17. Rival

1K 89 2
                                    

Hari yang berbeda dari biasanya karena Tara berangkat sendiri ke kantor hari ini. Tidak ada Bintang yang biasanya sudah berdiri di depan unit apartemennya dan mengajak berangkat kerja bersama. Kejadian semalam yang masih mengganggu pikirannya membuat Tara memutuskan berangkat lebih pagi ke kantor. Bukan karena dia menjadi rajin tapi lebih karena dia tidak bisa tidur sepanjang malam. Ciuman Bintang terlalu membuat pikirannya gila.

Di kantor pun Tara tidak melihat sosok Bintang beredar di sekeliling bangunan itu dan menurut informasi yang di dapat, Bintang dan beberapa rekannya sedang melakukan meeting di luar kantor dengan sebuah WO untuk bekerjasama dalam acara wedding festival yang akan segera diselenggarakan di JCC atau Jakarta Convention Center. Tara lega mendengarnya, tak terbayangkan bagaimana jika sampai dia bertemu dengan cowok itu setelah kejadian kemarin.

Selain mungkin dia akan salting sendiri di depan Bintang, Tara juga pasti merasa bersalah padanya karena selama ini sudah mengira bahwa Bintang mengincar Mauryn dan sudah mencoba menjodohkan keduanya agar bisa bersama. Tara bisa membayangkan bagaimana perasaan Bintang saat itu, dijodohkan dengan cewek lain oleh orang yang dia sukai. Tara mengacak-acak rambut panjangnya, dia kesal dengan kebodohannya. Kenapa selama ini dia tidak pernah sadar kalau Bintang ternyata menyukainya. Apa rasa sakit yang Hendry berikan benar-benar telah membekukan hatinya sehingga dia tidak bisa merasakan apa-apa sekarang?

"Hai, Ta ... lo sendirian aja?" tanya Adrian yang langsung mengambil duduk di depan Tara sambil meletakkan mangkok berisi bakso dan segelas es teh manis. "Gue boleh duduk di sini, ya."

"Lo juga udah duduk, ngapain pake permisi?" sembur Tara.
Adrian terkekeh. "Bodyguard lo mana?"

Tara memilih makan siang di kantin kantor karena sedang malas pergi jauh. Biasanya jika ada Bintang, cowok itu akan mengajak Tara berkeliling Jakarta untuk mencoba kuliner baru di mana pun itu berada.

"Bodyguard apaan lagi?" Tara tahu yang Adrian maksud adalah Bintang.

"Ya habis ke mana-mana lo dikawal terus sama dia. Sampai gue bingung mau deketin lo gimana. Kok hari ini dia nggak kelihatan?"

"Lagi meeting!" jawab Tara singkat.

"Oh pantesan muka lo keruh banget," sindirnya, "senyum dong. Jelek tahu kalo lo cemberut aja, nggak ada doi segitu kesepiannya hidup lo?" godanya lagi.

"Apaan sih! Lo mau makan apa mau ngajak berantem, sih?"

Adrian, anak divisi IT yang sudah sejak lama menyukai Tara dan Tara tahu itu tapi tidak pernah Tara anggap serius karena lagi-lagi Tara hanya menganggapnya sebagai rekan kantor saja. Adrian di mata Tara adalah seorang laki-laki yang tergolong agresif dan spontan dalam menyatakan perasaannya. Sudah terhitung dua kali Adrian pernah menembaknya, namun Tara tolak karena sedang tidak berminat mencari pacar.

Adrian sempat mundur dan menghilang dari sekitar Tara begitu Bintang muncul. Keakraban dan kedekatan Tara dan Bintang mungkin menjadi menyebab Adrian tidak pernah lagi mengganggu Tara. Ternyata cowok itu sedang mencari kesempatan mendekatinya lagi seperti saat ini. Tahu jika Bintang sedang tidak berada di sisi Tara, Adrian memanfaatkannya untuk memulai pendekatan dari awal lagi.

"Gue cabut, ya." Tara sudah akan mengangkat pantatnya ketika Adrian mencekal tangannya dan menyuruhnya untuk duduk kembali.

"Entar dulu dong, temenin gue makan sekali-kali kenapa, sih? Nggak enak tahu rasanya makan sendirian."

"Gue tadi makan sendirian juga biasa aja, tuh!"

"Ya kali ini aja lo temenin gue, bentar doang kok. Lagian mau ke mana sih buru-buru banget? Si Bintang juga lagi nggak ada, kan?" Adrian melanjutkan makannya.

My Pretty Lady (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang