cuma sekadar numpang lewat di hidup gue.”
David mendengarkan uraian Bintang dengan tersenyum-senyum sendiri.
“When you don't expect to meet her, she will appear in front of you. Gitu kan maksudnya?” Bintang mengangguk mendengar ucapan David tadi.
“Ingat cewek yang muntahin sepatu gue waktu pesta lajang lo sama Pam waktu itu?” David tampak mengingat-ingat dan akhirnya membelalakkan mata begitu dia menduga jawabannya.
“She is,” jawab Bintang santai.
“Oh My Goodness!” teriak David tak percaya.
“Dan waktu ketemu lagi di wedding party lo, dia ngotorin lagi sepatu gue untuk yang kedua kalinya. Dari sana gue yakin kalo dia bukan cuma kebetulan dan itu semakin terbukti begitu kita ketemu lagi di kantor.”
“Dia tahu kalo lo orang yang pernah dia kasih jackpot?” tanya David yang masih belum bisa menyembunyikan kekagumannya akan cerita Bintang yang seperti drama Korea yang sering Pam tonton atau malah FTV Indonesia itu.
“I don’t think so, gue juga nggak pernah bahas soal itu kok.” Bintang membuang abu rokok yang sudah menumpuk ke atas asbak.
“Aduh ... kenapa nggak? Siapa tahu kalo Tara tahu dia akan lebih respect sama lo. Memanfaatkan rasa bersalah cewek untuk dapat perhatiannya itu masih termasuk cara ampuh lho, Bi untuk menaklukan cewek.”
“Nah, itu yang gue nggak suka. Gue mau Tara suka sama gue bukan karena rasa bersalah atau apalah, tapi karena dia memang benar-benar menyadari perasaan dia aja.”
“Ribet lo!” David mendengus sebal dan membuang puntung rokok yang sudah dia matikan itu ke dalam asbak.
“Saran gue lo cepetan ngomong sama Tara sebelum ada cowok lain yang deketin dia. Secara gebetan lo itu cantik dan setahu gue banyak juga cowok yang mupeng sama dia. Sebelum terlambat, Brother.” David menandaskan minumannya.
XOXO
![](https://img.wattpad.com/cover/227651463-288-k173898.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pretty Lady (Completed)
RomanceBintang: "Nama lo Tara Auristella artinya bintang yang bersinar terang. Lo bisa terang sendirian, itu artinya lo kuat." Tara: "Nama lo Bintang Cakrawala artinya bintang di atas langit. Kalo gak ada lo, gue gak punya tempat untuk bergantung. Untuk bi...