Part 18

1.2K 137 7
                                    

"Maafkan saya non karena belum bisa jagain non dengan baik"

***

     'Brak'

     Narsih yang sedang membersihkan vas bunga terpelonjat kaget oleh suara pintu yang dibuka secara keras, ia segera membalikkan tubuh dan betapa kagetnya ia melihat mantan istri majikannya berjalan masuk dengan wajah yang terlihat emosi "Selamat pagi nyonya"

     "Mana mereka?" Tak menghiraukan ucapan salam dari Narsih, ibu satu anak ini langsung menanyakan keberadaan orang-orang yang membuat darahnya mendidih emosi.

     Bergetar di tempatnya Narsih menjawab "Tuan sudah berangkat ke kantor nya, nyo_" belum sempat wanita paruh baya ini menyelesaikan kalimatnya, sang lawan bicara sudah beranjak terlebih dahulu dengan langkah lebar menaiki anak tangga.

     "Nassia, Nassia sayang" saat sampai di anak tangga terakhir dari lantai bawah, wanita yang tak lain adalah ibu dari gadis yang baru saja namanya dipanggil ini segera menggedor-gedor pintu yang masih tertutup rapat "Nassia kamu baik-baik saja sayang?" Yoleta berbalik berdiri di pinggir besi tangga "Narsih ambilkan kunci kamar putriku!"

     "Kuncinya ada di tuan, nyonya"

     "Panggil nyonya mudamu dan suruh dia bawa kunci itu ke sini"

     Baru saja Narsih ingin berbalik tapi sosok yang dimaksud oleh Yoleta sudah berdiri di belakangnya "Nya, nyonya Yoleta minta kunci kamar non Prilly"

     "Heh kamu" Yoleta berteriak dari lantai atas "Bawa kunci kamar putriku ke sini"

     Tanpa mengucapkan apapun Chika beranjak menaiki anak tangga, dan ketika sampai di depan mantan istri suaminya, wanita itu merebut kunci yang digenggamnya dengan kasar dan cepat.

     Segera memasukan kunci besi itu ke dalam lubang yang terdapat pada pintu itu, memutar kunci itu dua kali lalu dengan cepat memutar handle pintu. Dia terpaku sejenak melihat putri semata wayangnya yang duduk meringkuk di sudut ruangan, gadis itu enggan mengangkat pandangannya meskipun ia yakin gadis itu pasti mendengar suara pintu yang telah dibuka "Nassia" Yoleta melangkah lebar menghampiri putrinya, ikut duduk bersimpuh kemudian menangkup wajah gadis itu, hatinya mencelos melihat wajah itu pucat pasi dengan mata yang membengkak, bibir yang selalu tersenyum padanya itu juga pucat dan kering, terdapat banyak bekas air-mata di pipi chubby itu "Sayang" segera dipeluk putrinya dengan mata berkaca-kaca, harusnya dia tidak membiarkan putrinya berlama-lama tinggal dengan mantan suaminya.

     "Bunda, sakit" suara Prilly terdengar lirih di telinga bundanya, tubuhnya bergetar dalam pelukan hangat yang sejak kemarin ia harapkan.

     Melepas pelukannya Yoleta bertanya "Apa yang sakit sayang? Bilang sama bunda"

     "Perut Nassia sakit, kepala juga bunda" ia meringis kala sakit yang menderanya sejak subuh tadi kembali dirasakan, matanya sesekali tertutup sebagai usaha meredam sakit yang menjalar sebagian tubuhnya.

     "Ikut bunda yah, jangan tinggal di sini lagi, kita pergi jauh"

     "Papa_"

     "Jangan pedulikan dia, dia jahat sama kita. Kita pergi ya sayang, Nassia sama bunda" melihat anggukan lemah putrinya membuat Yoleta tersenyum sekaligus menangis, dipeluk putrinya untuk berdiri kemudian dipapahnya keluar dari kamar.

CINTA MEMILIH KITA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang