Part 26

1.3K 130 7
                                    

"Lalu kenapa dia belum datang melamarmu?"

*** 

     Jihan mengeram kesal ketika melihat berpuluh pesan yang masuk ke aplikasi pesan singkatnya yang menanyakan perihal keadaannya. Tak hanya di situ, tapi di dua aplikasi media sosialnya yang lain pun dibanjiri oleh pertanyaan seputar topik yang sama dari teman-temannya. Dan ini yang tak dia sukai, menjadi pusat perhatian. Mengabaikan pesan-pesan itu ia bangkit lalu meraih tasnya, menunggu ojek online yang sudah dipesannya beberapa menit yang lalu. 

.

.

.

     Hampir satu jam menempuh perjalanan akhirnya ia turun dari mobil yang menjadi tumpangannya ketika telah sampai di tempat tujuan, menarik nafas sejenak lalu melangkah masuk. Dia tahu ini bukanlah sikap dirinya, namun dia juga merasa kesal dan tak bisa memberi toleransi atas apa yang sudah diperbuat oleh gadis itu. 

     "Eh mbak Jihan? Non Prilly kan sekarang tinggal di rumah nyonya besar" Wulan yang hendak membuang sampah di tempat pembuangan sampah komplek terkagetkan oleh kedatangan sahabat majikannya di waktu sepagi ini. 

     Jihan menggeleng dengan senyum. "Bukan, gue ke sini mau ketemu sama om Budi dan tante Chika" 

     Wulan terdiam sesaat, ini sesuatu yang langka ketika Jihan ingin bertemu dengan kedua majikannya itu. "Eh eh mas Aji" melihat Aji yang hendak keluar dari gerbang membuatnya menahan langkah pria itu. "Titip ya mas, tolong buangin sampahnya hehe" meraih tangan Aji dan mengalihkan kantong sampah itu pada tangan pria itu, ia segera membawa Jihan masuk ke dalam rumah sebelum pria itu hendak memprotes. 

     "Nyonya maaf, ini ada mbak Jihan mau ketemu nyonya dan tuan" 

     Chika tersenyum manis pada Jihan dan mempersilakan untuk duduk meski dalam hatinya bertanya-tanya ada perihal apa sehingga gadis ini datang ingin bertemu dengannya dan suaminya di pagi hari begini.

      "Om Budi mana tante?"

     "Baru saja pergi ke kantor"

    Jihan mengangguk pelan. "Alexa di mana?"

     "Alexa juga baru saja pergi ke kampus, bareng sama om Budi." Chika tersenyum. "Kamu mau ketemu Alexa?" 

     Dengan cepat Jihan menggeleng. "Bukan tante, saya ke sini karena mau ketemu sama om dan tante tapi berhubung om sudah berangkat maka saya sampaikan saja ke tante" 

     Chika hanya diam dan mengangguk, memperhatikan Jihan yang merogoh tas jinjinnya dan mengeluarkan sebuah amplop, dahinya sedikit berkerut, hatinya mulai tak tenang dengan situasi seperti sekarang.

     "Ini punya Alexa, tante." Pelan namun pasti Jihan meletakan benda yang menjadi permasalahannya akhir-akhir ini. "Ketukar sama punya Jihan waktu enggak sengaja Jihan dan Alexa tabrakan di lorong rumah sakit." lanjutnya ketika Chika mulai meraih amplop itu, membuka dan mulai membaca isinya. "Jadi tujuan Jihan ke sini cuman mau mengebalikan punya Alexa dan ambil kembali punya Jihan soalnya punya Jihan ada catatan jadwal minum obat juga tante yang dicatat langsung oleh dokter." papar Jihan secara pelan, ia sudah tak mau lagi menyembunyikan sakitnya karena menurutnya percuma, toh Alexa sudah menyebarkan semuanya di sosial media sehingga membuatnya merasa sangat terganggu.

     Mata Chika berkaca-kaca setelah membaca isi surat dalam amplop itu, dadanya bagai ditutupi oleh sebuah bongkahan besar tak kasat mata sehingga membuatnya sangat sulit menarik nafas, sangat sesak. "Kapan kalian ketemu di rumah sakit?"

     "Beberapa hari yang lalu tante saat Jihan chek up

     "Jihan sakit?" Sekuat tenaga Chika tetap bertanya meski rasanya ia ingin segera menangis mengeluarkan sesak di dadanya, namun ia juga masih punya rasa empati terhadap gadis yang sudah memberitahukan kebenaran padanya ini. 

CINTA MEMILIH KITA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang