26. The Beach

1K 74 1
                                    

Tara terbangun setelah menjelang petang, dia langsung mencari ponsel dan memeriksa notifikasi jika ada pesan atau sesuatu yang penting. Dia melihat nakas di samping ranjang terdapat segelas cokelat hangat dan seiring salmon chowder yang juga masih mengepulkan asap, sepertinya belum lama dikirim untuknya. Air minum dalam gelas pun sudah tersedia di sana.

Eat well and get well soon.

Kurang lebih seperti itu isi note yang terjepit di bawah cangkir cokelat berupa tulisan tangan tanpa nama. Dahi Tara sedikit berkerut menebak-nebak siapa pengirim makanan lezat ini padanya? Tebakannya mungkin salah satu dari ketiga teman sekamarnya, Pam, Amel atau mungkin Eva. Atau malah Adrian? Orang terakhir yang mengantarkan ke kamar dan siap siaga jika Tara membutuhkan sesuatu?

Rasa penasarannya terhenti karena suara perut yang sudah meronta-ronta. Tara merasakan lapar yang luar biasa karena tadi siang dia hanya makan sedikit. Tanpa pikir panjang, dia menyantap salmon chowder-nya dengan lahap baru dia akan mandi.

Pam dan Eva masuk ke dalam kamar tepat setelah Tara selesai mandi. Sepertinya mereka baru selesai bermain games. Melihat Tara yang sudah terlihat lebih segar, Pam langsung duduk di samping ranjang mendekati Tara yang sedang memakai lotion.

"Gimana, udah sehat?"

"Udah, tadi udah minum obat kok. Oh ya, lo tahu nggak siapa yang kirim makanan ke kamar?" tunjuk Tara ke arah piring kosong dan cangkir kosongnya.

"Kirim makanan?" dahi Pam berkerut tanda bahwa dia tidak tahu.

"Oh, itu si Adrian yang kirim. Tadi gue papasan gitu sama dia lagi bawa nampan dia bilang mau ke kamar lo," sahut Eva yang terlihat mengaduk-aduk isi kopernya mencari handuk dan peralatan mandi, setelah itu dia langsung melenggang menuju kamar mandi.

"Oh ...," hanya itu jawaban Tara setelah rasa penasarannya terpenuhi.

"Why you so blue?" Pam seperti bisa menangkap rasa sedih dan kecewa di raut wajah Tara. "Lo nggak mikir orang lain yang kirim, kan?"

"Siapa maksud lo?"

"You know so well who i mean. Jangan sampai gue teriakin namanya di sini biar lo malu, ya!" Ancamnya.

"Eh, jangan dong!" larang Tara, "ya, siapa tahu aja kan," gumamnya.

"Sorry to say ya, Ta. Tapi kayaknya dia nggak tahu kalau lo sakit, deh. Lagian seharian ini dia sibuk terus sama Mauryn, jadi lo nggak usah berharap apa-apa lagi. Dia mungkin udah memutuskan untuk go away dari lo karena lo juga udah dengan tegas nolak perasaan dia dua kali, kan?"

Setelah berkata begitu, Pam menepuk pundaknya lalu bangkit mencari alat mandinya sendiri sambil menunggu Eva sudah keluar dari sana. Tara berjalan keluar untuk mencari udara segar setelah berjam-jam berada di kamar. Begitu menutup pintu, sosok Adrian sudah menghampiri dengan senyum cerah terkembang.

"Gimana istirahatnya, enak? Masih pusing nggak kepalanya?"

"Udah nggak apa-apa kok. By the way, thanks ya kiriman makanannya. Enak banget deh tadi Eva yang cerita."

"My pleasure, so ... mau main di pantai nggak? Sebentar lagi sunset lho," ajaknya.

"Emang nggak ada schedule?"

"Sekarang kan udah masuk free time sampai makan malam nanti. Let's go!" serunya sambil mengamit tangan Tara.

Sudah ada beberapa orang yang bermain di pinggir pantai salah satunya Amel teman satu kamarnya yang masih belum berniat untuk istirahat dan mandi. Pantas saja hanya Pam dan Eva yang sudah setor wajah ke kamar, karena Amel sedang asyik bercanda dengan Indra yang menurut gosip beredar di kantor keduanya sudah pacaran padahal Amel sudah bersuami. Urusan merekalah!

