Part 15

1.2K 130 5
                                    

"Cari tahu apa yang ingin kamu ketahui, saya yakin kamu akan menemukan jawabannya"

*** 

     Bersamaan dengan selesai membaca isi pesan itu Budiman langsung menatap putrinya yang menampilkan ekspresi santai.

     "Bunda sekarang juga udah sukses kok, bahkan bunda sekarang udah punya pembantu dan supir di rumah, jadi hidupku pasti bakal terjamin kok" Tanpa beban Prilly mengutarakan pengetahuannya "Bahkan bunda sekarang belanja barang branded loh, sering beliin Prilly barang, Ali juga malah" ia ingin papanya tahu tentang kesuksesan bundanya agar pria itu tak selalu menjadikan finansial sebagai alasan untuknya pindah ke rumah sang bunda. 

     Budiman menghela nafas, dia tahu sa'at seperti ini akan tiba, sa'at dimana mantan istrinya itu mampu membuktikan keberhasilannya dan Prilly akan meminta untuk pergi, Budiman menaruh hp Prilly di atas meza "Prilly, apa kamu tidak kasihan meninggalkan papa?" Tentu orang tua mana yang ingin berpisah dengan anaknya meski hanya berbeda Kecamatan dan Kelurahan, itu juga yang dirasakan Budiman. Namun pria lima puluh tahun ini pun menyadari bahwa dengan egoisnya ia telah memisahkan Prilly dengan Yoleta.

     "Enggak. Papa kan punya mama Chika sama Alexa sedangkan bunda enggak punya siapa-siapa" 

     "Prill papa mohon, tetap tinggal sama papa. Papa janji akan menjadi papa yang lebih baik lagi sama kamu, papa akan lebih memperhatikan kamu" katakanlah Budiman seorang pria yang egois, namun besar keinginannya adalah tidak mau terpisah dengan putri kesayangannya. Putri yang dulu ia perjuangan hidup dan matinya akibat dari keegoisannya sendiri.

     Prilly menghela nafas malas "Aku enggak butuh janji pa" mengambil handphone-nya lalu tanpa mengucapkan apapun lagi ia keluar dari ruangan itu menuju kamar tidurnya yang juga berada di lantai dua rumah ini. 

***


     "Prill Prill Prill dengerin gue please" Jihan menarik lengan Prilly agar gadis itu berhenti melangkah, sampai sa'at ini ia masih belum menyerah "Ok sekarang gue cuma minta satu hal sama lo, lo cuma perlu dengerin gue setelah itu terserah lo gimana"

     Prilly melipat kedua tangannya di dada "Kenapa gue perlu dengarin lo?"

     "Karena gue enggak mau lo marah dengan salah paham Prill. Kevin emang beberapa kali nyatain perasaannya sama gue, tapi enggak gue tangepin Prill" Jihan menarik nafas "Dia emang bawa gue ke rumahnya karena katanya nyokapnya sendirian dan butuh temen ngobrol, dan semua panggilan sayang dari dia itu dia sendiri Prill yang pengen manggil gitu, gue enggak ada pacaran sama dia sedikitpun di belakang lo" sedikit kelegaan dirasakan Jihan setelah ia mengungkapkan semua ini di depan Prilly, dan dia yakin Prilly pasti mendengar itu semua dengan baik.

     "Bodoh amat!" Prilly menatap serius Jihan "Gue udah enggak ada urusan sama lo berdua, terserah sekarang mau main kucing-kucingan kek, tikus-tikusan kek itu bukan masalah buat gue karena we're over" dia sudah bertekad tidak akan memaafkan orang yang dengan sengaja menyakitinya, dia lebih memilih tidak memiliki banyak teman daripada harus berhubungan dengan orang-orang munafik. Prilly melangkah pergi, memasuki mobilnya dan pergi dari area kampus meninggalkan Jihan dengan keputusasaannya.

     "Li kita ke rumah bunda aja" titahnya dan mendapat anggukan dari Ali, semakin hari dia semakin merasa tidak betah berada di rumah ayahnya itu.


***

     Menghabiskan setengah harinya bersama sang bunda tercinta membuat Prilly melupakan sejenak segala kekesalan yang bersarang di hatinya. Ia sedikit tak rela ketika harus beranjak pulang "Nassia nginep aja ya bun, nanti Nassia telepon bilangin papa deh" Prilly memeluk bundanya erat, menenggelamkan kepalanya pada dada Yoleta yang membuatnya merasa nyaman.

CINTA MEMILIH KITA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang