***
Setelah hampir seminggu menghabiskan masa liburan di kampung halaman Ali, kini baik Ali maupun Prilly kembali menjalankan aktivitas mereka di kota metropolitan Jakarta.
Pagi ini Prilly memutuskan untuk menjenguk Jihan yang dikabarkan kembali dilarikan dan telah dirawat beberapa hari di rumah sakit. Bersama Elina yang berjalan di sampingnya sambil membawa parsel buah, mereka berjalan menuju ruangan di mana Jihan dirawat.
"Gimana non, kampung halaman saya indah kan?" Elina dengan wajah sumringahnya bertanya perihal liburan Prilly di kampung halaman, bahkan jalannya ia dulukan agar menatap wajah Prilly dari depan.
"Ternyata saya pernah ke sana Lin waktu kecil, cuma lupa" saat mengobrol bersama Della malam itu, Prilly mengetahui suatu fakta bahwa dulu semasa kecilnya ia pernah bertandang ke kampung halaman Elina bersama kedua orang tuanya, dulu sewaktu keluarganya masih utuh dan bahagia.
Kedua bola mata Elina melotot tak menyangka. "Serius non? Ih kapan? Masa saya enggak tahu?"
"Kamu belum lahir kali"
Elina menggeleng cepat. "Kita kan cuma beda berapa tahun doang non, em atau mungkin pas non ke sana saya masih introvert"
Kening Prilly mengerut. "Emang sekarang kamu extrovert?" Ketika pertanyaannya mendapat jawaban berupa sebuah anggukan antusias dari Elina, ia hanya tertawa. Biarlah gadis itu berbicara sesuka hatinya saja.
Sampai di depan ruang rawat Jihan, Prilly menghela nafas sejenak. Ia sudah berniat untuk sedikit memperbaiki hubungannya dengan Jihan, meski takkan seakrab dulu namun setidaknya ia akan memberikan perhatian pada Jihan dan menjadi orang yang akan selalu memberikan semangat dan dukungan agar perempuan itu tetap bisa survive dengan sakitnya.
'Klek'
Pintu dibuka oleh Elina tanpa diketuk terlebih dahulu yang membuat mereka melihat situasi di dalam ruangan dimana Kevin segera melepas pelukannya pada Jihan yang sedang duduk di atas ranjang pasien.
Prilly menyerit, bukankah harusnya mantannya itu berada di luar negeri sekarang untuk melanjutkan pendidikan? Lantas kenapa sekarang pria itu berdiri dengan memasang muka kaget di depannya?
Tak mau terjebak situasi, Prilly mendorong kecil bahu Elina yang berdiri bag patung di ambang pintu karena merasa tak ennak pada kedua insan itu.
"Hai Ian, gimana keadaan lo?"
"Eh hai Prill" Jihan sedikit gugup menatap langsung wajah Prilly yang kini berdiri sangat dekat di sebelahnya, tak ia duga sahabatnya ini akan datang menjenguknya. "Gue udah mendingan alhamdulilah"
Prilly mengangguk, lantas menaruh parsel buah yang mereka bawa ke atas nakas sebelah ranjang Jihan. "Gue dikasih tahu tante kalau lo masuk rumah sakit, lo jangan kecapean. Kerjain apapun itu sebisa lo, jangan maksain diri"
Hati Jihan menghangat mendengar kalimat peduli dari Prilly. Sungguh ia rindu sosok Prilly yang sangat peduli dan ada di sampingnya seperti dulu. Tanpa dibuat-buat, kedua matanya berkaca-kaca menatap Prilly. "Makasih ya Prill, lo masih peduli sama gue"
"Itu yang seharusnya gue lakuin"
Sementara dua orang lainnya yang juga berada di ruangan hanya diam menyimak pembicaraan. Elina yang tak ingin menimbrung karena tahu kedua orang itu sedang melakukan obrolan yang canggung karena sebelumnya terlibat perang dingin. Sedangkan Kevin yang tak tahu harus bersikap seperti apa karena kembali bertemu dengan Prilly setelah beberapa bulan lamanya mereka berpisah karena masalah Jihan.
"Lin, kenalin dia Jihan"
Elina yang disuruh berkenalan oleh Prilly merasa sedikit kaget, lantas ia memasang senyum manisnya sambil mengulurkan tangan. "Hallo mbak, saya Elina"
![](https://img.wattpad.com/cover/216223287-288-k683341.jpg)