24. Miserable

997 88 1
                                    

Layar utama ponselnya menyala saat Tara tengah membantu menata makanan di meja. Ada notifikasi pesan dari Pam yang membuat Tara langsung menyingkir dari ruang makan dan duduk di sofa ruang tamu sambil menekan kode sandi pada smartphone-nya.

Pam : Ta, lo masih di rumah lo?

Tara : Iye, kenapa nanya2?

Pam : Biasa mau ngajakin party. Ini kan Sabtu, Ta. 😁

Pam bermaksud mengajaknya clubbing seperti yang biasa mereka lakukan.

Tara : Gue absen ya, mau quality time aja sama keluarga.

Pam : Tumben jadi anak rumahan lo? 🤣🤣😂

Tara ikut tertawa membaca pesan Pam itu. Memang semenjak pindah Tara merasa sudah memiliki kehidupan yang bebas. Hidupnya sendiri, tanpa banyak tuntutan dari orang tua. Satu hal yang membuat Tara malas pulang ke rumah adalah pertanyaan apakah dia sudah bisa move on dari Hendry dan sudah menemukan pacar baru.

Biasanya Mama yang selalu cerewet dan tak pernah absen menanyakan hal itu. Kalau papanya seperti biasa, selalu slow dan tak pernah banyak bertanya. Pernah sekali waktu Tara mendengar kedua orang tuanya itu berdebat di apartemennya karena Papa merasa Mama terlalu menekan Tara. Mencari pasangan yang akan menjadi pendamping seumur hidup bukanlah perkara gampang seperti mencari bawang di pasar.

Tara : Ya kan mumpung lagi pulang aja.

Pam : Yah, kurang seru kalo nggak ada lo. Mana sekarang ada performance DJ bule lagi, ganteng lho, Ta. 😍

Tara : 🤦 Pantes ngajak gue, biar kalo ngeceng DJ-nya lo nggak ketahuan David, kan?

Pam : Itu salah satunya sih😝. Anak-anak yang lain juga ikut kok.

Tara : Nggak ah gue di rumah aja.

Pam : Ya udah ntar gue kirim foto DJ-nya ke elo ya, biar lo nyesel nggak ikut.

Tara : Have fun, ya!😎🤗

Tara menyudahi acara chating-nya dengan Pam bertepatan dengan suara Mama yang memanggil untuk makan malam. Saat bangkit, ponselnya berdenting lagi dan terlihat ada pesan masuk dari Adrian. Cowok itu sejak pagi sangat amat rajin mengirim pesan pada Tara sekadar bertanya sedang apa, pertanyaan receh begitu tentulah membuat Tara malas untuk membalasnya. Diabaikannya pesan Adrian itu dan Tara beranjak menuju meja makan untuk makan malam bersama keluarga.

XOXO

Jam sudah menunjukan pukul sebelas malam saat ponsel Tara bergetar terus-menerus, itu pastilah dari Pam yang memberondong hapenya dengan sejumlah foto dan video seorang disc jockey bule sedang beraksi meramu musik upbeat yang membuat goyangan semua orang menggila di lantai dansa. Foto terakhir memperlihatkan teman-teman Tara itu tengah berfoto dengan sang DJ usai pria bule itu selesai bertugas.

Ada pemandangan yang membuat mata Tara menyipit melihat foto itu, bukan karena wajah bule DJ itu yang teramat tampan seperti kata Pam tapi lebih pada dalam foto itu terlihat sosok Bintang yang juga ikut clubbing dan ada Mauryn di sampingnya. Cewek pendiam dan anggun itu setahu Tara tidak pernah pergi clubbing atau dugem. Tapi kali ini, kenapa cewek itu ikut serta bersama teman-temannya?

Tara menekan tombol dial dan menghubungi Pam. Cewek yang tengah berada dalam perjalanan pulang itu langsung mengangkatnya.

"Nyesel kan lo nggak ikut?" sembur cewek itu tanpa salam dan sapa sebelumnya.

"Kok ada Mauryn, sih?" tanya Tara juga tanpa basa-basi.