Mata Tara beredar ke sekeliling orang-orang yang tengah menantikan momen sunset sambil melakukan berbagai kegiatan masing-masing. Ada yang sibuk pacaran seperti Amel dan Indra, ada yang hanya sekadar mengobrol, ada juga yang membangun istana pasir.

"Ta, ayo sini!" teriak Adrian yang sudah berada di lidah pantai dengan ombak yang menyapu-nyapu kedua kakinya, dia bermaksud mengajak Tara bermain air.

Tentu saja Tara menolak, bukannya tidak suka bermain air tapi dia sudah mandi dan tidak ingin mandi dua kali. Sepertinya Adrian tidak mau menyerah untuk membuat Tara bergabung bersamanya. Cowok itu mencipratkan air laut dengan sengaja ke wajah Tara hingga cewek itu menjauh dari sana.

"Ayo dong, Ta!" ajaknya lagi.

"Nggak mau, gue di sini aja ya." Tara mengusap wajahnya yang basah sampai suara Adrian kembali berteriak memanggil namanya.

"Tara!" jerit Adrian dengan tersenyum licik dan segenggam pasir basah di tangannya.

"Ian, please ... gue udah mandi!"

Tara langsung berlari karena takut diserang Adrian, tapi lari cowok itu terlalu cepat hingga sejurus kemudian dia sudah berada tepat di belakang Tara dan melempar segenggam pasir pantai itu ke belakang tengkuk Tara sambil tertawa-tawa girang. Tara yang tidak terima dengan perlakuan Adrian akhirnya berang dan membalas cowok itu dengan segenggam pasir juga hingga sebagian pasir itu masuk ke dalam mulutnya yang sedang terbuka lebar.

Giliran Tara yang tertawa puas melihat penderitaan Adrian yang sibuk membuang pasir dalam mulutnya dengan meludah ke sana kemari. Baju Tara sudah terlanjur kotor, sekalian saja dia buat kotor dengan kembali melempar Adrian dengan pasir. Cowok yang dalam keadaan belum siap untuk serangan kedua itu hanya bisa menatap Tara kesal dan akhirnya berlari untuk menangkapnya.

Aksi saling kejar-kejaran itu terjadi di antara keduanya sambil tertawa riang berdua. Tara yang nyaris tertangkap oleh Adrian langsung melempari Adrian dengan pasir lagi hingga membuat Adrian berhenti di tempat dan menjadi kesempatan untuk Tara kabur. Begitu berbalik melihat keadaan Adrian, ternyata cowok itu baru saja mengeruk pasir dengan kedua tangannya dan bersiap mengejar Tara lagi dengan kecepatan maksimal. Tara yang panik pun langsung berlari tunggang-langgang agar memperlebar jarak antara dia dan Adrian. Satu pukulan mendarat di rambut Tara, tak lama satu pukulan lagi mendarat di leher dan bajunya saat Tara menoleh.

Tara tidak tinggal diam begitu saja dengan perlakuan Adrian, dia mulai membalas cowok itu dengan membabi buta dan tanpa ampun. Adrian harus terlihat lebih kotor dari dirinya. Cowok itu berlari menghindari amukan Tara, sampai akhirnya langkahnya terhenti karena menabrak Bintang dan Mauryn yang sedang mengobrol. Merasa mendapat peluang, Tara melemparkan amunisinya tapi meleset karena Adrian menghindar hingga pasir basah itu malah mengenai wajah Mauryn.

"Sorry, gue nggak sengaja." Tara langsung menghampiri korbannya.

"Lo apa-apaan, sih? Childish banget!" umpat Bintang sambil menanyakan kondisi Mauryn dan membantu membersihkan wajahnya.

"Gue kan udah bilang sorry!"

Tapi sepertinya Bintang tidak mendengarnya karena sedang sibuk menanyakan keadaan Mauryn yang sulit membuka matanya.

"Bi, pasirnya ada yang masuk mata deh kayaknya. Perih banget," rintih Mauryn.

"Jangan dikucek, biar aku tiup ya." Bintang dengan hati-hati melihat mata Mauryn dan meniup lembut agar pasir dalam matanya keluar.

Melihat sikap cuek Bintang terhadapnya serta perlakuannya pada Mauryn membuat Tara emosi lagi. apalagi saat melihat wajah cowok itu yang semakin dekat ke arah Mauryn membuat darah Tara seolah mendidih.

"Ta, kita pergi aja," ajak Adrian lagi-lagi menggandeng tangannya.

XOXO

XOXO

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Pretty Lady (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang