Ketenangan hari-hari Tara kembali terusik tatkala dia diberitahu bahwa ada seorang tamu yang ingin bertemu dengannya di lobi bawah. Tara yang tak menduga siapa tamu yang dimaksud sedikit terkejut mendapati Salsa yang sudah menyambutnya dengan seutas senyuman. Tara yang masih belum membalas senyum Salsa mempersilakan perempuan itu duduk kembali.
Entah kenapa melihat kembali wajah perempuan itu membuat darah Tara kembali mendidih. Tara masih teramat tidak suka dengan Salsa. Baginya, Salsa tetap wanita jalang yang sudah merebut calon suaminya. Jika Tara tidak bisa menguasai diri, dia sudah melemparkan stiletto nude tujuh sentinya yang baru dia beli itu ke wajah Salsa.
"Hendry udah membaik, dia mau bicara sama kamu. Ada waktu?" tanya Salsa straight the point.
"Mau ngomong soal apa?" tanya Tara sinis sambil melipat kedua tangannya.
Salsa tertunduk. "Biar nanti ketemu di rumah aja, supaya lebih enak ngobrolnya."
Bersamaan dengan itu, Bintang yang baru kembali ke kantor dari meeting di luar mendekati dua wanita yang dilingkupi aura dingin di sekitarnya itu.
"Hai Sal, apa kabar? Gimana keadaan suami kamu?" tanya Bintang menyalami Salsa.
Tara mendelik sebal, dia tidak suka kata-kata suami yang Bintang sebutkan tadi.
"Baik, Hendry juga udah membaik. Kemarin baru pulang dari rumah sakit," jawab Salsa dengan raut ceria. Sangat berbeda saat Salsa berbicara dengan Tara tadi.
Tara yang tidak suka dengan senyum yang Salsa perlihatkan itu serta merta menarik Bintang yang masih berdiri untuk mendekat dan duduk di sebelahnya. Tara tidak mau jika Bintang juga ikut tersihir pesona murahan Salsa seperti yang terjadi pada Hendry dulu. Dia harus melindungi sahabatnya Bintang dari wanita penuh jerat licik itu. Dan Bintang yang terkejut karena ditarik duduk secara tiba-tiba hanya bisa menatap Tara heran.
"Syukur kalo udah membaik," sambung Bintang lagi dengan tersenyum ramah.
"Nggak usah senyum-senyum kenapa, sih? Biasa aja kali," bisik Tara di telinga Bintang dengan gigi yang terkatup .
"Kenapa emang?" Bintang ikut berbisik tak mengerti.
"Lo harus hati-hati sama dia. Dia itu ular berbisa berwujud manusia. Dia udah pernah bikin Hendry takluk, jangan sampai lo jadi korban dia selanjutnya."
"Huus ... kalo ngomong jangan sembarangan. Mereka udah nikah, mana mungkin Salsa begitu," decak Bintang dengan suara serendah mungkin karena objek yang mereka bicarakan tepat ada di hadapan mereka.
"Ya, mana tahu dia belum berubah. Who knows, kan?"
"Ngaco lo!" Bintang mengakhiri aksi bisik-bisiknya dengan Tara karena mendapati wajah bingung Salsa melihat keduanya seperti membicarakan sesuatu yang rahasia.
"Sorry ya, Sal." Bintang kembali fokus pada Salsa.
"Nggak apa-apa. Jadi gimana, Ta?" tanya Salsa lagi menunggu jawaban Tara.
Bintang yang belum tahu soal maksud kedatangan Salsa ke kantor mereka langsung menatap Tara dengan wajah bingung.
"Hendry ngajak ketemuan. Katanya ada yang mau dia bicarain sama gue," papar Tara.
"Kalo Mas Bintang mau ikut juga boleh kok. Sekalian makan malam," tawar Salsa.
Tara mengangkat satu alisnya tinggi, Mas? Salsa memanggil Bintang dengan sebutan Mas? Mau memulai jurus penggodanya, ya? Apa perempuan itu tidak ingat suami dan anak yang dia kandung? Masih berani menggoda pria lain di depan mata Tara? Tara mulai waspada.
"Iya nanti gue ke rumah, deh," selanya cepat plus jutek, "sekarang kita harus balik kerja jadi sorry ya, nggak bisa lama."
Tara segera beranjak dan tak lupa menyeret tangan Bintang menuju elevator. Pertemuan ini harus diakhiri secepatnya sebelum Salsa semakin menebarkan racunnya pada Bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pretty Lady (Completed)
RomanceBintang: "Nama lo Tara Auristella artinya bintang yang bersinar terang. Lo bisa terang sendirian, itu artinya lo kuat." Tara: "Nama lo Bintang Cakrawala artinya bintang di atas langit. Kalo gak ada lo, gue gak punya tempat untuk bergantung. Untuk bi...