23. Untitle

1K 85 0
                                    

Setelah sekian lama menjadi anak hilang, akhirnya Tara pulang ke rumah juga. Dia sudah rindu dengan suasana rumah dan juga para penghuninya. Rumah dengan pekarangan asri itu dihuni oleh lima orang. Selain Tara dan kedua orang tuanya, kedua kakak Tara juga tinggal di sana. Tapi itu dulu sebelum keduanya memasuki dunia pernikahan dan hidup mandiri jauh dari orang tua.

Kakak pertama Tara bernama Mario kini sudah tinggal di Bogor bersama istri dan kedua anaknya sepasang anak kembar laki-laki dan perempuan Kandra dan Kayla serta calon ponakan ketiganya yang sebentar lagi akan dilahirkan Viola, kakak iparnya. Sedangkan kakak keduanya Vanessa atau Nessa diboyong suaminya untuk menetap di Kanada. Sekarang rumah itu hanya dihuni oleh orang tuanya saja setelah Tara juga memutuskan pergi dari rumah yang menyimpan banyak kenangan masa kecilnya itu akibat peristiwa menyakitkan yang disebabkan oleh ulah Hendry. Papa dan mamanya hanya ditemani seorang asisten rumah tangga yang sudah bekerja sangat lama sedari Tara masih kecil.

"Ikannya bisa mati kekenyangan kalau kamu kasih makan terus, Sayang." Suara papanya membuat kegiatan Tara menaburkan pelet ikan ke atas kolam jadi terhenti.

Memberi makan ikan koi peliharaan papanya di samping rumah sudah menjadi kegiatan yang mengasyikan untuk Tara sejak kecil. Melihat ikan berwarna-warni itu saling berebut makanan yang Tara taburkan sungguh membuatnya senang.

"Ikannya nambah lagi, Pa?" tanya Tara yang merasa jumlah ikan koi dalam kolam itu tidak sama dengan yang terakhir dilihatnya.

"Iya, ada teman papa yang ngasih dua ekor sekaligus. Baru minggu lalu datangnya."

"Kok baik banget sih teman Papa itu sampai ngasih koi segala?" Tara masih saja menaburkan butiran pelet ke atas kolam.

"Karena dia tahu papa koleksi koi dan langganan juga di toko dia. "

"Oh ..." Tara terdiam setelahnya menyaksikan belasan ikan koi itu berenang ke sana kemari tak tentu arah dan tujuan.

"Kamu kok tumben pulang? Biasanya kalo nggak disuruh nggak ingat rumah kamu?" Tanya papanya yang duduk di kursi depan kolam sambil mengamati tanaman sukulen zebra dalam pot di atas meja.

Jika papanya hobi mengoleksi dan memelihara ikan koi, mamanya mempunyai hobi memelihara dan mengoleksi berbagai macam jenis tanaman sukulen. Tumbuhan yang masih masuk dalam keluarga kaktus itu tampak lucu dan menggemaskan dalam ukurannya yang mini dengan beragam bentuk. Dari teras depan sampai belakang rumah, bisa dilihat berbagai koleksi sang mama sepanjang mata memandang.

"Kok gitu? jadi Papa nggak kangen aku, nih?" Tara mengikuti papanya dan ikut duduk di kursi sebelah. "Anaknya pulang bukannya disayang malah berasa diusir aku?" Tara meletakkan wadah pelet di atas meja begitu saja dan kini dia melipat tangan di dada pura-pura ngambek.

Papanya tertawa dan mengacak rambut anak bungsunya dengan sayang. "Bukannya gitu, papa cuma heran aja. Emang nggak boleh papa tanya?"

"Lagi kangen Papa aja, kangen Mama, kangen rumah ini juga, kangen Mbak Ani juga, kangen ikan koi Papa, kangen sukulennya Mama, kange-"

"Dengar kamu ngomong terus bikin papa jadi pusing."

"Ih, kan tadi Papa tanya alasan aku pulang. Giliran dijawab malah gitu!" Tara kembali merajuk.

"Duh, bontotnya papa kalo udah ngambek pasti deh ..." papanya menekan tengkuk Tara dan memijit-mijitnya. Kebiasaan papanya untuk membuat Tara yang sedang ngambek jadi rileks.

"Asli kangen banget pijitannya Papa," cetus malah keenakan.

Cukup lama Tara terdiam dan menikmati pijitan papanya itu sampai akhirnya dia buka suara setelah papanya menyudahi aksinya. "Aku ketemu Hendry, Pa. Udah agak lama sih, tapi aku baru berani cerita sekarang." Tara melihat reaksi di wajah papanya takut jika Papa kembali emosi mendengar nama Hendry disebut.

My Pretty Lady (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang