"Siapa bilang aku naksir kamu?"
***
"Sebentar" memutari mobil, Ali menghampiri Prilly, tersenyum singkat lalu mengajak kekasihnya itu menghampiri Elina. "Sayang, kenalin, ini Elina anaknya pak Mamat" detik selanjutnya dapat ia lihat gadisnya itu menggulum serta menggigit bibir dalamnya, ia tahu Prilly tengah kesal karena cemburu pada sepupunya sendiri. Kemudian Ali beralih pada Elina "Lina, kenalin ini non Prilly, putri pak Budiman"
Mendengar itu Elina langsung sedikit membungkuk, tak disangkanya putri mantan majikan ayahnya itu yang terlebih dahulu mengulurkan tangan padanya "Saya Elina non"
Prilly mengangguk dengan senyum tipis. "Ternyata kamu udah besar yah, pak Mamat pernah kasih lihat saya foto kamu yang masih kecil, katanya kamu putri satu-satunya"
Elina mengangguk "Ya non," namun ia terdiam sesaat "Non ini putrinya tuan Budiman kan?"
"Ya, kenapa? Enggak mirip ya?"
Menggeleng, Elina menjawab "Bukan, bukan itu non," lalu menatap bergantian antara Ali dan Prilly "tapi kok tadi mas Ali manggilnya sayang?"
"Aa" kini bergantian antara Ali dan Prilly yang saling memandang, kemudian saling tersenyum.
"Jangan bilang mas Ali pacaran sama non Prilly?" Terka Elina seraya menanti jawaban dari keduanya, dan betapa terkejutnya dia ketika kedua pasangan itu dengan kompak mengangguk dengan senyum. "Waduh mas, terus mbak Ferra gimana? Ini saya dateng ke sini ada salam dia juga loh di pundak saya buat mas"
"Ferra itu siapa?"
"Mbak Ferra itu primadona di kampung kami non, dia suka sama mas Ali makanya waktu tahu saya mau nyari kerja di Jakarta mbak Ferra titip salam buat mas Ali"
Ali menahan erangannya, dalam hatinya dia merutuki kelancaran mulut Elina yang dengan gamblang menjawab tanpa beban. Padahal masalahnya mengenai Alexa yang tahu akan keluarganya itu baru saja selesai saat ia menceritakan semuanya, apa harus sepupunya ini menambahkan masalah baru?
"Dia suka sama Ali?"
Elina mengangguk mantap.
"Terus Ali-nya suka enggak sama dia?"
"Nah makanya itu non, saya mau sekalian tanya sama mas Ali suka enggak sama mbak Ferra soalnya mbak Ferra-nya belum dapat kepastian dari dulu"
Prilly mendekat pada Elina dan berucap "Bilang sama mbak Ferra itu kalau Ali udah punya cewek di sini jadi dia enggak usah lagi nunggu kepastian dari Ali"
Melihat Prilly yang sudah berbalik langkah untuk memasuki mobil, Ali segera menatap Elina sambil mengerang. "Kamu jangan asal ceplos begitu, nanti mas yang kena marah non Prilly" lalu dia menyusul Prilly memasuki mobil.
"Loh saya kan jawabnya bener mas" jawab Elina polos kemudian dengan cepat menyusul masuk ke dalam mobil karena tak mau ditinggal oleh sepasang kekasih itu.
***
Alexa mempercepat langkahnya memasuki ruangan yang terletak di lantai satu cafe bernuansa modern ini, menyusul seorang pria yang sudah berjalan duluan mengabaikan dirinya. Mengabaikan berbagai tatapan dari para karyawan di sini, gadis berpipi chubby itu ikut masuk dan menutup pintu secara kasar sehingga menimbulkan bunyi yang lumayan keras.
"Sayang kamu harus percaya aku punya bukti" mengambil tempat duduk di depan pria itu, Alexa menghela nafas kesal ketika yang didapatnya adalah tatapan tak acuh, mengeluarkan amplop putih itu ia menaruhnya di atas meja "Baca itu, apalagi sih yang kamu mau?"