"Iya diajakin Bintang, anak-anak marketing lain juga ada cuma mereka nggak gabung sama kita. Mauryn doang yang gabung soalnya sama Bintang. Kenapa?"

Rasa kecewa itu menelusup di hati Tara kala mendengar pemaparan Pam.

"Nggak apa-apa kok, aneh aja seorang Mauryn mau clubbing," kilah Tara.

"Hooh, gue juga aneh waktu lihat Bintang bawa Mauryn ikut. Mungkin karena ada si Bintang kali ya makanya dia mau ikut. Dari dulu kan Mauryn itu terkenal anak baik-baik di kantor, jangankan clubbing diajak hang out teman satu divisinya aja kadang susah banget," cerocos Pam tanpa jeda napas.

"Oh ...," hanya itu yang bisa Tara ucapkan.

"Waktu kemarin aja pulang kantor kan gue sama laki ke mal buat makan, eh nggak sengaja gitu lihat mereka berdua lagi di bioskop dong. Berdua doang coba, dah kayak orang yang lagi nge-date aja." Gaya bicara Pam sudah mirip seperti ibu-ibu tukang gosip yang sedang nyinyir.

"Kemarin?"

"Iya kemarin, emang lo nggak tahu kalo mereka jalan bareng?"

Hari Jumat kemarin, sepulang kantor Tara langsung tancap gas pulang ke rumah orang tuanya tanpa kembali dulu ke apartemen. Segala keperluannya selama menginap di rumah sudah dia persiapkan sejak pagi dan dia simpan dengan baik di bagasi mobilnya. Selain hanya tahu bahwa divisi marketing pulang sedikit lambat karena ada meeting internal, Tara tidak tahu sama sekali kalau sepulang meeting Bintang dan Mauryn malah jalan bersama.

Kenapa seperti ada rasa marah mendengar bahwa yang Bintang ajak nonton itu Mauryn dan bukan dirinya. Tara ingat bulan lalu, Bintang memberi tahunya bahwa ada film action terbaru Will Smith yang akan tayang di bioskop tanah air dan Bintang mengajaknya ikut jika nanti film itu benar-benar rilis di pasaran.

Dan Bintang memang mengajak seseorang untuk menemaninya nonton film aktor kesayangannya itu tapi bukan Tara melainkan Mauryn. Tara seperti kecolongan tapi untuk alasan apa dia marah pada cowok itu? Hak Bintang untuk mengajak siapa pun yang dia suka tak terkecuali Mauryn, memang apa hak Tara melarang cowok itu?

"Hoy! Lo masih hidup, kan?" suara Pam membuat Tara tersadar kalau tadi dia melamun.

"Masih ...," sahut Tara lesu.

"Kenapa, dah berasa jealous lo?"

"Siapa yang jealous? Biasa aja kok." Tara tetap berkilah.

"Apa gue bilang, kalo lo kebanyakan gengsi pergi kan tuh! Cowok itu bukan makhluk yang tahan banting, Ta. Kalo mereka terus dicuekin ya rapuh juga. Lama-lama give up dan nyari hiburan sendiri kayak si Bintang. Cowok juga nggak bisa digantungin perasaannya lama-lama, sama kayak kita kaum cewek."

"Gue nggak gantungin dia kok, kan gue udah jelas bilang sama dia kalo gue nggak bisa sama dia."

"Iya tapi sikap lo itu lain sama ucapan. Gesture lo itu menunjukkan kalo lo masih mau nggak mau sama dia. Yang tegas dong. Kalo emang lo nggak mau, jangan jadi galau kayak begini waktu tahu sekarang dia lengket sama Mauryn. Kan lo juga yang comblangin mereka!"

Pam terus menasehatinya seperti seorang guru di sekolah. Memberikan petuah-petuah sok bijak yang bukannya membuat perasaan Tara membaik malah membuat Tara semakin tak karuan dibuatnya. Tara mematikan sambungan teleponnya di tengah Pam masih berceramah tentang pengalamannya menghadapi berbagai macam cowok sebelum akhirnya takluk pada David. Sejurus kemudian perempuan itu mengiriminya pesan berisi amukan karena sudah memutus pembicaraan begitu saja.

XOXO

My Pretty Lady (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang