7. Accident

1.4K 93 8
                                    

Setelah aksinya mempermalukan Hendry di depan teman-teman dan pengunjung cafe di sana, Tara langsung pergi meninggalkan lokasi dengan disusul Hendry. Bintang yang menyaksikan semua peristiwa itu tak tinggal diam begitu saja, dia juga mengambil inisiatif untuk menyusul keduanya. Bintang hanya cemas jika Tara dibiarkan berdua dengan Hendry bukan tidak mungkin aksi serupa atau bahkan lebih parah akan dilakukan cewek itu.

“Ta, maksud lo apaan tadi?” tanya Hendry yang mengekori Tara.

“Serius lo tanya maksud gue? kenapa, lo malu gue nyiram muka lo di depan banyak orang? Itu nggak ada apa-apanya lagi dibanding lo yang udah buat gue malu di depan seribu undangan. Harusnya lo masih bersyukur gue bales lo dengan cara receh kayak tadi!” Tara menyalak.

“Lo masih mau bahas soal masa lalu? Oke, gue minta maaf sama lo.”

“Enteng banget lo cuma minta maaf doang?! Lo mikirin nggak malunya gue di depan orang tua gue? malunya orang tua gue? lo jangan cuma mikirin diri lo sendiri aja!”

“Ya udahlah, itu udah lama juga. Bisa nggak usah dibahas lagi nggak? Gue tahu gue salah, dan gue minta maaf sama lo.”

“Lo kalo ngomong itu mikir dulu nggak, sih?” jari telunjuk Tara menoyor dahi Hendry dengan gemas.
“Gila, bisa-bisanya dulu gue jatuh cinta sama orang tolol kayak lo. Tahu kalo lo orang yang nggak punya otak sama nggak punya hati, gue nggak bakal mau nikah sama lo! untung Tuhan masih baik sama gue dengan ngasih lihat kalo lo emang bukan cowok yang sepantasnya gue perjuangkan, tahu nggak!” Tara mulai berkaca-kaca menahan gempuran emosi yang membuncah di dadanya.

Bertemu Hendry kembali tentu membawa kenangan buruk itu menghantui pikiran Tara lagi. Mengingat betapa sakit dan hancurnya perasaan Tara kala mendapati Hendry yang berselingkuh dengan wanita lain di depan matanya saat pernikahan mereka akan berlangsung tiga hari lagi. Dan ini bukanlah yang pertaman kalinya Hendry main serong di belakang Tara selama mereka berpacaran. Casanova seperti Hendry pasti tidak bisa hidup hanya dengan satu perempuan saja di sisinya. Mungkin karena terlalu cinta, Tara kembali memaafkan Hendry lagi dan lagi hanya bermodal janji palsu bahwa Hendry tidak akan mengulangi kesalahannya pada Tara. Tapi, harusnya Tara tahu bahwa Hendry tidak pernah serius dengan ucapannya itu.

Saat itu, Tara yang sudah biasa mengunjungi rumah Hendry untuk memberikan jas pernikahan itu dikejutkan dengan kemunculan seorang wanita asing di dalam kamar pribadi Hendry yang hanya menutupi tubuh polosnya dengan balutan selimut. Dan keadaan Hendry sendiri yang masih dalam keadaan terlelap itu hanya berbalut boxer. Tara yang sudah tidak perlu penjelasan apa-apa langsung melempar kepala Hendry dengan jam weker yang terdapat di atas nakas. Hendry yang terkejut karena rasa sakit di kepalanya itu langsung terbangun dan belum sempat memahami situasi yang terjadi, Tara memberinya bonus berupa tamparan sangat keras di pipinya.

Dan yang lebih menyakitkan bagi Tara, sejak kejadian itu Hendry sama sekali tidak pernah berusaha untuk menemuinya ataupun meminta maaf padanya. Hendry menghilang begitu saja seolah perbuatannya itu tidak memberi efek dahsyat bagi Tara dan keluarganya. Pesta pernikahan impian yang sempat Tara dambakan harus hancur dalam sekejap mata. Menjadi pergunjingan banyak orang hingga membuatnya sempat depresi dan akhirnya memilih tinggal di apatemen adalah cara Tara melupakan masa pahit itu.

Come on, Ta, sekarang udah bukan waktunya lagi kita bahas soal masa lalu. Udah basi banget!” cibir Hendry.

“Jadi menurut lo, sakit hati gue dan keluarga gue atas perbuatan cabul lo itu basi? Emang tolol gue, mau aja kebujuk rayuan norak lo itu. Harusnya sejak awal gue tahu kalo orang kayak lo nggak pernah bisa tepatin janji.”

Sekuat tenaga Tara menahan diri agar tidak meneteskan air mata di depan si berengsek ini. Dia tidak mau terlihat lemah di mata Hendry.

You are such an asshole!” umpat Tara dengan berang.

Tara yang sudah sangat muak dengan Hendry memilih pergi, baru berjalan beberapa langkah suara klakson mobil mengejutkannya. Bintang yang membuntuti Tara kalah cepat dibanding Hendry yang sudah menarik tangan Tara menjauh dan mengakibatkan tubuh Hendry terlempar ke jalanan. Sedetik kemudian, suara tabrakan terdengar di telinga Tara.

“Hendry!” teriaknya begitu melihat tubuh Hendry yang sudah jatuh terkulai di atas aspal dengan bersimbah darah.

Bintang dan beberapa orang mendekat untuk melihat kondisi Hendry. Sementara Tara sama sekali tidak bergerak dari tempatnya. Perasaannya berkecamuk saat ini, antara senang karena cowok berengsek itu sudah mendapat karmanya sendiri dan juga sedih karena melihat kondisi Hendry yang begitu memprihatinkan tak berdaya.

“Ta, ayo kita bawa ke rumah sakit!” teriak Bintang yang sudah menggotong Hendry ke dalam mobil dengan dibantu si pengemudi yang bersedia bertanggung jawab.

He deserve it!” maki Tara yang membalik badan dan pergi.

“Hey, lo nggak boleh gitu dong. His dying, Ta. Kita harus tolong dia, dia kan teman lo.” Bintang menjegal lengan Tara agar cewek yang masih diliputi amarah itu tidak pergi menjauh.

Who's care? Biarin aja dia mati! Itu hukuman buat dia karena udah buat gue jadi begini!”

“Ta, sadar Ta, lo jangan ngomong gitu. Ini nyawa orang, lo nggak boleh egois begini. Lagian, kalo tadi dia nggak nolongin lo pasti lo udah ada di posisi dia sekarang!” Bintang mengguncang kedua lengan Tara untuk menyadarkan gadis itu.

“Gue nggak minta dia tolong.”

Bintang melepas cengkeramannya pada Tara. “Fine. Kalo lo mau jadi orang yang sama berengseknya kayak dia, fine! Lo diam aja di sini, dan tunggu kabar kematian dia aja. Pastikan kalo lo nggak akan menyesal saat itu!” Bintang dengan marah pergi meninggalkan Tara.

Sudah bukan waktunya dia membujuk Tara untuk ikut bersamanya ke rumah sakit, nyawa Hendry harus lebih diutamakan daripada perasaan Tara saat ini.

“Bintang!” teriak Tara begitu mobil sudah siap melaju. Gadis itu mengetuk kaca mobil yang menandakan dia bersedia ikut ke rumah sakit.

XOXO

My Pretty Lady (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang