Part 36

1.4K 138 9
                                    

"SAH"

*** 

Hari yang paling dinanti pun tiba, debaran haru dan bahagia dirasakan oleh seluruh tamu undangan dan keluarga yang ikut menyaksikan prosesi janji suci pernikahan sepasang insan yang bersatu atas nama cinta. 

Tak terkecuali kedua insan yang menjadi inti dari acara hari ini. Gugup bercampur bahagia menjadi satu dalam rasa yang membalut hati Devali Alexander Satrio ketika berjabat tangan dengan Budiman Rudinson mengucapkan ikrar suci yang membuat statusnya dan Atanasia Aprillya Rudinson menjadi sepasang suami istri yang resmi di mata negara dan agama ketika kata SAH menyahut pertanyaan penghulu saat ia selesai mengucapkan kalimat qobul. 

Begitu pun Prilly, ia menitikan air mata bahagia saat bibir Ali untuk pertama kalinya mendarat di atas permukaan kulitnya, menandakan kepemilikan yang sah dengan cincin emas yang melingkar di jari manis keduanya. 

Acara berlangsung dengan sangat meriah dan ramai oleh berbagai tamu undangan, mulai dari rekan kerja dari orang tua kedua mempelai hingga teman-teman keduanya. Tak hanya berada di atas pelaminan, keduanya saling bergandengan mesra lantas berjalan menghampiri setiap tamu undangan yang hadir.

"Kalian udah makan belum Ji, Kevin?" 

Jihan yang sedang mengobrol bersama Kevin langsung menoleh dan tersenyum saat mendapati sepasang pengantin baru yang juga menatap mereka dengan senyum manis. "Udah kok, makanannya enak-enak" pujinya. 
"Makasih"

"Enjoy pestanya yah Jihan, Kevin" ucap Ali dengan senyum manis, pria ini juga tak ragu untuk balas memeluk ala laki-laki pada Kevin sewaktu di pelaminan tadi dimana Kevin menyampaikan permintaan maafnya atas kejadian tempo hari di rumah sakit. 

Saat sedang mengobrol, Prilly tak sengaja menangkap basah Ferra yang diam-diam tengah memperhatikan suaminya, bukannya marah ia malah memberikan senyum manis pada perempuan itu saat pandangan mata mereka beradu. 

.

.

.

Raut letih Prilly berubah menjadi tawa antusias ketika mendapati suasana serta dekorasi kamar yang akan ditempatinya bersama Ali sebagai kamar pengantin mereka. Ia lantas berjalan mendekat dan lebih tertawa bahagia. "Ini ide siapa coba?" Tanyanya lebih ke tebakan, pasalnya mereka sama sekali tak menggunakan jasa Wedding Organizer , jadi sudah pasti bahwa ide konsep kamar ini adalah dari anggota keluarga. 

"Elina, kan dia bilang waktu itu kalau dia yang handle masalah kamar kita" Ali berjalan ke arah cermin rias, mulai melepaskan satu persatu kancing kemeja yang membalut tubuhnya setelah jasnya diletakan di atas kursi rias

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Elina, kan dia bilang waktu itu kalau dia yang handle masalah kamar kita" Ali berjalan ke arah cermin rias, mulai melepaskan satu persatu kancing kemeja yang membalut tubuhnya setelah jasnya diletakan di atas kursi rias.

"Bagus banget, tapi kenapa harus ada balon?"

Mendengar kalimat terakhir istrinya yang diucapkan dengan nada sesal membuat raut wajah Ali berubah khawatir dan berjalan mendekat dengan kemeja yang belum terlepas dari tubuhnya. "Kamu Globophobia?" Ia memegangi pundak istrinya dengan khawatir, kedua kakinya bahkan bergerak secara bergantian untuk menyinkirkan balon yang berada di dekat mereka. 

CINTA MEMILIH KITA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang