"Lo juga selalu bawa-bawa nama Alexa saat kita lagi berdua"
***
Prilly mengaduk-aduk segelas minuman di hadapannya, kata orang coklat bisa memperbaiki suasana hati maka kali ini ia mencobanya meski tak pernah percaya akan hal itu. Ditatapnya coklat panas dengan asap yang sesekali terlihat itu dengan seksama, apakah perasaannya benar-benar akan membaik setelah meminum ini? "Kalau tetap buruk gimana?" Dia menggeleng pelan, mengusir bayangan adegan yang membuat suasana hatinya menjadi buruk, membayangkan kata-kata yang terlontar tanpa memikirkan perasannya membuatnya marah.
"Mau ikut saya enggak non?"
"Eh" Prilly terpelonjat, pasalnya dia sedang melamun tadi. Dan kehadiran Ali yang tiba-tiba tadi sungguh membuatnya kaget "Lo ngagetin gue" raut mukanya sedikit kesal menatap Ali yang memberikan senyum tipis "Kemana?" Tanyanya atas ajakan yang diucapkan pria itu beberapa menit yang lalu.
"Ada deh, yang penting biar non enggak melamun sendiri kayak gini" jawabnya disertai senyum tipis yang membuat gadis di depannya terpaku "Yuk non" Ali berbalik duluan, sengaja. Karena dia tahu Prilly masih terbengong dengan ajakannya.
Melepaskan pegangan sendok pada tangan kanannya Prilly mulai beranjak "Tunggu gue siap-siap dulu" berlari kecil menaiki anak tangga menuju kamarnya, beberapa menit berlalu Prilly kembali turun menghampiri Ali dengan setelan perginya "Yuk"
***
Prilly mengayungkan kedua kakinya yang tak nampak di tanah, ia tersenyum memandang pemandangan sekitar yang entah kenapa menimbulkan rasa senang dalam hatinya. Di sebelahnya ada Ali yang juga duduk dengan kedua tangannya bertumpu ke belakang "Aku seneng lihat hal-hal yang sejuk gini" ucapnya membuka percakapan di antara mereka.
Ali tersenyum lalu menegakkan duduknya seperti gadis di sebelahnya "Di kampung saya lebih sejuk dari ini" ia memandang lurus, menerawang betapa sejuk dan asrinya desa yang menjadi tempat tumbuh hingga dewasanya.
"Nanti gue libur semester kita ke sana ya, gue mau lihat pak Mamat sama keluarganya, nikmatin udara sejuk di sana sama kenalan sama ibu lo"
Mendengar kalimat terakhir gadis itu membuat Ali menoleh dan menatapnya lekat "Non mau kenalan dengan ibu saya?"
Prilly mengangguk mantap "Kenapa? Enggak boleh gue kenal sama ibu lo?"
"Enggak ada larangan non, saya cuman enggak ngira aja non yang majikan saya mau kenal sama ibu saya"
Prilly terkekeh kecil mendengar penuturan Ali "Yang majikan itu papa gue, dan emang kenapa kalau status gue majikan?" Mengalihkan tatapan lurusnya hingga kini ia menatap Ali "Kata bunda, status itu bisa diubah kapan saja yang penting pribadi orang itu harus baik. Pak Mamat selama ini sayang banget sama gue, dan ketika lo datang lo juga baik sama gue jadi gue pengen kenal keluarga kalian lebih dalam"
Membalas tatapan Prilly, Ali tersenyum simpul "Ibu saya pasti senang kenal dengan gadis seperti non" dalam hatinya Ali tahu pencarian seperti apa yang sedang ditempuh oleh gadis di sampingnya. Prilly sedang mencari orang-orang yang memiliki rasa sayang yang tulus padanya tanpa memandang siapa dan bagaimana kehidupan orang itu, meski interaksi mereka tak terlalu intim namun dari sikap yang ditunjukkan Prilly membuat Ali tahu bahwa gadis ini adalah sosok yang tulus ketika menyayangi orang, dan gadis ini pula yang telah tanpa alasan membuatnya tertarik.